Enam puluh dua.

50 4 0
                                    

62.

Dua hari berlalu setelah Semesta, Jevon, Panji, serta Verrel yang ikut membantu, mencari anggota untuk pasukan Beverald.

Tercatat sekitar 70 orang yang siap bergabung untuk menyerang markas geng berandal besar, Blotter.

Melakukan pertemuan di luar jam sekolah, siang ini para anggota Beverald itu berkumpul di sebuah gedung proyek milik orangtuanya Verrel yang pembangunannya baru selesai 90%.

Mengenakan pakaian biasa, Verrel juga memperingatkan mereka semua untuk tidak mengenakan atribut Beverald ataupun atribut sekolah saat datang berkumpul. Mereka semua dipersilakan pulang terlebih dahulu untuk berganti baju, makan, dan lainnya sebelum akhirnya datang ke tempat pertemuan.

Meramaikan suasana gedung tersebut, mereka semua berkumpul di dalam auditorium yang sangat besar dan belum ada properti apa-apa.

Duduk berlesehan di lantai yang sudah dibersihkan, para anak Beverald yang berkumpul di sana tentunya sangatlah berisik.

Berbeda dengan Hacihan, Ara, Semesta, Jevon, Panji, juga Verrel yang berdiri di tepian, raut wajah mereka begitu bermacam-macam.

Khususnya empat laki-laki itu, mereka hanya takut keadaan menjadi ricuh dikarenakan para anggota Beverald yang hadir ini, mereka tidak tahu, bahwa mereka semua akan dikendalikan oleh pentolan dari musuh besar Beverald, Binaraya.

Sejujurnya, Semesta dan kawan-kawannya sangatlah tidak menyangka bahwa mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 50 anggota.

Yang mereka sadari mengapa para anak Beverald itu ber-sukarela untuk bergabung dalam penyerangan ini adalah, meminta pertanggungjawabannya pada Reno.

Dari 70 anggota yang berhasil didapat, tidak yakin ada berapa banyak orang yang bisa berkelahi.

Bahkan Semesta, Jevon, dan Panji menaruh kepercayaan pada Verrel untuk menjadi pelopor dari 70 orang itu, sebelum akhirnya 70 orang itu benar-benar dikendalikan oleh pentolan Binaraya.

Sambil menunggu sosok Rafi yang hadir, Verrel berjalan ke arah mimbar di depan sana kemudian berdiri menghadap puluhan siswa Beverald itu.

"Halo, halo..." Mengetes mic-nya terlebih dahulu, setelahnya Verrel melanjutkan, "untuk temen-temen gua semua, gua harap kalian fokus ke gua dulu."

Suasana begitu ramai, sepertinya suara Verrel tidak terdengar oleh anak-anak Beverald yang saling heboh sendiri.

"Halo... Temen-temen, bisa kali liat ke arah gua dulu." Volume mic-nya sudah sangat besar padahal, suasananya saja yang terlalu ramai.

Melihatnya membuat Verrel berdecak kesal. "Woi! Liat gua dulu!"

Rasanya seperti berbicara tapi tidak ada yang menghiraukan. Ya, cukup menyebalkan.

"WOI PSIKOPAT!"

Suasana mendadak hening dan genting, membuat para anak Beverald yang tadi sibuk sendiri itu mulai menyadari keberadaan Verrel yang berdiri di atas mimbar di depan sana.

Verrel menghela napas panjang terlebih dahulu, ini sangat beban baginya.

"Gua mohon dengerin gua dulu. Mau sampe kapan kita dibilang psikopat?" Walau tidak terlihat jelas dari jauh, tapi Verrel sudah memasang wajah datarnya.

"Gua udah jelasin ke kalian semua satu per satu bahwa tujuan kita melakukan penyerangan ini adalah untuk menghentikan aksi-aksi konyol dari Beverald selanjutnya. Dan sekali lagi gua ingatin, kalo sampe penyerangan kita ini kesebar di pihak sekolah, gua nggak segan-segan mukulin lo pada satu-satu." Walaupun kebanyakan anggota terdiri dari angkatannya sendiri atau kelas 11, hal itu tetaplah tidak mudah bagi Verrel untuk mengatur mereka semua.

The Universe Knock My Door [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang