1.8 MISS YOU DAD

28 3 1
                                    

Diantara semua gue yang paling sayang sama lo

~Aleto Fernandez~

Semuanya berputar, seperti tak ada celah untuk ku keluar dari ruang hampa ini.

~Violleta Ardhita~



Bella dan Leta tak bersuara selama pelajaran. Sampai bel pulang sekolah pun, Bella masih tak bersuara.
Leta yakin ada yang mengganggu pikiran Bella. Leta memberanikan diri untuk bertanya.

"Bel? ada masalah?"

"Gue duluan ya Ta."
Bela berlalu pergi tanpa menatap Leta .

"Bella kenapa sih??" batin Leta

Leta masih tak mengerti mengapa sikap Bella terhadapnya sangat berbeda hari ini.

Leta pulang sendiri karena Leto masih ada ekskul di sekolahnya.

"Tumben si Galang ga ngikutin Leta." batin Leta.

Setelah sampai dirumah, Leta langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Tanpa melepas sepatu, dan seragamnya.
Leta terlelap.

Leta masih mengenakan seragam dan berdiri di pinggir jalan.

Leta melihat sekelilingnya, banyak orang-orang berkerumun, banyak permainan-permainan menyenangkan.

Satu yang Leta lihat, sebuah keluarga utuh. Ada seorang perempuan yang menggandeng anak laki-laki, dan seorang pria yang menggendong anak perempuannya.
Mereka adalah keluarga yang harmonis menurut Leta.

Perlahan semuanya buram, Leta menangis tanpa suara.
Keluarga kecil itu adalah keluarga nya dahulu anak laki-laki yang digandeng oleh mama nya adalah Bang Leto dan anak perempuan yang digendong oleh ayahnya adalah Leta sendiri.
Tetapi itu sebelum semuanya berubah menjadi keluarganya yang sekarang.

Seperti ditarik ke dimensi lain.
Sepersekian detik Leta membuka matanya dan Leta sudah ditempat lain.
Gelap. Hanya sinar bulan yang menerangi jalan.
Leta melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, di dalam mobil tersebut ada dirinya, Leta kecil yang pingsan, Leta kecil yang sekarang berada di gendongan mama nya.
Semuanya panik.

Sebuah mobil dari arah berlawanan melaju dengan cepat ke arah mobil keluarga Leta.
Mobil tersebut membanting stir dan menabrak pembatas jalanan.

"PAPAAA." mau teriak sekencang apapun tetep saja, Leta tidak bisa menolong mereka.
Leta menyaksikan tragedi itu dengan mata kepalanya sendiri, tragedi yang merenggut kebahagiaan keluarga nya, merenggut sosok yang sangat dicintainya. 

Mobil mengeluarkan asap, dan kemudian Leta kembali ditempat lain.

RUMAH SAKIT.

Jantung Leta berpacu dengan cepat.
Bagaimana tidak, Leta berdiri melihat Ayahnya terbujur kaku di ruangan Rumah Sakit.

Leta tak kuat lagi, air mata semakin deras membasahi pipinya.
Dan sejak kepergian Ayahnya semua kebahagiaan itu hilang.
Sirna tak berbekas.

Leta terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
Leta mengatur nafas nya yang tak teratur, kemudian melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 17.00.

Leta berjalan pelan ke arah meja belajarnya. Melihat kembali foto dirinya bersama dengan sang ayah.

"Hiks...Hiks Paa, Leta kangen. Leta pengen ikut Papa. Kenapa Papa ninggalin Leta sendirian, Leta ga suka tinggal sama Mama. Mama jahat sama Leta."
Leta memeluk foto tersebut dan menangis.

"Leta ga kuat Pa, Leta mau ikut sama Papa."
Leta meraih sebuah botol obat.

TOK TOK TOK

Leta kembali memasukkan obat itu kedalam botolnya.

Leto pulang.
Suasana Rumah masih sama, sepi seperti tak berpenghuni.
Leto membuka sepatunya, dan pergi ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Leta.

