Chapter Nine

129 5 2
                                    

"Jika kita memang sudah ditakdirkan saling memiliki, alam pun turut andil dengan caranya sendiri" -H🍂

"Dinda, mau kemana sepagi ini?" suara bariton merasuki indera pendengaranku dalam perjalanan menuju starbucks yang membuatku menghentikan langkah dan menoleh kearahnya dan betapa terkejutnya aku tatkala mendapati dokter Anton telah berdiri di belakangku.

"Oh ini Dok, saya mau ke starbucks depan,mau ngelanjutin tugas, hehe" jawabku seadanya.

"Oh kebetulan saya juga mau kesana, yasudah kita barengan saja kesananya." Tawarnya sambil melanjutkan langkahnya dan aku yang lagi-lagi mematung di tempat.

"Yuk,Din..." tawarnya yang membuatku tersadar dan langsung mengikutinya.

Dalam perjalanan kami menuju starbucks, tidak ada yang memulai pembicaraan,sampai akhirnya kami telah sampai ke tempat tujuan.

"Kamu sendirian kan Din? Boleh saya temani kamu nugas disini?" tanya dokter Anton setibanya kami di tempat itu.

"Iya Dok, boleh kalau dokter tidak keberatan." Jawabku yang lagi-lagi seadanya.

"Kamu pesan apa? Biar saya yang pesankan, kamu cari tempat yang nyaman saja." Jawabnya lagi yang membuatku merasa sungkan, masa iya ditraktir dokter pembimbing, sungkan banget, tau gitu tadi kutolak saja tawarannya untuk bareng kesini.Batinku.

"Eh tidak usah dok,saya bisa pesan sendiri kok." Jawabku sedikit sungkan.

"Tidak apa Din,sebutkan saja apa yang kamu mau pesan, tidak usah merasa tidak enak ke saya." Balasnya singkat dan jangan lupakan senyuman yang bertengger di bibirnya. 'Manis' pikirku yang kemudian langsung kutepis pikiran itu.

" Eh beneran Dok, tidak usah, saya nggak enak sama Dokter." Jawabku kemudian

"Dinda,sebutkan saja apa yang kamu mau, bair tidak kelamaan." Jawabnya sedikit memaksa

"Yasudah kalau begitu,saya mau pesan caramel machiatto sama red velvet cake 1 potong Dok, maaf merepotkan." Jawabku yang sedikit terpaksa karena sungkan.

"Baik kamu sekarang cari tempat ya, nanti biar saya yang bawa pesanannya." Jawabnya lagi-lagi yang membuatku segera bergerak mencari tempat yang nyaman untukku mengerjakan tugas.

Aku menjatuhkan pilihanku pada meja dengan sofa yang cukup untuk kami tempati dengan view jalanan dikelilingi pepohonan yang rindang.

Nyaman.Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan tempat ini.

Aku saat ini masih mencoba memahami kondisi yang beberapa waktu yang lalu terjadi padaku,dimana seorang dokter Anton dengan sengaja mengajakku bareng ke starbucks dan memesankanku makanan.Hal yang sangat tidak terduga kembali padaku.

Entah pertanda apa ini? semoga tidak ada hal buruk yang akan terjadi setelah ini,pintakku dalam hati.

Tak lama kemudian Dr.Anton datang dengan membawa pesanan kami dan langsung duduk di sofa yang terletak di hadapanku. "Hmm Dok maaf, saya bayar berapa ya?" tanyaku yang sedikit gugup dan sungkan karena bingung harus bagaimana cara berbicara yang tepat untuk urusan uang seperti ini terlebih dengan orang seperti dokter Anton.

"Tidak usah Dinda, saya yang traktir kamu. Sudah seharusnya lelaki mentraktir perempuan Din.Sudah tidak usah dipikirkan.Mari kita nikmati cake ini." Jelasnya panjang yang membuatku tercengang, pasalnya sangat jarang dijumpai bahwa seorang Dokter Anton berbicara sepanjang ini jika di RS.

"Tapi Dok, saya ndak enak ini , masa saya ditraktir dokter." Jawabku dengan sedikit logat Jawa yang keluar tanpa kusadari.

"Tidak apa Dinda, memangnya kenapa jika saya mentraktir kamu? Tidak ada yang salah kan?" tanyanya yang membuatku diam seribu bahasa tidak tau harus berkata apa lagi sampai akhirnya hanya kata terima kasih yang kuucapkan padanya.

Selanjutnya aku fokus pada laptop yang berada di hadapanku dan dokter Anton yang juga fokus pada laptopnya. Sampai pada akhirnya suara dokter Anton memenuhi indera pendengaranku, "Kamu suka red velvet cake ya Dinda?" tanyanya

"Hehe Iya Dok, ini cake favorite saya." Jawabku sambil tersenyum

"Apa yang menjadikanmu suka pada cake ini?" tanyanya lagi

"Karena dia ini warnanya merah yang memberi kesan pemberani dan seakan membuat takut orang yang hendak memakannya, tapi jika sudah dimakan dia sangat lembut dan manis, sama kaya sikap manusia yang seakan kuat dan tegar di depan tapi hatinya sangat lembut dan rapuh." Jawabku seadanya yang tanpa kusadari menimbulkan senyum di bibir lelaki yang ada di hadapanku ini.

Setelah kami menghabiskan makanan dan minuman, kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah sakit karena tugasku juga sudah selesai.

Sesampainya di bagian depan rumah sakit, lumayan banyak perawat yang memandang kami dengan tatapan curiga, akupun yang merasa tidak enak dipandang seperti itu langsung berpamitan kepada Dokter Anton dan segera kembali menuju ruangan koass,

Sesampainya di ruang koass aku langsung mendapat tatapan tajam dari sahabatku Citra. "Eh habis darimana lo berduaan sama Dokter Anton?" tanyanya tanpa basa-basi seolah aku seorang tersangka yang sedang diintrogasi.

"Hm habis dari starbucks depan." Jujurku.

"Kok lo bisa berdua sama dokter Anton, ngga ajak-ajak pula." Jawabnya sedikit tak terima

"Itu tadi juga Cuma kebetulan aja Cit, aku ketemu sama Dokter Anton pas lagi otw ke depan, akhirnya aku diajak bareng deh sama dia." Terangku lagi.

"Wah jangan-jangan kalian jodoh deh, wah beruntung banget lo Din ngedate bareng dokep gue, kan gue jadi iri, pokoknya lo harus ceritain gue sekarang,selagi masih ada waktu 20 menit nih, gue mau denger versi lengkapnya." Tuntut Citra padaku, dan kemudian aku pasrah menceritakan kejadian yang  baru terjadi beberapa jam yang lalu.

"Ditraktir? Ngobrol? Wah gila lo make apaan sih Din, kok bisa dokter Anton manis banget sama lo? padahal kan dia dingin banget kalo bukan ngomong ke pasiennya." Citra yang lagi-lagi terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padaku.

"Eh jangan sembarangan ya, aku ngga make apa-apa, tanya aja tuh sama Dokter Anton kenapa dia aneh banget sama aku dari kemaren. Jangankan kamu, aku aja juga bingung. Kenapa ya tuh orang." Jawabku menerawang.

" Jangan-jangan dia....." jawaban Dinda yang sengaja digantung agar aku penasaran.








Jangan-jangan apa tuh Cit? Hmmm jadi ikut penasaran

Jangan lupa terus ikuti cerita ini yaa,dan jangan lupa vomment nyaa, Makasii <3<3<3 luvvv🌈✨💓

Secangkir Kopi dan sepotong Red Velvet CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang