Tiga puluh satu

69 7 0
                                    

31.

Hari ini tidak ada hal spesial yang akan dilakukan Semesta terkecuali minum obat yang rutin untuk mengurangi flu yang dialaminya.

Sebenarnya ada satu lagi, yaitu terkait Hacihan.

Semalam, diam-diam Semesta mengikuti ke mana Hacihan pergi untuk bertemu seseorang.

Semesta melihat dari dalam mobil yang terparkir di depan kafe, ia jelas melihat Hacihan yang duduk di dekat kaca itu bertemu dengan pentolan dari sekolah musuhnya.

Entah Hacihan pernah bercerita tentang laki-laki itu pada Semesta atau belum, ia tak ingat.

Yang Semesta lihat saat itu, sosok pentolan sekolah musuhnya itu mengintimidasi Hacihan.

Selanjutnya Semesta tidak dapat melihat lebih jauh karena tiba-tiba hujan turun dengan lebat, sekalipun saat ia mengaktifkan wiper mobil.

Yang hanya bisa Semesta lakukan malam itu ialah menjemput Hacihan pulang ketika mengetahui gadis itu tengah melamun seorang diri.

Dan ya, sudah setengah hari ini Semesta belum juga melihat Hacihan keluar dari kamarnya.

Knock! Knock!

Semesta mengetuk pintu kamar Hacihan yang tidak mendapatkan sahutan dari dalam sana.

Sejujurnya ia tahu bahwa Hacihan sedang tidak baik-baik saja.

Walaupun Moeses selalu berpesan pada Semesta untuk melaporkan apapun yang terjadi pada Hacihan, ia tidak pernah melakukannya.

Menurut Semesta, itu biar menjadi urusan Hacihan sendiri. Jika gadis itu ingin, ia akan bercerita pada Moeses apa yang terjadi padanya baik hal bahagia atau menyakitkan.

Tapi sejauh ini ketika Semesta menyimak di grup yang berisikan ketiga temannya itu, Moeses selalu bercerita setiap malam bahwa Hacihan jarang mengiriminya pesan.

Entahlah, antara Hacihan yang tidak melakukannya atau Moeses.

Fokus Semesta saat ini hanya satu, memastikan Hacihan baik-baik saja karena hanya dirinya seorang di rumah ini yang dapat Hacihan andalkan.

Semesta tidak tahu apa yang Hacihan dan Rio katakan, tapi Semesta yakin itu pasti mengganggu pikiran Hacihan.

Satu-satunya yang hanya bisa Semesta lakukan ialah dengan bertemu Ara. Moeses pernah bercerita padanya bahwa Hacihan bukan tipe orang yang suka mencaritahu terkait masalahnya jika tidak ada orang yang memberitahunya. Tentu hal itu memperkuat bahwa pasti Ara sumbunya.

Sekali lagi Semesta mengetuk pintu kamar Hacihan berkali-kali, namun sang empunya kamar sama sekali tidak menyahut.

"Hacihan, gue pergi sebentar."

Dengan mendadak Semesta meminta bertemu dengan Ara di rumah gadis itu. Awalnya Ara jelas kaget karena mereka tidak sedekat itu, berbeda saat Ara dengan Jevon atau Panji.

Hingga ketika Ara menyetujuinya, Semesta langsung ke rumah Ara pada pukul 2 siang dengan mengendarai sepeda motornya.

Cukup memakan waktu setengah jam sampailah Semesta di rumah Ara, yang mana langsung disambut baik oleh gadis itu.

Saat itu kebetulan ada ayah dan ibunya, membuat Semesta harus bersikap baik layaknya teman sungguhan.

Semesta duduk di ruang tamu yang cukup lega dengan Ara yang duduk di seberangnya setelah ia menyuguhkan minuman dingin di meja.

Sebelum Ara berpikir yang macam-macam, Semesta langsung saja berkata, "lo nggak keberatan gue dateng?"

Ara menggeleng.

The Universe Knock My Door [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang