Kevin menghentikan motornya di depan rumah Maya. Datang pagi-pagi sekali hanya untuk menjemput gadis yang ia sukai.
Kevin tampak menekan bel rumah Maya tak lama kemudian keluar Hana, ibu Maya.
"Ah, hay tampan. Ingin menjemput Maya sayang?" tanya Hana.
Kevin tersenyum. "Iya bibi. Apa Maya sudah berangkat?" tanyanya.
Hana menggeleng. "Belum. Masuklah. Apa kau sudah sarapan sayang?" tanyanya.
Kevin mengangguk. "Sudah bibi," ucapnya.
Kevin melangkah masuk menuju ruang makan dimana Maya tengah menyantap sarapannya.
"Maya sayang. Temanmu datang," ucap Hana.
Maya menoleh dengan mulut penuh dengan makanan. Ia melambaikan tangannya kearah Kevin membuat pria itu tersenyum tipis. Menggemaskan sekali.
"Pagi," ucap Maya.
Kevin tersenyum. "Pagi juga," balasnya.
"Duduk sayang," ucap Hana pada Kevin. Pria itu mengangguk lalu duduk di samping Kevin.
"Sayang dimana dasiku?" tanya Alvaro. Ia menatap Kevin. "Ah, kau datang."
Kevin mengangguk. "Pagi paman," ucapnya.
"Ada di lemari. Aku baru selesai menyusunnya," ucap Hana. Alvaro mengangguk, ia pun kembali masuk ke kamarnya.
"Jangan sungkan. Makanlah," ucap Hana.
Kevin tersenyum. "Tidak. Terima kasih bibi. Aku sudah kenyang," ucapnya.
"Mommy! Aku datang!" teriak Angkasa. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Kevin.
"Tunggu. Siapa kau?" tanya Angkasa heran. Karena ia baru melihat wajah Kevin di rumahnya.
"Dia Kevin. Teman Maya," balas Hana.
"Teman?" beo Aksa. Ia menatap dingin kearah Kevin.
Kevin, pria itu tau maksud tatapan dingin dari kedua pria di depannya ini. Tatapan peringatan.
Hana mengangguk. "Mereka satu sekolah," ucapnya.
"Mom. Mommy yakin mereka hanya teman?" tanya Angkasa ragu.
"Memangnya kenapa?" tanya Hana heran. "Kalau pun mereka bukan teman atau mungkin sudah menjadi kekasih. Kau ingin melarang adikmu?" tanyanya kesal.
Angkasa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bukan begitu. Hanya saja---"
"Terlihat asing," sambung Aksa datar. "Aku tidak pernah melihatnya selain kedua idiot itu yang bersama Maya,"
"Kevin adalah siswa yang baru saja pindah. Wajar kalian tidak tau. Kevin teman Maya saat dia ada di Singapura," ucap Hana. "Mereka sudah lama berkenalan."
"Benarkah?" Aksa memiringkan kepalanya menatap tajam kearah Kevin.
"Kakak. Kevin adalah temanku. Mommy, aku berangkat dulu. Ayo Kevin!" ucap Maya sambil mengecup pipi Hana dan menarik tangan Kevin agar cepat pergi dari sana.
"Kakak aku pamit dulu," ucap Maya sambil mengecup pipi Aksa dan Angkasa.
"Kakakmu seperti nya tidak menyukai ku," ucap Kevin saat sudah di luar.
"Kakakku memang seperti itu. Biarkan saja," balas Maya.
Kevin tersenyum tipis, yah Maya dengan segala pikiran positif nya. Jelas jika kakak Maya menatapnya dengan pandangan membunuh. Mungkin saja ini peringatan untuknya.
"Menarik," Kevin menyeringai.
∆∆∆
"Aku masuk dulu," ucap Maya. "Terima kasih untuk tumpangannya,"
Kevin mengangguk, ia menepuk puncak kepala Maya. "Pergilah. Bukan kah sekarang kau ada jadwal piket?" tanyanya.
Maya mengangguk. Ia pun melambaikan tangannya kearah Kevin. "Bye bye," ucap Maya.
Maya memasuki ruangan kelasnya. Ia menatap segerombolan orang tengah mengerumuni Nathan. Entah apa yang terjadi.
"Ada apa ini?" tanya Maya heran.
"Kau tidak tau?" tanya Lily bingung. Maya menggeleng dengan polos.
Lily menepuk keningnya. Ia tau jika sahabat nya ini sangat polos dan sedikit ceroboh.
"Nathan akan bertanding basket melawan kakak kelas kita tim Kevin. Nanti sore," ucap Lily.
"Kenapa mereka bertanding?" tanya Maya bingung.
"Karena tim Nathan dan tim Kevin masuk final sayang," ucap Lily gemas sambil memegang kedua pipi Maya.
"Aku ingin lihat juga," ucap Maya dengan semangat.
"Kalau begitu kita harus cepat datang jika tidak tempat duduk semua akan penuh," ucap Lily.
Maya mengangguk setuju. Ia menatap antusias, basket adalah olahraga yang paling ia suka. Maya menuju loker miliknya saat di buka terlihat banyak sekali surat cinta dan coklat.
"Woah! baru beberapa hari kau masuk. Sepertinya kau sangat terkenal ya," ucap Lily.
"Ehm, ini terlalu banyak." ringis Maya.
"Bukankah itu bagus. Kau terkenal," ucap Lily dengan semangat.
"Tidak juga," balas Maya santai. Ia memasukkan semua surat cinta dan coklat tersebut kedalam tas miliknya. Ia akan membacanya saat dirumah nanti.
"Sttt. Lihat! Kevin sangat tampan bukan?" bisik Lily membuat Maya menoleh.
Kevin yang datang bersama teman-teman sekelasnya melewati koridor. Tatapan mereka bertumburan. Kevin mengedipkan matanya kearah Maya.
Lily memekik kaget, ia pun menatap Maya. "Kevin mengedipkan matanya kearah mu. Apa kalian---"
"Apa?" tanya Maya bingung.
"Apa kalian sudah menjadi sepasang kekasih?" tanya Lily dengan semangat.
"Kami hanya teman," ucap Maya sambil menutup loker miliknya kembali.
"Benarkah?" tanya Lily ragu. "Kenapa aku tidak yakin untuk itu. Interaksi kalian seperti sepasang kekasih,"
"Kau ini bawel sekali," Maya menarik tangan Lily. "Ayo kembali ke kelas,"
"Apa yang kau bawa?" tanya Lily.
Maya menunjukan gantungan kunci bergambar bola basket. "Untuk Kevin dan Nathan," ucapnya.
"Apa ini semacam cinta segitiga?" tanya Lily sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kau terlalu banyak berpikir," Maya menggelengkan kepalanya.
"Tapi kenapa aku yakin dengan pikiranku sendiri?" tanya Lily. "Aku yakin di antara kalian mungkin memiliki rasa,"
∆∆∆
TBCAlhamdulillah cerita ini ada dapat tawaran terbit. Terima kasih atas dukungan kalian cerita ini bakal aku tamatkan 😍stay tune ya beb
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Twins [1# MAYA'S SERIES]
Teen FictionRemaya Aurelia terlahir ditengah keluarga bahagia dengan tiga kakak yang sangat sayang padanya dan sikap yang sangat sangat posesif padanya. sejak kejadian dimana ia mengalami koma selama setahun membuat keluarga nya menjadi begitu sangat posesif. k...