Leto bergegas ke kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti seragamnya dengan pakaian santai.

Leto keluar dari kamar.
Samar-samar Ia mendengar suara isakan dari kamar Leta.
Rasa khawatir membuatnya berlari menuju kamar Leta dan langkahnya terhenti saat kata-kata Leta, kata-kata yang disertai isak tangis itu sangat menyakiti hatinya.

Ya! Leto merasa tak berguna sebagai seorang kakak, Leto merasa belum bisa menjaga adik nya dengan baik.
Leto sendiri juga merasakan apa yang dirasakan Leta.

Suara isakan Leta perlahan memudar, Leto mengusap air matanya yang entah sejak kapan membanjiri pipinya.

Leto memberanikan diri mengetuk pintu kamar Leta.
Membuka pintu tersebut yang ternyata tidak dikunci.

Leto melihat Leta yang terduduk memeluk sebuah foto.
Leto menghampiri dan memeluk tubuh Leta memberi kehangatan kepada adik perempuannya itu.

"Taa gue disini, jangan nangis yaa, gue bakal ngelindungin lo." ujar Leto menenangkan Leta.

"Bang, Leta kangen Papa. Leta mau ikut Papa Bang." ucap Leta masih dengan isak tangis.

"Leta ga boleh bilang gitu, Papa udah tenang disana, kalau Leta kangen besok kita bisa pergi jenguk Papa."

Leta semakin mengeratkan pelukannya ditubuh Leto.
Untuk sekarang hanya Abangnya yang menjadi pelindung nya, menjadi sosok pengganti ayahnya yang selalu menguatkan nya.

"Hmm. Sekarang aja bisa gak Bang." gumam Leta.

"Yaudah yuk sekarang. Leta ganti baju dulu."
Leto membawa Leta duduk di kasur nya.

"Jangan nangis lagi Taa, gue sayang sama lo. Kalau lo ngerasa semua ga sayang lo. Lo salah. Diantara semua gue yang paling sayang sama lo. Dan lo juga ga boleh lupa berdoa, doa in Papa supaya tenang disana."

Leto mengusap puncak kepala Leta, dan menciumnya.
Setelah itu Leto membiarkan Leta menenangkan dirinya.

Disinilah mereka sekarang.
Disebuah pemakaman sepi.
Leta menumpahkan semua rasa rindunya.
Leta memeluk batu nisan dihadapannya. Tempat peristirahatan terakhir Sang Ayah.

Leto menatap nanar Leta, merasakan gejolak sakit di dalam dadanya.
Merasa kasihan melihat Leta yang harus merasakan sakit yang mendalam.

Leto mengusap punggung Leta.
Mereka mendoakan Sang Ayah.
Saat di rasa Leta sudah tenang.

"Ta? pulang yuk dah malem." ajak Leto.

Leta mengusap nisan tersebut sebelum bangkit berdiri dan berjalan perlahan menuju motor besar milik Leto.

Semakin malam semakin dingin, Leta memeluk tubuh Leto dari belakang.
Sangat erat, seperti Leta tak mau kehilangan kakak nya ini.

Leta memejamkan matanya dan terlelap dengan di punggung sang kakak.
Leta tenang.

Sampai di rumah, Leto membawa tubuh Leta, menggendong nya sampai kamar.
Menidurkannya di ranjang Queen Size bergambar Frozen dan menyelimutinya.

Leto menatap Leta sebentar, melihat wajah cantik yang selalu ceria kini harus berubah menjadi wajah pucat pasi yang terlihat mendung.

Selamat Malam pembaca setia Violleta. 🤗
Masih setia dong yaaa. 😄
Tetap semangat, walau sekarang kita cuma bisa dirumah dan kita cuma bisa berdoa supaya Covid-19 ini segera berlalu.
JANGAN KELUAR RUMAH DULU YAAA.
#DIRUMAHSAJA

Biar ga bosen. Baca cerita aku yukk.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN NYAA🤗🤗

Happy Reading ❤️

ViolletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang