Jungkook mendesah, masih berdiam di dalam kamar setelah selesai mandi. Menimbang apakah sebaiknya ia menuruti perkataan Joohyun untuk bergabung di gazebo belakang atau tidak. Memilih untuk berdiam kesepian di kamar ini sendiri bukan hal yang menyenangkan baginya, tapi mengingat keberadaan sang adik ipar di sana membuat pilihan untuk ikut bergabung juga berat.
Sejak kejadian kemarin malam, Jungkook memang menghindari pertemuan dengan Tzuyu, seakan keberuntungan berpihak padanya tanpa harus berusaha ia memang tidak dipertemukan dengan Tzuyu sejak pagi, tapi untuk kali ini sepertinya pertemuan itu memang bergantung pada pilihannya.
Jungkook tertegun sambil duduk di sisi ranjang, menatap cincin pernikahan yang melekat di jari manis tangan kirinya membuat Jungkook kembali merasa lelah. Dirinya bukanlah seorang pria naif yang tidak tahu makna dari perasaan yang timbul terhadap Tzuyu belakangan ini, tapi untuk membenarkan perasaan itu memang ada Jungkook tahu itu bukan hal yang baik dilakukan.
Tidak, Jungkook bukan lelaki pengecut yang hanya bisa menghindar, lelaki itu beranjak menatap diri pada pantulan cermin, ia tahu ini akan sulit, tapi Jungkook harus menghadapinya, ia harus bisa meyakinkan diri bahwa perasaan itu tidak lebih dari sebuah kekeliruan, dan hadirnya Joohyun dalam hidupnya itu sudah lebih dari cukup.
Tekadnya sudah bulat walau tidak benar-benar kuat, dengan tarikan napas dalam Jungkook akhirnya melangkah menuju ruang di mana ia harus bisa menghadapi semuanya.
Seiring langkah yang semakin dekat, Jungkook bisa mendengar suara tawa dari dua kakak beradik yang sedang bercerita di sana. Langkahnya sempat terhenti, mendapati hanya Joohyun dan Tzuyu berdua.
"Jungkook?" panggil Joohyun yang menangkap sosok sang suami masih berdiri, lelaki itu tersenyum dan meneruskan langkah membuat tangan yang sejak tadi ada dalam saku celana sudah terkepal kuat sekarang.
Melihat Tzuyu menjadi tidak mudah bagi Jungkook, secara sadar ia mengetahui bahwa jantungnya berdegup dengan kencang, tapi yang semakin membuatnya bingung, benarkah detak ini hadir sudah bukan untuk Joohyun lagi?
Tidak, aku bahkan tak pernah ingin menyakiti Irene dan membuatnya bersedih, aku sangat mencintainya.
Di dua langkah terakhir, Jungkook mengulurkan tangan kanan dan meraih kepala Joohyun, mendaratkan ciuman tanpa aba-aba hingga dua kakak beradik itu terkejut.
Joohyun tertawa saat Jungkook melepaskan ciumannya, sedangkan Tzuyu yang tadi sempat menutup kedua mata kini mendesis.
"Yak! Oppa! Bukankah sudah aku bilang untuk lebih berhati-hati? Kau tidak lihat--"
"Usia 20 bukanlah usia yang tak layak untuk melihat ciuman, beberapa orang mungkin pernah melakukannya bahkan sebelum usia itu." tanda Jungkook dingin membuat Tzuyu yang belum selesai dengan kalimatnya kini kembali mengatupkan bibir, menatap ke arah Joohyun mencoba mempertanyakan tentang kenapa perilaku Jungkook jadi berubah.
Mengerti dengan perkataan sang adik dan ia sendiri yang merasakan perbedaan dari cara Jungkook bicara, Joohyun beralih mengusap tangan lelaki yang masih berdiri itu dengan lembut.
"Jungkook, ada masalah?" tanya Joohyun membuat Jungkook kembali mengecup bibirnya sekilas.
"Tidak, aku hanya merindukanmu, beberapa pekerjaan membuatku sedikit penat akhir-akhir ini."
"Duduklah dan makan ini." Joohyun bergeser memberi ruang agar Jungkook di sisinya, sekilas pria itu melihat Tzuyu yang mengangguk antusias saat Joohyun memberikan piring kecil berisi puding coklat padanya.
Lelaki itu kemudian mengarahkan sendok ke dalam mulut, berusaha kuat mengabaikan seluruh rasa yang berkecamuk tak beraturan sekarang.
"Bagaimana? Enak?" Jungkook mengangguk kembali menyuapkan puding itu, "Benar 'kan apa yang Eonnie katakan, kau berhasil dalam percobaan pertamamu, Sally."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Dara [COMPLETED]
Random|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Terbangun di ruangan sepi setelah melewati kegaduhan semalam, Chou Tzuyu tahu jika hidupnya akan berubah. Tidak seharusnya ia jatuh cinta pada lelaki yang telah lebih dulu mengikat janji dengan perempuan lain, terlebih...