Oke

446 48 13
                                    

Hari ini, hari Senin aku akan mulai menyibukkan diri dengan belajar, belajar dan belajar. Untuk persiapan olimpiade ku, kemarin aku juga sudah meminta izin kepada kedua orang tuaku untuk mengikuti olimpiade di Jerman dan Alhamdulillah mereka menyetujuinya dan menandatangani surat perizinan olimpiade dari kepala sekolah.

Setelah upacara berlalu, semua siswa-siswi SMA PELITA BANGSA memasuki kelasnya masing-masing.

"DANITAA" panggil Sarah, saat sudah berada di kelas.

"Kenapa?" Jawabku.

"Kamu ikut olimpiade?"

"Iya"

"Wah kerenn!! Denger-denger juga olimpiadenya bareng Aksa ya" Ledek Sarah.

"Begitu"

"Sukses danitaa!!!!!!"

Aku senyum kecil, dan menganggukan kepala.

*********

Bel masuk sudah berbunyi, Bu Inah guru matematika kami mulai memasuki kelasku, hari ini memang jadwalnya matematika. Pelajaran yang tak di sukai siswa-siswi, selain materinya yang sulit, guru matematika kami juga sering mengadakan Ulangan Harian mendadak.

"Pagi anak-anak. Keluarkan kertas selembar,kita ulangan bab 3." Ucap Bu Inah.

"Ulangan lagi Bu?"

"Ulangan Mulu Bu"

"Saya belum belajar Bu"

"Dadakan banget kaya tahu bulet"

"Kasih waktu buat belajar kek Bu"

Protes siswa-siswi kelasku, aku hanya diam tak protes apapun.

"Baik ibu kasih waktu 3 menit buat menghafal rumus."

"Nggak ada tawar menawar ya!" Ucapnya tegas.

Dengan waktu 3 menit kami memakai waktu tersebut dengan baik-baik untuk mengafal rumus.

"WAKTU HABIS! KELUARKAN KERTAS SELEMBAR!"

"Lah Bu belum juga 3 menit"

"Cepet banget Bu"

Lagi-lagi protes mereka.

Bu Inah memberi soal di papan tulis, lumayan banyak soalnya.

Aku mulai mengerjakannya menggunakan pensil.

Waktu terus berjalan, bagiku soal itu tak begitu susah walau rumit.

"Aduh salah lagi, pinjem penghapus ke siapa ya" Ucapku kebingungan, aku salah menaruh jawaban yang seharusnya jawaban untuk nomor 8 ini aku tulis di nomor 7.

Aku melihat sekeliling tak ada yang memiliki penghapus, kebangetan emang. Sayang saja sih aku lupa membawa penghapus ku.

Aku melihat di meja Aksa ada penghapus. "Minjem nggak ya? Pinjem nggak ya? Pinjem aja lah"

Aku mencolek seragam Aksa, yang membuatnya menoleh ke arah ku. Aku tak berani memanggilnya karena Bu Inah  telinganya sangat tajam mendengar bunyi kentut saja mungkin dia mendengarnya, apalagi jika aku memanggil Aksa.

"Pinjem penghapusnya dong" Ucapku bisik-bisik pelan sekali.

Tanpa berpikir panjang Aksa memberikan penghapus itu.

Melupakanmu, Ingat Cinta Lagi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang