Chapter Fifteen

105 3 5
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 yang menandakan jam koassku telah usai hari ini. Segera saja aku pamit kepada teman-teman untuk pulang sebelum berbarengan dengan para pekerja rumah sakit lain.Aku hanya takut mendapat tatapan dari mereka karena kejadian siang tadi.

Aku sedikit berlari menuju depan rumah sakit, tanpa kusadari ada sepasang mata yang mengawasiku sedari tadi, memperhatikan kemana aku akan pergi, seakan tahu kekhawatiran yang aku rasakan.

Setibanya aku di kost, aku segera mandi dan berganti pakaian untuk bersiap mengikuti kelas online malam ini. Tetapi sebelumnya aku sempat mempersiapkan kebaya yang tadi dibicarakan oleh Irin. 

"Oh iya jilbabnya mana ya kok ga ada sih? Aduh gimana dong." Ucapku sendiri sambil membongkar lemari jilbab ku, tetapi jilbab itu pun tak kunjung kutemukan.

 "Ah yaampun, kan kemaren jilbabya baru aku pakai dan tadi pagi baru masuk laundry,astaga bagaimana ini?" ucapku frustasi sambil menepuk keningku sendiri.

Tadinya aku ingin meminjam milik teman kost ku, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang berada di kamarnya.Aku semakin panik.Y asudah kuputuskan untuk membuka group chat kelasku yang memiliki banyak notifikasi.

Entah keberuntungan datang dari mana, yang jelas malam ini kelasku diliburkan karena dosenku ada kepentingan mendadak yang tidak bisa ditunda. Dan setelahnya aku memutuskan untuk menelepon Citra untuk memintanya menemaniku ke salah satu pusat perbelanjaan.

Setelah kuhubungi, ternyata Citra bisa menemaniku,dan kamipun janjian untuk ketemuan di Kokas.Setelahnya aku langsung memesan ojek online untuk membawaku ke tempat tujuan.

Setibanya disana, aku bertemu dengan Citra, dan langsung menuju toko yang menjual berbagai macam jenis hijab. Aku sempat bingung memilih warna yang cocok dengan kebaya yang akan aku gunakan besok, meminta bantuan ke Citrapun bukan ide yang tepat karena Citra dan aku berbeda 180 derajat mengenai fashion.Tiba-tiba saja ada ibu-ibu yang berusia kira-kira setengah abad, datang menghapiri aku dan Citra yang nampak kebingungan mencari jilbab.

Ibu-ibu itu masih terlihat sangat cantik meski usianya tak muda lagi,jiwa keibuannya sangat terpancar dari sikap yang ditunjukannya padaku.

"Permisi,kamu lagi mencari jilbab yang tepat untuk kebaya itu ya nak?" tanyanya sopan sambil menunjuk ke arah kebaya yang sengaja ku bawa untuk mencocokkan dengan jilbab yang akan kubeli.

"Iya bu, agak susah cari warnanya." Jawab ku sopan, karena aku menghormati orang yang lebih tua dari pada aku. Kira-kira ibu ini sepantaran dengan mamahku di rumah. Duh jadi kangen mamah, biasanya mamah yang paling bisa memadupadankan baju dengan jilbab yang akan kupakai. Aku nanti jika sudah punya anak bisa tidak ya seperti mamah dan ibu ini? Yang sangat keibuan. Batinku dalam hati.

Setelah mencari-cari berbagai macam hijab, ibu itu memanggilku lagi
"Nak, sepertinya warna ini cocok dengan kebaya yang akan kamu pakai, selain itu warna ini juga sangat cocok jika kamu pakai karena sesuai dengan warna kulit kamu." Ucapnya.

"Wah iya bu, dari tadi kok saya tidak menemukan warna ini ya, hehehe. Terima kasih banyak ya bu, sudah ngerepotin ibu, sampai dibantu nyari jilbab. Sekali lagi terima kasih ya Bu." Ucapku sopan kepada ibu itu. Wah memang jiwa ibu-ibu itu memang selalu benar, sudah lima kali aku keliling tempat ini, tetapi tidak menemukan warna yang dipilihkan oleh ibu ini.

"Siapa nama kamu cantik?" tanyanya kepadaku. Jangan tanya kemana Citra,karena dia sudah ngacir ke tempat pakaian saat ibu tadi sibuk memilihkan jilbab untukku.Dasar anak itu selalu saja.

"Dinda Bu." Jawabku sambil tersenyum kearah ibu itu

"Kamu sudah bekerja/masih mahasiswi?" tanyanya lagi sambil memperhatikan penampilan ku dari ujung kepada hingga ujung kaki yang membuatku sedikit tidak enak.

"Hmm saya sekarang lagi menjalani koass sekaligus mahasiswi S2 teknik Bu,sambil ngambil beberapa kerjaan sampingan juga ." Jawabku seadanya kepada ibu itu.

