Tidak kunjung dikaruniai buah hati tak membuat Hyunsik dan Areum kehilangan cara untuk menyalurkan kasih sayang yang mereka miliki pada anak-anak. Membangun sebuah rumah singgah keduanya selalu membuat pesta kecil bagi anak-anak kurang beruntung di setiap tahun.
Senyuman Hyunsik mengembang melihat Joohyun dan Tzuyu turun dari beranda dengan membawa nampan berisi piring-piring kue. Lelaki baya itu melemparkan gergaji di tangannya dan bersorak membuat orang lain ikut mengarahkan pandangan ke sisi yang sama.
"Oh, bidadari-bidadariku yang baik hati," Hyunsik menyambut kedatangan dua adik itu, mengambil gelas berisi jus dari nampan Joohyun dan beralih pada nampan Tzuyu, "Halo, Sayang, kenapa kau menjauhkan kuenya dariku? Kau tidak menyayangi Pamanmu ini?"
"Justru aku sangat menyayangi Paman, sehingga aku tak ingin kau sakit perut karena mencicipi kue lezat ini dengan tangan kotormu itu." Hyunsik terkekeh, berbeda dengan Hyunjin yang malah meringis mendapati kalimat Tzuyu.
"Benar, Sally, lebih baik dia kelaparan daripada harus mengotori piring kueku." Areum yang menyusul keluar dengan membawakan piring serta garpu kecil justru mendapat delikan mata dari suaminya.
"Buka mulutmu, Paman," titah Tzuyu membuat Hyunsik mengangguk, gadis itu menyuapkan kue coklat tersebut ke dalam mulut sang pria tua, "Bagaimana rasanya?"
"Enak, enak sekali, maka aku harus berterima kasih pada siapa?"
"Berterima kasihlah pada Bibi, istrimu itu yang selalu memberi makanan enak padamu, Paman." Tzuyu terkikik melihat bagaimana Hyunsik dengan wajah penuh terpaksa harus merendah untuk mengucapkan terima kasih, membuat Areum mengacungkan dua jempol karena telah membuatnya menang.
"Sudah-sudah, ayo cuci tangan dan makan hidangannya." instruksi Joohyun membuat semua orang membubarkan diri, ia dan Tzuyu masih berada di gazebo untuk menata piring-piring itu.
"Sally, Eonnie akan mengambil kue lain dari dalam, kau susun ini, ya?"
"Siap, Eonnie!"
Joohyun dan Areum kembali ke dalam rumah sederhana itu, sedangkan Tzuyu kini tampak kesusahan karena angin dengan lancang menggerakkan rambutnya tak beraturan. Di sisi lain, Hyunjin yang sejak pagi datang untuk membantu kini malah terpaku melihat pemandangan indah di sana. Bagi Tzuyu mereka memang hanya sekadar teman kelas, tapi berlainan bagi Hyunjin, agaknya lelaki itu menaruh perasaan pada Tzuyu, dan hal itu terlihat jelas di mata Jungkook sebagai sesama lelaki terlebih ia telah berpengalaman.
Jungkook yang hendak membasuh tangan ikut terhenti, mendapati Hyunjin yang sejak pagi mengambil banyak peran membuat ia penasaran, hingga akhirnya melihat bagaimana pria itu terpaku dengan menatap Tzuyu lekat cukup membuatnya tergganggu.
Lelaki Jeon itu melangkah pasti, melewati titik di mana Hyunjin berdiri seolah dengan sengaja ingin menunjukkan keberadaannya yang sejak tadi tak dianggap ada. Tatapan matanya tajam, mengunci dengan lekat sosok yang setengah membungkuk di depannya karena masih menata piring-piring kue.
Tzuyu terkesiap saat seseorang menarik pundaknya cukup kuat, membuatnya berdiri tegak dan mendapati seseorang yang tengah menatap dingin ke arahnya.
"Oppa?" belum selesai Tzuyu bicara, Jungkook sudah lebih dulu memutar tubuh Tzuyu untuk kembali membelakanginya, pria itu mengeluarkan saputangan dari dalam saku celana, melipatnya asal dan mengarahkannya ke belakang kepala Tzuyu, "Oppa apa yang--"
"Diam." tanda Jungkook dingin dan tegas membuat gadis itu hanya mengedip lucu saat kini Jungkook menyisir rambut panjangnya dan menjadi satu di belakang, mengikat rambut Tzuyu menggunakan saputangannya tadi.
Jungkook masih diam setelah selesai, menunggu Tzuyu berbalik ke arahnya dan memegang ikatan rambutnya. Lelaki itu sepertinya tidak berniat untuk bicara, sampai akhirnya Tzuyu tertawa dan menampilkan wajah tak berdosa padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Dara [COMPLETED]
De Todo|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Terbangun di ruangan sepi setelah melewati kegaduhan semalam, Chou Tzuyu tahu jika hidupnya akan berubah. Tidak seharusnya ia jatuh cinta pada lelaki yang telah lebih dulu mengikat janji dengan perempuan lain, terlebih...