Chapter 3

438 52 4
                                    

Ark: Rumah Berhantu
Bagian 3


Yang ditaksir Renjun salah.

Ternyata bensin yang tersisa tidak sampai membawa mereka ke tempat member tertua NCT dream itu menemukan boat ini. Alhasil boat yang mereka bertiga tumpangi terhenti di tengah jalan. Dan untuk mencapai tepian danau, mau tidak mau ketiganya harus turun dan berenang ke tepian. Basah kuyup lagi.

Begitu sampai di tepian, tanpa ada yang bicara apa-apa, ketiganya saling pandang satu dengan lainnya.

Barulah Jaemin menyadari kalau jaket Renjun terlihat koyak di beberapa bagian, seperti bahu dan pergelangan tangan. Sedangkan Jisung yang mengenakan jeans pendek selutut dengan kaos lengan pendek, terlihat sedikit menggigil kedinginan. Salah sendiri, berpakaian minim di tengah hutan belantara begini.

"Jaket kamu ke sangkut apaan, Jun? Robeknya Jumatan," tanya Jaemin

Renjun tersenyum kecut mendapati perhatian Jaemin. "Bukan apa-apa, Min. Menurutku sebaiknya kita mencari tempat aman untuk bermalam. Kita bisa membuat perapian untuk menghangatkan badan atau mengeringkan pakaian kita."

Jisung mengangguk setuju. "Yang penting api unggun yang kita buat jangan di tepian danau ini. Sebab cahayanya bisa menarik perhatian siapa saja yang melihatnya," ujar makne Nct Dream itu yang sepertinya trauma menjadi tahanan suku pedalaman. "Dan aku rasa ini bukan tempat yang aman untuk pendatang seperti kita."

"Kita masuk ke dalam hutan sedikit." Jaemin langsung ambil keputusan dan melangkah pergi. Mau tidak mau baik itu Renjun atau Jisung, segera mengikuti. "Emang sebenernya bergerak siang itu lebih aman daripada kita bergerak malem. Coba aja bayangin, kalo tiba-tiba ada ular yang keinjek ama kita sekarang ini. Abis dah kita dicatek ama dia. Belom lagi kalo ularnya gede, bisa langsung ditelen idup-idup kita."

Dalam hatinya Renjun membenarkan apa yang dikatakan Jaemin, siang memang lebih baik daripada malam. Melangkah menyerusuki semak-semak sebenarnya sangat beresiko sekali, dimana hewan: hewan melata dan berbisa seperti ular, kalajengking dan lain sebagainya sangat menyukai daerah seperti di ekosistem danau.

"Hutan di Timur negera Korea selatan ini memang masih sangat alami dibandingkan hutan-hutan lainya. Hewan-hewan yang hidup di sini pun lebih liar dan buas. Karena selama ini mereka belum tergerus era modernisasi manusia," ujar Jisung sambil terus mengikuti Jaeimin di belakang. "Yang penting kita mendapatkan tempat yang sedikit aman saja untuk bermalam."

Namun begitu mereka menemukan sebuah jalan setapak, itu seperti doa yang terkabul. Akan tetapi Jaemin yang berjalan paling depan malah berhenti dan celingak-celinguk melihat ujung jalan yang satu dengan ujung jalan lainnya. Tentu saja yang dapat dilihatnya hanyalah kegelapan semata. "Gimana nih, Mao ngikutin jalan terus atau mao bermalam di sini?" tanya Jaemin yang entah ditujukan kepada siapa.

"Jangan di sini, Min" jawab Renjun cepat. "Kalau di jalan, siapa pun bisa lewat. Dan belum tentu kita menyadari kedatangan siapa pun itu di saat kita tidur."

"Kita telusuri saja jalan setapak ini, kalau kita menemukan pedataran bagus untuk bermalam, kita bermalam. Atau kalau mau aman, kita tidak usah menyalakan api unggun pun tidak masalah sampai pagi." Sambil berkata Jisung, yang bercelana pendek selutut itu melangkah menelusuri jalan.

"Kalo aku bilang sih, mendingan tadi kita nggak usah turun dari boat. Lebih aman kita tidur di situ sampe pagi..." meski terdengar mengedumal, tapi Jaemin mengikuti langkah Jisung.

"Sabar Min, kita pasti mendapatkan tempat istirahat yang layak." Renjun menenangkan. Dalam hatinya Renjun ini membatin lirih, "memang kalau dipikir pikir, sejak kemarin malam semuanya kurang istirahat. Sejak menjadi buronan semalama, terpisah dari Jeno dan Chenle. Dan sampai sekarang pun, semuanya belum beristirahat sama sekali."

Home (Neo Culture Tecnology Detektif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang