"Wan, anterin gue ke dokter ya." ucap Seulgi dengan wajah memelas.
"Sudi! Yang bermasalah bukan isi mulut lo, tapi isi otak lo. Mending ke psikiater aja sono!"
Wendy yang lagi nonton drama korea The King nggak nggubris permintaannya Seulgi. Boro-boro mengiyakan, melihat tampang sahabatnya aja enggak. Matanya lebih tertarik sama layar laptop apel yang ada di depannya.
"Bukan ke dokter gigi Wan, tapi ke bedah jantung. Jantung gue Wan..." rintih Seulgi.
Udah beberapa hari ini jantungnya bermasalah, entah karena apa dia tak tahu.
"Jantung lo kenapa?"
"Nggak tau, tapi rasanya aneh Wan."
Wendy melirik ke arah Seulgi. Mendapati raut wajah Seulgi yang terlihat kesakitan sambil megangi dada kirinya.
Wendy yang tadi nggak peduli sama Seulgi langsung berubah khawatir abis. Bahkan dia tutup dengan kasar laptop yang sejak tadi dipandanginnya.
Untuk sekarang, lebih penting Seulgi daripada kuda putihnya Lee Gon yang menurut Wendy cantik dan semok.
"Duduk dulu Gi!"
Wendy menarik Seulgi agar duduk dikasurnya. Sumpah wajahnya Wendy bener-bener khawatir. Bahkan pas menekan layar smartphonenya tangan Wendy juga gemeteran.
"Lo lagi apa Wan?"
"Telpon Daddy Kang." jawab Wendy serius.
Seulgi gerak cepet ngambil hapenya Wendy yang udah dalam mode memanggil ke nomor Daddy nya, terus dia langsung tekan tombol merah.
"Kembaliin hapenya!"
Wendy bener-bener serius kali ini. Nggak ada lagi sosok Wendy yang pecicilan kek biasanya.
"Nggak!"
"Kembaliin hapenya Seulgi!" seru Wendy menahan marah dengan mata yang udah merah.
"Gue nggak mau orang tua gue khawatir Wan, seenggaknya gue perlu tau dulu penyakit gue ini apaan. Please, telpon Aunty lo aja ya Wan..."
Kalo udah gini, Wendy mana tega. Udah liat sahabatnya kesakitan kek gitu, sekarang ditambah puppy eyes nya Seulgi yang bener-bener mematikan. Wendy nyerah udah.
"Anjing lo ya! Sampe lo sakit yang aneh-aneh awas aja!"
Seulgi mengembalikan hapenya Wendy. Ibu jari milik Wendy bergerak cepat mencari kontak Auntynya yang merupakan dokter bedah jantung di salah satu rumah sakit swasta di ibukota.
Telepon tersambung.
'Halo Aunty? Aunty sedang sibuk nggak?'
...
'Oh, rencananya nanti adek sama Seulgi mau ke tempatnya Aunty buat priksa sih.'
...
'Bukan adek Aunty, tapi Seulgi. Katanya jantungnya nggak normal gitu.'
...
'Bentar, adek tanyain ke Seulgi dulu ya Aunty.'
"Nggak normalnya gimana Gi?" tanya Wendy sambil lihat Seulgi dengan muka khawatir.
"Gini Wan, kalo sekarang sih normal. Tapi kalo pas deket Kak Irene gitu jantung gue jadi berdetak nggak karuan, kenceng gitu. Gue jadi punya pikiran kalo katup jantung gue bermasalah deh. Atau mungkin pembuluh vena gue yang ada problem. Gue takut Wan, tolongin Wan..."
Wendy yang denger penjelasannya Seulgi mendadak diem, wajahnya berubah asem banget, telapak tangannya juga mengepal erat.
'Halo Aunty, Seulginya sudah sembuh. Makasih banyak ya Aunty, maaf kalo adek ganggu Aunty. Daa Aunty, salam buat Uncle yaa.'
KAMU SEDANG MEMBACA
SEULRENE || SAYANG DADAKAN
FanfictionSexual harassment atau sexual excitement? (End) Seulrene rasa lokal || gxg || non baku || harsh words -230320 -210920