"Wah,udah cantik,kalem,sopan, pinter, mandiri lagi. Calon istri idaman sekali kamu ini. Semoga anak saya mendapatkan jodoh yang seperti kamu ya Nak, pasti saya akan senang sekali." Komentarnya yang membuatku salah tingkah. Apa katanya calon istri idaman? Hahaaha aku aamiinkan saja,semoga hal itu benar terjadi padaku suatu saat nanti, aku juga akan senang jika memiliki mertua seperti ibu ini,karena beliau sangat baik kepada orang yang baru saja di kenalnya, apalagi dengan menantunya nanti, pikirku.

"Nggak kok Bu, saya tidak sehebat itu." Tolakku salah tingkah

"Kamu siapa tadi namanya? Ah iya Dinda, Dinda sudah punya calon belum? Calonnya pasti beruntung banget ngedapetin kamu Nak." Ucapnya lagi. Dan lagi-lagi pertanyaan itu muncul dari kalangan ibu-ibu kepadaku, dan harus ku balas dengan jawaban yang sama pula.

"Hehe belum ada Bu, mau fokus sekolah dulu." Jawab ku jujur

"Wah bagus itu,saya pengen banget kenalin kamu sama anak saya, tapi melihat kamu yang kayak gini, rasanya tidak pantas anak saya untuk menjadi pasangan kamu." Jawab ibu itu sambil terlihat sedikit sedih mengingat anaknya.

Rasa penasaranku pun kembali muncul dan membuatku bertanya kepada ibu itu lagi. "Memangnya ada apa dengan anak Ibu? Jika Ibu tidak berkenan menjawab tidak apa kok Bu." Tanyaku sopan, yang berharap si ibu mau menjelaskan kondisi anaknya.

"Ah itu anak ibu seorang dokter, ganteng sih, tapi itu sikapnya dingin sekali terhadap semua wanita kecuali ke saya. Dia trauma dengan wanita karena mantannya yang kurang ajar itu,saya masih kesel dengan wanita itu kalau ingat apa yang telah dia perbuat ke anak laki-laki semata wayang saya. Saya sampai bingung bagaimana cara membuat Iel membuka hatinya lagi,saya sudah berusaha menjodohkannya dengan beberapa wanita, tapi responnya selalu sama. Saya sampe sudah putus asa." Ucapnya menjelaskan keadaan anaknya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.Tentu saja hal ini membuatku merasa makin tidak enak hati, karena telah lancang menanyakan kondisi anaknya itu.

"Maaf bu sebelumnya,sudah lancang menanyakan hal ini, saya turut sedih bu atas apa yang terjadi kepada anak ibu, semoga anak ibu segera mendapatkan jodohnya ya Bu, Ibu terus saja mendoakan yang terbaik untuknya, jangan berhenti berharap ya Bu."

"Iya nak terimakasih sudah mendengarkan curhatan ibu,setidaknya ibu punya teman berbagi cerita. Ibu duluan ya nak, anak Ibu sudah menunggu Ibu di mobil,semoga kita bertemu di lain waktu Ya Nak." Pamitnya sambil cipika-cipiki kepadaku.

Setelah membayar jilbab yang dipilihkan oleh ibu tadi aku segera menghampiri Citra yang asyik memilih baju. "Cit akuu udah selesai nih." Kataku kepadanya. "Yoi, bentar bentar gue mau bayar ini, lo tunggu di luar aja Din, bentar doang kok." Jawabnya yang membuatku segera melangkahkan kaki ke depan toko baju itu.

Tak perlu menunggu lama aku dan Citra sudah keluar dari toko itu dan segera menuju salah satu restoran nusantara yang cukup terkenal di Indonesia karena Citra lapar dan dia berniat untuk memberiku pajak jadiannya dengan Rendi.Walaupun Citra suka membuatku kesal, tapi jika dia sudah berjanji maka dia akan selalu menepatinya, itu yang aku suka dari Citra. "Wah akhirnya lo bisa jalan ya Din, kan utang gue lunas kalo gini." Ucap Citra senang sekaligus lega telah membayar janjinya padaku.

"Hehe iyanih, abisnya dadakan juga dosen aku ngebatalin kelasnya, makasih ya Cit, udah selalu ada buat aku, luv yuuuuu pull dah Cit." Ucapku sedikit manja yang membuat Citra geli.

"Dih sorry ya Din, cinta gue Cuma buat Rendi. Lo tuh tinggal pilih Pak Aldo atau Dokter Anton.Dua-duanya oke kok, gue restuin semua." Jawabnya yang membuatku cemberut,karena tidak suka dengan topik yang dibicarakan Citra sekarang.

"Apaan sih Cit,udahlah gausah mulai, kita makan aja, tuh makanannya sampai. Jangan sampe kamu yang aku makan ya gara-gara mood ku hancur." Ancamku kepada Citra, yang diancam pun tak ambil pusing dan langsung menyantap makanan yang telah dipesannya.

"Di tengah-tengah acara makanku dengan Citra, tiba- tiba terdengar suara yang memanggilku dari belakang, dan segera saja aku menoleh.




Waduhh siapa ya yang manggil si Dinda itu??

Secangkir Kopi dan sepotong Red Velvet CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang