Chapter 14

97 13 0
                                    

Ark:Teror Kastil Setan
Bgagian 6

Terror Castle menjulang dalam gelap, di hadapan Jisung dan Doyoung, Malam itu tidak ada bulan, Hanya beberapa kerlip bintang saja memecah kegelapan ngarai.

"Malam tidak akan lebih gelap lagi dari sekarang," kata Doyoung dengan suara tertahan, "Jadi kita masuk sajalah."

Jisung menenteng senternya yang baru dan bercahaya terang, Senter itu dibelinya dengan uang sakunya. Sedang senternya yang lama masih tertinggal dalam perpustakaan, Kedua remaja itu mendaki jenjang yang sudah retak-retak, lalu melintasi teras. Doyoung agak pincang jalannya, karena ia belum berani terlalu membebani pergelangan kaki yang baru sembuh dan masih dibalut erat.

Langkah kaki mereka terdengar nyaring dalam gelap. Di salah satu tempat seekor binatang kecil kaget karena kedatangan mereka.

Binatang itu melesat pergi dari persembunyiannya, melarikan diri dari cahaya senter yang terang.

"Apapun binatang itu, pokoknya dia pintar," kata Jisung, "Dia lari dari sini."

Doyoung diam saja, Tangannya meraih tombol pintu depan, lalu menarik narik, Tapi daun pintu tidak bisa dibuka, "Agak macet rupanya," katanya. "Coba tolong sebentar."

Jisung ikut menarik, Tahu-tahu tombol yang terbuat dari kuningan itu terlepas, Jisung dan Doyoung terjungkir ke belakang, jatuh bergelimpangan di ubin.

"Uuu!" desah Jisung dengan napas sesak. "Hyung berbaring di atas perutku. Aku tidak bisa bergerak - tidak bisa bernapas."

Doyoung berguling ke samping, lalu berdiri lagi, Jisung ikut bangkit.

Dipegang-pegangnya seluruh tubuhnya, untuk memeriksa kalau-kalau ada yang patah atau terkilir.

"Rupanya semua beres," katanya kemudian,

"Kecuali akal sehatku, yang rupanya ketinggalan di rumah."

Doyoung tidak mengacuhkan sindiran temannya itu, la memperhatikan tombol pintu dengan bantuan cahaya senternya,

"Lihatlah," katanya. "rupanya sekrup yang menahan tombol ini ke batang itu terlepas."

"Mungkin aus," gumam Jisung. "Habis, belakangan ini banyak sekali orang lalu-lalang lewat pintu ini."

"Hmm." Doyoung nampak sedang berpikir. Keningnya berkerut. "Jangan jangan ada yang sengaja melepaskannya."

"Siapa sih yang mau berbuat begitu?" tanya Jisung, "Pokoknya, sekarang kita tidak bisa masuk! Jadi lebih baik kita kembali saja."

"Kurasa kita akan bisa berhasil masuk lewat jalan lain," kata Doyoung. "Kita coba saja lewat pintu angin yang di sana itu."

Dia langsung menyusur dinding depan bangunan itu. Berseberangan dengan teras, terdapat enam pintu angin yang tinggi. Pintu angin sebenarnya jendela, tapi ambang bawahnya rendah sekali sehingga lebih tepat disebut pintu.

Lima di antaranya ternyata terkunci dari dalam. Tapi yang keenam ternganga sedikit. Doyoung menariknya. Ternyata bisa dibuka dengan gampang. Ruangan di belakangnya gelap gulita.

Kegelapan itu sesaat kemudian ditembus cahaya senter Doyoung yang masih berdiri di luar. Diterangi cahayanya, nampak sebuah meja panjang dengan kursi-kursi di sekelilingnya. Di satu ujung meja nampak samar tumpukan piring

Home (Neo Culture Tecnology Detektif)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang