Chapter 12

101 12 0
                                    

Sebelemnya

Jisung terpaku karena kagetnya. Tapi Doyoung langsung bertindak tanpa telat sedetikpun. Diseretnya Jisung maju, masuk sedalam mungkin ke celah. Sesaat kemudian, dengan bunyi gemuruh batu-batu dan tanah menggelincir lewat mulut celah di mana kedua remaja itu berlindung, Beberapa bongkah batu berjatuhan ke dalam. Beberapa bongkah lagi bertumpukan di tempat datar yang ada diluar celah itu, sehingga terbentuk semacam tembok yang padat. Kini Jisung dan Doyoung Terkurung dalam celah yang menyelamatkan jiwa mereka.

Ark:Teror Kastil Setan
Bgagian 4

Deru batu longsor sudah lenyap. Sekeliling mereka gelap gulita, Debu beterbangan, kering dan mengandung pasir halus, "Kita tidak bisa keluar lagi, Hyung," kata Jisung sambil terbatuk-batuk, "Kita terjebak di sini, kita akan mati tercekik!"

"Tutup mulut dan hidung dengan sapu tangan, sampai udara sudah bersih dari debu," kata Doyoung menasihatkan. Ia meraba-raba dalam gelap mencari temannya. Setelah ketemu, diletakkannya tangan ke bahu Jisung, untuk menenangkannya.

"Mengenai udara, jangan khawatir! Celah ini kurasa cukup dalam, jadi untuk sementara kita bisa bernapas dengan bebas. Kecuali itu berkat Haecan, kita juga punya senter."

"Berkat Haecan hyung kita terjebak di sini!" tukas Jisung dengan marah, "Awas kalau sampai ketemu, Akan kuputar lehernya itu"

"Sayangnya kita tidak bisa membuktikan, betul-betul dia yang menyebabkan batu-batu tadi merosot, lagi pula aku tidak yakin kalo Haecan akan melakukan hal yang membahayakan nyawa kita" kata Doyoung.

Sambil bicara, Doyoung menyalakan senter. Seketika itu juga sinar terang memecah kegelapan dalam celah. Doyoung meneliti tempat itu dengan seksama. Ternyata merupakan semacam gua. Tingginya hampir dua meter, sedang lebarnya satu meter lebih sedikit. Ke arah belakang celah itu sangat menyempit. Jadi tidak bisa dimasuki, walau nampaknya dalam sekali.

Sebongkah batu besar terselip dalam mulut celah itu, menyumbat bagian bawahnya. Di atasnya bertumpuk-tumpuk lagi batu-batu. Sedang celah-celah di antara batu terisi penuh dengan tanah.

"Jalan ke luar tersumpal semua karena batu-batu longsor tadi." kata Doyoung

"Dalam keadaan begini pun, hyung masih saja suka bicara panjang lebar," keluh Jisung "Kenapa tidak bilang saja, kita tidak bisa keluar'? Kita terperangkap!"

"Aku tidak mau bilang begitu, karena belum terbukti," kata Doyoung "Tolong aku mendorong batu-batu itu. kalau bisa didorong..."

Ternyata tidak bisa. Walau sudah dicoba sekuat tenaga, tapi sia-sia belaka. Keduanya menghentikan usaha itu, Napas mereka tersengal sengal.

"Kai hyung nanti pasti mencari kita," kata Jisung dengan suram, "Tapi mana mungkin bisa ketemu! Lalu dia minta pertolongan polisi dan pramuka, Mereka lantas sibuk ikut mencari. Tapi takkan mungkin ada yang bisa mendengar kita berteriak-teriak di sini. Kalau akhirnya kita bisa juga akhirnya ditemukan, jangan-jangan baru minggu depan. Dan itu pun kita sudah... Hal Apa yang Hyung lakukan di situ?"

D

ilihatnya Doyoung berlutut sambil menatap ke arah sebelah belakang celah, Senternya disorotkan ke situ untuk menerangi.

"Aku melihat abu bekas api unggun di bawah debu," katanya. "Kelihatannya pernah ada pengembara berlindung di sini."

Doyoung meraihkan tangannya ke depan. Ia menepis-nepiskan debu sebentar, lalu menarik sebatang dahan yang panjangnya kira-kira semeter, sedang besarnya lima senti. Salah satu ujungnya nampak diruncingkan. Dahan itu sebagian hangus menjadi arang, sedang ujungnya yang runcing patah.

Home (Neo Culture Tecnology Detektif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang