Renjun sedang makan malam bersama Jeno dan Jaemin di Asrama Dream. Sekali-sekali matanya bergerak memandang ke arah Hanponenya. Sejak kembali dari perpustakaan SM, ia sudah terus menunggu-nunggu bunyi deringnya. Pada waktu luangnya, Renjun membantu di situ, membantu-bantu membereskan buku-buku yang dipulangkan dan menaruhnya ke rak yang semestinya. Serta berbagai tugas bantu lainnya. Kini ia sudah hampir selesai makan. Tapi handponenya masih juga belum berdering.
Ketika sekali lagi ia melirik ke arah itu, Jeno sempat melihatnya. Jeno nampak kaget, rupanya teringat lagi pada sesuatu hal.
"Astaga, ternyata aku kelupaan," kata Jeno. "Tadi ada pesan untukmu. Dari Doyoung hyung. Dia menelponku tadi."
"Lalu, apa katanya?" kata Renjun dengan segera.
Sehari sebelumnya, Renjun sudah mengetahui garis-garis besar perkara penyelidikan mereka kali ini dari Doyoung. Juga sudah disepakatkan, Neo Culture Detektif akan mengadakan rapat malam itu di Markas Besar. Itu juga apabila Doyoung tidak sedang sibuk. Soalnya, kadang-kadang ia masih memiliki banyak secejule, dan karenanya tidak sempat mengadakan penyelidikan.
"Aku mencatatnya," kata Jeno, lalu merogoh-rogoh kantong, mencari- cari di antara sekian banyak kertas. "Soalnya, aku takkan sanggup mengingatnya. Doyoung Hyung kadang-kadang suka memakai bahasa yang aneh, yang hanya bisa di mengerti oleh kamu dan Jisung saja.."
"Memang kebiasaannya, kalau bicara suka panjang kalimatnya," kata Renjun menjelaskan. "Habis, dia kan kutu buku! Jadi secara otomatis kalau bicara pun kayak kalimat dalam buku, serba panjang! Hyungnya, Gong Myung hyung, juga sama saja kayak dia. Lama-lama bisa terbiasa juga."
"Yah - pokoknya inilah pesannya." Jeno berhasil menemukan carik kertas yang dicari, lalu membaca tulisan yang tertera di situ. "Kelana Gerbang Merah, sekarang datanglah! Burung sudah terbang dan urusan sudah terbayang. Jalan tidak mudah, jadi ikuti anak panah. Pesan Doyoung selesai. Nah, coba - apa maksudnya dengan kalimat yang begitu?!" Ditatapnya Renjun dengan pandangan menyelidik. "Pesan apa itu, kayak begitu? Atau kalian memakai bahasa sandi ya?"
Saat itu Renjun sudah bergerak menuju ke pintu. Tapi ia berhenti melangkah ketika Jeno bertanya. Dan kalau Jeno mengajukan pertanyaan, dia juga mengharapkan jawaban. "Itu kan bahasa Korea biasa,," katanya.
"Ah - apanya yang bahasa Korea biasa!" tukas Jaemin ikut nimbrung. "Kedengarannya tidak biasa! Kalian sedang melakukan sesuatu tanpa mengajak kami kan."
"Itu bahasa Korea biasa, cuma kedengarannya saja seperti bahasa sandi," ujar Renjun menjelaskan. "Soalnya apabila ada orang lain kebetulan menangkap salah satu pesan kami, ia takkan bisa mengerti apa-apa."
"Lalu kami ini orang lain, ya! Sesama anggota NCT sendiri?"
"Wah - bukan begitu," kata Renjun buru-buru. "Kalau kalian memang berminat, akan kujelaskan. Begini, Jen. Kami kan membentuk sebuah perusahaan detektif. Nah, saat ini kami mendapat tugas penyelidikan. Kami berusaha mencari seekor burung nuri yang lenyap."
"O, kalau begitu baiklah. Kedengarannya menyusahkan. " Wajah Jeno yang semula mendung kini nampak cerah kembali. "Dan kurasa itulah yang dimaksudkan dengan kalimat 'Burung sudah terbang dan urusan sudah terbayang', ya?"
"Betul, Jen. Lalu Kelana Gerbang Merah artinya -"
"Sudahlah. Kau boleh pergi sekarang! Tapi ingat, jangan sampai terlalu lambat pulang. Kau masih harus melakukan sesuatu untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (Neo Culture Tecnology Detektif)
PertualanganPulau bagian timur Korea selatan akhirnya menjadi pemburuan sengit tokoh-tokoh besar. Disanalah akhirnya perang besar pecah yang mengakibatkan pertumpahan darah dari banyak nyawa-nyawa para petarung hebat dan persenjataan berat dan canggih-canggih b...