Chapter 11

120 16 0
                                    

Ark:Teror Kastil Setan
Bgagian 3

"Hyung dengar itu?" kata Jisung sambil meremas lengan Doyoung. "Kita disuruh pergi. Yuk aku tidak mau menunggu sampai disuruh untuk kedua kalinya." dia sudah mulai melangkah. hendak lari.

"Tunggu!" kata Doyoung sambil menahan.

"Tunggu!" kata suara gaib itu kini terdengar agak nyaring

"Ya, seperti yang sudah kukira, itu cuma gema," kata Doyoung, "Kau lihat sendiri, langit-langit ruangan ini tinggi. Dan bentuknya melingkar.
Dinding melingkar memantulkan gema dengan sangat baik.
Pembangunnya, Suzana, memang sengaja membangun ruangan ini begini. Ia memberinya nama Serambi atau Bilik Gema,"

Benar juga, kata-kata Doyoung langsung terpantul dengan cara yang menyeramkan di situ. Tapi untuk apa takut pada gema?

"Ah, aku tadi kan cuma main-main saja," kata Jisung pura-pura tak acuh. "Dari semula aku sudah tahu, itu cuma gema." Ia lantas tertawa keras, untuk membuktikan bahwa ia tidak takut. Seketika itu juga suara tertawanya terpantul, seakan-akan dinding tinggi itu sendiri yang tertawa geli. Makin lama makin pelan, diakhiri kekehan seperti berbisik, Jisung menelan ludah beberapa kali.

"Itu tertawaku?" bisiknya seram.

"Ya, itu suaramu," balas Doyoung dengan berbisik pula. "Jangan kau ulangi lagi!"

"Jangan khawatir, biar diupah berapa pun takkan kulakukan," bisik Jisung

"Coba ke sini sebentar," kata Doyoung, sambil menariknya agak ke samping. "Sekarang kita bisa bicara dengan aman! Gema hanya terjadi, apabila kita berada di tengah ruangan. Aku tadi hendak menguji. barangkali itu salah satu sumber penjelmaan seram yang diceritakan beberapa orang di masa silam."

"Kenapa Hyung tidak bilang tadi." keluh Jisung.

"Serambi Gema jelas tertulis dalam catatan laporan Renjun." kata Doyoung. "Cuma kau yang kurang teliti membacanya."

"Perhatianku lebih terarah pada cerita tentang keluarga yang datang dari Timur dan menginap di sini semalam, lalu setelah itu tidak pernah lagi terdengar kabar beritanya," kata Jisung.

"Bisa saja mereka kembali lagi ke Timur," kata Doyoung. "Tapi memang benar, nampaknya selama paling sedikit dua puluh tahun belakangan ini tidak ada seorang pun yang sanggup bertahan menginap di sini sepanjang malam. Tugas kita sekarang, menyelidiki apa yang menyebabkan orang orang itu takut. Kalau ternyata memang benar-benar hantu, arwah Suzana, pemiliknya yang dulu, itu berarti kita berhasil membuat penemuan ilmiah yang sangat penting."

"Kalau bukan hantu, apa lagi?" tukas Jisung. Dia menyorotkan senternya berkeliling menerangi dinding ruangan yang melingkar sekeliling mereka.

Di situ ada tangga putar, menuju ke tingkat atas, Tapi Jisung sama sekali tidak bermaksud menginjakkan kaki di tangga itu. Di dinding permadani hiasan dinding yang sudah rapuh, dengan bangku-bangku kayu yang berukir di bawahnya. Di beberapa relung yang tidak begitu dalam dipajang pakaian zirah.

Di dinding tergantung pula sejumlah lukisan berukuran besar. Jisung memainkan cahaya senternya, berpindah-pindah dari lukisan yang satu ke lukisan yang berikut. Semua lukisan itu menggambarkan orang yang sama, tapi mengenakan pakaian yang berlainan. Pada satu lukisan dia tampil sebagai bangsawan Indonesia, Pada lukisan lain menjelma sebagai wanita berpunggung bongkok, Ada pula yang menggambarkannya sebagai manusia aneh dari sirkus, Begitu pula bajak laut bermata satu.

Jisung menarik kesimpulan, lukisan-lukisan itu semua menggambarkan Suzana, bekas pemilik kastil itu, dalam berbagai peranannya yang termasyhur semasa film jaman dulu.

Home (Neo Culture Tecnology Detektif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang