Ribut

15 1 1
                                    

Hari ini, hari dimana Putri dan Tama kembali bersekolah, setelah lama izin.

Putri berangkat dengan Tama. Hari ini, Putri berangkat ke sekolah berbeda seperti hari biasanya.

Saat sampai di sekolah, semua murid melihat Putri dan Tama. Ada yang menatap kagum, envy, dan ada yang benci.

Enak banget ya, jadi dia. Di hari ulang tahunnya dilamar sama pujaan hati.

Apaan sih ganjen banget!.

Tunangan hasil rebut pacar orang aja bangga!

Tama, ganteng banget...

Cocok dehh..

Kak Putri, selamat yaaa...

Begitulah ucapan para murid.
Tanpa mereka berdua sadari, sedari tadi ada dua orang yang melihat mereka dengan Mata penuh kebencian.

Nikmati dulu kebahagiaan itu! Tiba saatnya, kamu bakalan terluka!! -batin seseorang

Putri dan Tama segera menuju kelasnya. Tama meminta Putri untuk duduk bersamanya.

"Kamu kok duduk sama Tama? " Ujar seseorang
"Maaf, Tar" Jawab Putri
"Gak usah marah sama dia, aku yang nyuruh dia duduk sama aku! Lagian terserah aku, kan dia tunangan aku! " Ujar Tama, sembari berdiri

Bukkk...

Tara menghantam pipi kanan Tama. Semua kaget, Putri melihat itu semua ingin menangis.

Bukkk...

Tama membalas, pukulan Tara.
Semua murid, menyoraki Tama dan Tara.

"Rifan, udah! " Ujar Putri

Tama tetap, membalas pukulan Tara. Wajah Tara, Bonyok. Namun, Tama hanya luka di bibir.

Putri memeluk Tama. Hanya itu cara yang ampuh, untuk melerai Tara dan Tama.

"Udah Fan... Hikss.. Hikss.. " Ucap Putri, sembari memeluk Tama.

Tama berhenti memukul Tara, saat merasakan tangan mungil melingkar di pinggangnya.

.

Setelah kejadian tadi, Putri dan Tama pergi ke UKS, demikian juga dengan Tara dan Meiska.

Tama dan Putri Pov'

"Jangan berantem lagi Fan,..  Aku takut" Ucap Putri sembari menunduk

Tama hanya menganggukkan kepala sembari mengelus kepala gadisnya.

Putri dengan teliti dan penuh hati-hati mengobati luka Tama.

Tama yang melihat wajah gadisnya penuh kekhawatiran, baginya itu sangat menggemaskan.

Tama memegang dagu gadisnya, perlahan wajahnya mendekat wajah gadisnya.

Putri menatap manik mata Tama dengan penuh kasih sayang, Putri memejamkan matanya saat merasakan benda kenyal menyentuh bibir mungilnya.

Tama mencium bibir Putri dengan penuh kasih sayang, hingga kedua pasangan itu saling melumat begitu lamanya, hingga tidak merasakan bahwa ada seseorang yang sedang memotret kedua pasangan kekasih.

Perlahan, kamu akan hancur Megaldon! -batin seseorang

Tara dan Meiska Pov'

"Kamu itu kenapa sih bang, jangan gampang emosi dong! " Ujar Mei sembari mengobati luka Tara

Tara hanya diam, sembari meringis.

"Disebelah ada Tama sama Putri bang.  Coba aku intip ya" Ujar Mei

Tanpa menunggu jawaban dari Tara, Mei langsung mengintip ruang sebelah.

Gila, Kamu mainin abangku Meg.
Ini bakalan jadi senjata buat aku! -batin Mei

.
.

Kringg... Kringg... Kringg...

Bel masuk berbunyi.

"Bang, aku balik ke kelas dulu yah. Nanti istirahat aku kesini lagi. " Ucap Mei

Tara hanya membalas ucapan, adiknya dengan sebuah deheman

Author Pov

Meiska kembali ke kelas. Begitu juga dengan Putri dan Tama.

"Kalau masih sakit, mending kamu di UKS deh Fan. " Ucap Putri
"Aku gapapa Nit. Suamimu ini kan kuat" Ujar Tama.

Tak terasa mereka berdua telah sampai di kelas. Terlihat aura kebencian dari Meiska adik dari Tara saat melihat kedua pasangan itu memasuki kelas.

Tenang aja dulu Mega. Aku akan membalas perlakuanmu terhadap Bang Tara!! -batin Mei

Pelajaran dimulai.
.

Kringg... Kringg... Kringg...

Bek istirahat berbunyi.

"Fan, kamu tunggu disini ya. Aku mau beli makanan di kantin dulu. " Ujar Putri sembari bangkit dari duduknya

Putri pergi meninggalkan kelas. Namun, muncul niat jahat dari Meiska.

Terlihat meiska sedang ingin menelpon seseorang. Namun, Tama tidak sadar dengan tingkah aneh Meiska.

M: haloo..
Someone:..
M: kamu ke kelas sekarang. Mumpung Tama sedang sendirian. Aku mau beresin Mega dulu!!
Someone:...

Tutt... Tutt..

Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh meiska. Setelah itu dia langsung meninggalkan kelas.

.
.

Tak lama kemudian...
.
.

TARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang