Jungkook menyugar rambutnya kasar, kedua mata terus terpejam dengan gelengan kuat di kepala saat semua bayangan tentang Tzuyu terlintas begitu saja saja di benaknya. Untuk ke sekian kali lelaki itu menenggak air dan mengisi lagi gelas kosongnya, berusaha membawa luruh setiap perasaan aneh yang berkecamuk tanpa makna yang mampu ia terka.
"Itu juga berlaku untukmu, Sally!" tatapan nyalang dari Jungkook masih menembus netra Tzuyu dengan sempurna, gadis itu semakin mengernyitkan alis tak mengerti terlebih saat kini ia rasakan cekalan yang semakin kuat di kedua bahunya.
Mata Tzuyu kembali jatuh pada brosur yang bentuknya sudah tak beraturan karena dirusak lelaki itu, membuat Tzuyu berusaha melepaskan diri dari lelaki yang sejak tadi berusaha mengatakan tentang sebuah kepemilikan yang tak pasti.
Semakin Tzuyu berusaha lepas, semakin kuat Jungkook mencekalnya. Dia sedikit meringis merasakan sakit karena bisa saja lelaki itu meremukkan tulang bahu Tzuyu tanpa disadari.
"Oppa--" ucapan Tzuyu terhenti saat kini Jungkook melepaskannya begitu saja, lelaki itu menatap lekat ke arah Tzuyu dengan langkah yang semakin mundur. Jungkook menjambak rambutnya kuat dengan menggelengkan kepala dan terus menggumamkan kata tidak. "Oppa, kau baik-baik saja--"
"Menjauhlah!" tepis Jungkook kasar saat Tzuyu hendak mendekat, gadis itu sedikit merintih merasakan perih di tangannya. Jungkook terkejut, ia melangkah hendak meraih tangan Tzuyu namun kembali menahan hal tersebut saat tatapannya bertemu lagi dengan sang adik ipar.
"Oppa--"
"Dengar," Jungkook mengepalkan tangan kuat dengan napas yang menderu cepat, entah mengapa kalimat yang ingin ia utarakana begitu sulit, "Apa pun yang kau dengar tadi, lupakan. Anggap itu hanya sebuah kekeliruan."
Tzuyu mengerjapkan matanya, ia masih mengingat dengan jelas kalimat apa yang Jungkook katakan, namun hingga saat ini otak cerdasnya belum mampu menemukan makna yang tersirat jelas di balik pernyataan itu.
"Sally, kita hanya saudara ipar, jadi kita harus tetap pada batasan masing-masing."
Tangannya hampir saja melempar gelas yang sejak tadi ia pegang, Jungkook kembali memejamkan mata dengan rasa lelah yang mendera. Tidak, ia tak bisa membiarkan semua kekeliruan ini terjadi. Lelaki itu beranjak, bergerak gelisah dan berulang kali menelan salivanya.
"Apa yang harus kulakukan? Tidak, ini tidak mungkin, ini pasti keliru." Jungkook kembali memejamkan mata, berusaha dengan paksa mencari cara tercepat untuk mengingkari semua kemungkinan yang ada.
"Irene," gumamnya terlihat mematung, mata Jungkook memanas seiring dengan tangan yang kembali terkepal kuat, "Ya, aku hanya mencintai Irene, bukan orang lain."
Jungkook berlari menuju kamarnya dengan tergesa, mengabaikan netra yang sempat melihat pintu kamar Tzuyu sejenak dan melanjutkan langkah. Lelaki itu membuka pintu kamarnya, mendapati Joohyun yang sudah tertidur dengan damai di sana, kegelisahan kembali mendera Jungkook semakin nyata, wajah Tzuyu kembali membayang dengan jelas di benaknya membuat lelaki itu dengan cepat menutup pintu secara kasar, membuat wanita yang sudah terlelap itu terlonjak dengan kaget.
"Jungkook? Ada apa?" lelaki itu tak menjawab, memilih bungkam setelah mengunci pintu kamar mereka dan mendekati Joohyun yang masih keheranan, "Jungkook?"
"Tidak ada," jawab lelaki itu yang kemudian duduk, menatap wajah Joohyun lekat membuat sang istri menautkan alisnya, "Tidak ada apa-apa, yang harus kau tau adalah aku yang sangat mencintaimu, Irene."
Joohyun tersenyum, ia mengangguk dan menggenggam tangan Jungkook yang lebih besar dari tangannya. Perempuan itu mengusapnya lembut seolah mengatakan bahwa ia mengetahui hal itu tanpa harus Jungkook katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Dara [COMPLETED]
Acak|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Terbangun di ruangan sepi setelah melewati kegaduhan semalam, Chou Tzuyu tahu jika hidupnya akan berubah. Tidak seharusnya ia jatuh cinta pada lelaki yang telah lebih dulu mengikat janji dengan perempuan lain, terlebih...