Chapter 2

645 63 6
                                    

Ark: Rumah Berhantu
Bagian 2

Seorang diri Jaemin menelusuri lebatnya semak belukar pinggir sungai. Dia berpendapat sejauh apa pun atau Sepanjang apa pun Sungai ini, pastinya akan melewati jembatan atau perumahan penduduk. Berpikir demikian, daripada berdiam diri menunggu pagi di tempat yang asing dan berpotensi datangnya marabahaya, lebih aman kalau dia bergerak. Minimal jika ada sesuatu atau apa, dia bisa menyadari dan menanggulanginya dengan cepat. Daripada hanya diam dan diintai musuh dari suatu tempat tanpa diketahuinya.

lebih baik bergerak sambil memasang indera pendengaran dan penglihatannya sebaik mungkin Jaemin mengukur panjang sungai di malam kelam.

Lebih dari satu jam berjalan kaki, melewati akar-akar besar, semak belukar, rerumputan liar atau terkadang harus memutar daratan sedikit ketika tepian sungai tidak dapat dilaluinya, hal yang diharapkan Jaemin tidak juga didapat. Tidak ada jembatan atau perkampungan penduduk yang ditemukan. Seakan akan tepian sungai yang ditelusuri ini tidak ada habisnya Sampai suatu ketika, meski dalam keremangan dan keterbatasan cahaya memandang saat malam, langkah kaki Jaemin terhenti.

"Ini yang dibilang orang-orang. lepas dari mulut macan jatuh ke mulut buaya." desis Jaemin sambil memandang lekat-lekat sekumpulan gundukan hitam di hadapannya. Dia yakin sekali, malah bisa dikatakan yakin-seyakinnya kalau yang terbentang di jarak sepuluh meter di depan sana adalah buaya.

Jaemin berhenti melangkah, dia berdiri mematung. Otaknya mencoba berpikir cepat, sebelum buaya-buaya besar itu mengetahui kehadiran dirinya. Dan satu-satunya jalan yang terpikirkan saat ini, tentu saja mencari jalan lain. Dengan sangat hati-hati sekali Jaemin menjauhi tepian sungai, masuk ke semak-semak menuju dalam hutan.

"Moga-moga aja nggak ada ular atau ketemu anjing lagi," desis Jaemin penuh harap. "Nyawa kalo di tempat beginian, kayak mainan. Ketemu apaan aja, pasti langsung pontang panting..."

Ada sedikit keinginan terbersit dalam benak member NCT Dream ini untuk naik ke pohon dan diam menunggu pagi. Namun mengingat pengalaman tadi, dia jadi ngeri sendiri. Sebab siapa pun pasti tahu, kalau tergigit ular di tempat seperti ini pasti ujung-ujungnya kematian. Karena sudah pasti orang yang tergigit tidak akan sempat sampai dibawa ke rumah sakit.

"Ular bisa segede itu ya bener-bener parah nih hutan." desis Jaemin ketika berpikir demikian. "Jangankan gue, gorilla bunting juga bisa ketelen ama tuh ular tadi. Ah kasihan si anjing, mau makan malah kemakan..."

Lama menelusuri pedalaman hutan telinga Jaemin sayup-sayup mendengar suara derap langkah kaki dari arah samping kirinya. Dia langsung berhenti dan merunduk, matanya yang diedarkan lebih lebar lagi ke arah datangnya suara. Agar posisinya tersembunyi, Jaemin lebih merapatkan diri ke semak-semak. Perlahan tapi pasti, suara derap kaki semakin jelas terdengar. Dan tidak sampai hitungan ke lima, dari arah yang memang sudah diperkirakan muncul beberapa bayangan hitam manusia berjalan.

Tap tap tap....

Meski hanya bayangan hitam, tapi Jaemin tahu kalau di barisan tengah, ada dua orang memanggul sesosok tubuh dalam ikatan kayu. Sayangnya dalam keadaan suasana seperti ini, dia tidak bisa melihat dengan jelas. Tidak mau mengambil resiko apa-apa Jaemin diam menunggu sampai rombongan bayangan berlalu.

"Semuanya ada tujuh orang," pikir Jaemin begitu menghitung jumlah bayangan orang yang dilihatnya.

"Kira-kira siapa orang yang digotong, ya? Apa iya Renjun atau Jisung ya?"

Home (Neo Culture Tecnology Detektif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang