Chapter Ten.

115 4 4
                                    

"Kenapa Tuhan gampang sekali membolak-balikkan perasaan umatnya dengan disertai luka yang membuat hati menganga?" -H🌧️



" Jangan-jangan dia....." jawaban Citra yang sengaja digantung agar aku penasaran.

"Jangan-jangan apa Cit? Jangan buat aku mati penasaran dong elah." Kesalku sambil cemberut kepada Citra.

"Jangan-jangan dia naksir elo Din, nih ya, kalau ngga naksir ngapain coba dia milih lo buat nemenin dia ke seminar, nraktir lo, ngobrol sama elo? Sedangkan sama orang lain aja dia gapeduli, acuh, dingin.Nih, denger-denger dari fansclubnya si dokter Anton, banyak dokter perempuan di rumah sakit ini pengen banget nemenin doi ke seminar itu." Jawaban dari Citra itu membuatku berpikir dan sedikit membenarkannya, tetapi aku segera menyadarkan diriku bahwa tidak mungkin seorang Dokter Anton menyukai ku yang tidak ada apa-apanya dengan mantannya yang merupakan seorang selebgram itu."Aku gaada apa-apanya lah sama mantannya itu."Pikirku dalam hati.

"Apaan sih? Ngga semua orang yang nraktir aku berarti dia suka sama aku kan Cit? Ya kali ntar nih kalo tiba-tiba aku ditraktir sama Dokter Budi yang udah punya istri, terus kamu bilangnya beliau suka sama aku, bisa dibilang pelakor aku kalo gitu caranya Cit. Lagian kamu juga, baru kemaren bilang Pak Aldo suka sama aku perkara aku ditraktir dia, sekarang Dokter Anton yang kamu bilang naksir sama aku. Dasar labil kamu mah." Jawabku panjang seraya memakai jas putih kebangganku dan meletakkan pulpen di kantong jas itu.

"Ya ga begitu konsepnya Dinda cantik, lagipula nih ya, kan ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini, kalo emang dua-duanya naksir sama elo gimana? Bingung kan lo? Mangkanya jangan dikasi harapan Din. Lo tentuin, lo sukanya sama siapa, dan lepasin satunya, jangan lo php in. Kasihan." Jawabnya serius dan langsung meninggalkan aku dengan perasaan bingungku.

Heran,tumben Citra ngomong serius banget kaya tadi, ngga biasa-biasanya.

"Apaan sih Citra, mana mungkin orang-orang itu naksir sama aku, ada-ada aja. Lagian siapa yang php coba, orang aku nya yang dipaksa keluar sama mereka dan itu bukan kemauanku." Batinku sambil melangkahkan kakiku menuju kamar pasien untuk melakuakan visit bersama dengan dokter Arkan.

Setelah selesai visit ke kamar pasien, aku melanjutkan koass bersama dengan kelompokku yang dibimbing langsung oleh dokter Anton. Kali ini kelompok kami membahas tentang Koarktasio Aorta atau biasa dikenal dengan penyempitan aorta.

"Jadi pengertian Koarktasio aorta adalah penyempitan aorta, seperti yang kalian ketahui bahwa aorta merupakan arteri terbesar dari bilik kiri jantung yang bertugas membawa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Koarktasio aorta sendiri merupakan kelainan bawaan lahir yang disebabkan oleh kelainan jantung seperti ductus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir dan kelainan katup jantung. Biasanya penyempitan aorta yang terjadi pada bayi baru lahir atau anak-anak menyebabkan kesulitan untuk menyusu,nadi lemah,kulit pucat, berkeringat,hipertensi,dan bunyi jantung abnormal. Pada anak dan dewasa muda penyempitan ringan seringkali tidak menimbulkan gejala,seringkali hanya mengalami hipertensi atau bunyi jantung yang tak normal saat dilakukan pemeriksaan fisik, selain itu pada beberapa gejala ditandai dengan keluhan rasa sakit kepala atau kram dibagian bawah tubuh terutama saat berolahraga......" penjelasan dari Dokter Anton mengubah ruangan kami menjadi hening seketika dan kami yang tadinya santai langsung berubah ke dalam mode serius.

Kami pun terus menyimak dan mencatat penjelasan penjelasan yang diberikan oleh dokter Anton dengan serius.

Sama halnya denganku, aku terus berkutat dengan notebook ku berusaha menulis semua yang dikatakan oleh dokter Anton tersebut. Memang selalu seperti ini keadaan ruangan jika Dokter Anton sedang menjelaskan, hanya terdengar suara gesekan pulpen dengan kertas yang diiringi suara bariton dokter Anton saat menjelaskan materi.

Setelah kurang lebih 60 menit kami mendengarkan penjelasan dokter Anton menegnai Koarktasio aorta, kini saatnya kami untuk istirahat makan siang, cacing-cacing yang ada di perutku sudah tak kuasa menunggu untuk diberi makan oleh pemiliknya.

"Eh guys makan yuk, laper nih." Ajakku pada teman-teman sekelompokku yang saat ini sedang merapihkan barang-barang mereka yang berserakan di meja.

"Skuyy lah, gue juga laper banget nih, habis dengerin ceramah dokter Anton yang rasanya persis kek dengerin ceramah rohani, serius bener, gaada becandanya sama sekali, padahal di zaman sekarang banyak ceramah yang udah diselingi guyonan." Celetuk Rayhan spontan yang membuat kami semua terbahak seraya membenarkan perkataannya barusan.

"Iyanih, aing juga laper pisan euy." Jawab Sandi tak mau kalah

Akhirnya aku,Citra,Rayhan, dan Sandi berangkat menuju kantin untuk mengisi bahan bakar kami.

Ditengah perjalanan menuju kantin, tak sengaja kita bertemu dengan dokter Anton yang kelihatannya sedang berjalan terburu-buru dengan telfon yang masih menempel pada telinga.Dia berjalan melewati kami tanpa sepatah kata apapun seolah tidak mengenal kami semua yang jelas-jelas adalah anak bimbing yang baru saja diceramahinya.

"Dih sombong amat, udah berubah lagi sikapnya, tadi pagi aja baik pake acara traktir-traktir, sekarang papasan aja ngga nyapa." Batinku seraya menghela napas kasar.

"Napa lo Din? kesel ngga disapa?" pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari dari mulut Citra.

"Apaan sih, G A K." jawabku ngegas.





Wah si Dinda sebel noh Dok! Tanggung jawab ngga!

Ikuti terus cerita ini,dan jangan lupa vommentnya ya gaiss, makasiih <3<3<3🌈✨💓

luvvv!!

Secangkir Kopi dan sepotong Red Velvet CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang