"Lo sengaja ninggalin payung apa gimana?"Masih pagi udah nggak jelas. Aku baru sampai kelas, kakiku jadi berhenti di depan papan tulis sambil menatap bingung Si Penanya yang lagi hapus tulisan spidol di sana.
"Tuh."
Mungkin mengerti dengan tatapan bingungku, gadis ini menunjuk ke arah mejaku. Barisan kedua dari ujung, meja kedua. Ada payung lipat milikku di sana yang seingatku kemarinnya aku pinjamkan ke Lelaki Hujan di halte bus.
"Na, lo datang udah disitu?" tanyaku. Gadis berponi itu meletakkan kembali penghapus papan tulis di tempat semula kemudian mengangguk.
"Emangnya bukan lo yang sengaja naro?"
Aku memang memberitahu nama dan kelasku, tapi aku nggak merasa kalau aku ngasih tahu dia di mana tempat dudukku.
***
"Aduh sial remed segala dah."
"HAHAHAHA MAMPUS!"
Itu yang ngeluh adalah Gina dan yang nyukurin adalah Kana. Dua-duanya sahabatku. Aku sudah bilang 'kan kalau aku duduk di meja kedua, barisan kedua dari pojok. Kana duduk di depanku sedangkan Gina di sebelahku, jadi dia di barisan ujung. Karena di sekolahku nggak ada istilah chairmate gitu, duduknya sendiri-sendiri. Gaya.
"Emang lo nggak remed, Na?" tanyaku. Gadis berambut hitam panjang itu nyengir.
"Remed, sih."
"Sama dong, belegug!"
"Yuk ah ngantin!" ajak Gina sambil bangun dari kursinya. Aku sama Kana jadi ngikut. Tapi sebelum ke luar kelas, aku berhenti dulu di meja depan dekat pintu. Kana sama Gina nggak sadar aku berhenti.
"Allen," panggilku ke cowok blasteran yang nempatin kursi tersebut.
"Oi?"
"Pagi ada anak dari kelas lain ke sini nggak?" tanyaku ke Allen, berhubung dia yang biasa datang pertama dari semua penghuni kelas ini. Laki-laki itu menggeleng. Aku diam-diam ngeluh.
"Nggak ada. Kenapa, Jane?"
"Gapapa. Makasih, Len!"
"JANE BURU IH ANJRIT!"
***
Entah sudah berapa kali aku berdecak sebal. Bisa jadi copot lidahku. Ini semua gara-gara Aru. Siapa Aru? Ada pokoknya, anak manusia. Jadi katanya aku bakal dijemput dia, tapi malah tiba-tiba text gini,
Teh, hampura nya. Aku gajadi jemput kayaknya. Tiba-tiba banget disuruh ngumpul ekskul, weh. Asli.
Aku? Kesel lah! Mana bis yang biasanya aku tumpangi juga udah lewat. Nunggu pasti lama lagi, nanti keburu lumutan akunya. Aru emang kerjaannya nih bikin kesal. Pokoknya awas aja di rumah nanti!
Untung aku nunggunya di pos satpam sebelum gerbang, jadi nggak panas. Aku berdiri kemudian ke luar. Pak Asep yang punya pos ngeliatin aku pas aku keluar.
"Udah deket, Teh, adeknya?" tanya Pak Asep yang memang lumayan dekat denganku. Langganan datang sekolah mepet soalnya.
"Nggak jadi dijemput, dia ada ngumpul ekskul, ceunah. Aku nyebrang aja, Pak. Ke halte," jawabku.
"Eleh eleh kasihan mana udah nunggu. Yaudah atuh yah, hati-hati!"
Aku senyum kecut aja. Tapi sebelum benar-benar ke luar dari area sekolah, ada yang hadang jalanku. Cowok itu lepas helm, tapi masih duduk di atas motornya. Mesinnya pun nggak dimatikan. Gayanya udah kayak cowok di sinetron yang lagi nyegat ceweknya. Halah!
"Pulang sama siapa?" tanyanya.
"Sama bus."
"Emang masih ada bus jam segini?"
Ah banyak nanya!
"Mau apa?" tanyaku to the point.
"Bareng aja. Aru nggak jadi jemput kan?"
BENER BENER YA ARU RESE!
"Ayo. Daripada lama 'kan? Mau balik malam emang?"
"Nggak usah. Gue—"
"Nah, bareng aja Teteh Jane sama Aa Haikal. Bener sih daripada kemaleman? Bahaya euy!"
PAK ASEP JUGA AH!
Akhirnya aku naik juga ke boncengannya. Setelah laki-laki berambut hitam jatuh ini pakai helmnya, dia ngasih aku helm yang langsung aja aku pakai. Tapi sebelum motor matic berwarna merah ini melaju, pandanganku jatuh ke laki-laki yang berjalan ke arah gerbang. Bukannya terlalu percaya diri atau apa, tapi sekolah sore itu sudah sepi dan di depan gerbang sekolah memang cuma ada aku, cowok di depanku ini, dan Pak Asep.
Matanya terarah kepadaku.
Dia, Laki-laki Hujan yang kupinjamkan payung lipat.
*****************************
📝 :
bakalan dikit dikit inimah chapternya, bcz emang niatnya ngga mau beratin cerita ini. yaudah gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai [✓]
Teen FictionTentang segala yang gagu Kamu yang kaku dan rasa yang semu Karena kamu Aku tetap bersorai, walau segalanya berakhir pilu. Ditulis untuk laki-laki yang bernama Arjuna Asa Baskara. Sebab aku merasa senang, walau ia hanya bertandang.