5. Text Darinya Tiba-tiba

182 70 9
                                    

      Sabtu kesukaanku yang biasanya santai bangun siang dan merupakan hari bermalas-malasan harus terganggu gara-gara aku harus kerja kelompok. Bingung, padahal udah kelas tiga, masih aja ada tugas kerja kelompok segala. Ya, walaupun masih semester awal sih, tetep aja. Begitu keluhku waktu itu. 

      Jam sepuluh pagi aku sudah sampai di depan rumah Acha, teman sekelasku yang udah lucu, cantik, imut juga lagi. Kalau aku jadi laki-laki aku juga bakal suka kali. Aku sekelompok sama dia, Wira, Yohan, dan San. Iya, ceweknya cuma aku sama Acha. Sebel enggak tuh?

"Teteh kalo pulangnya malem kayaknya aku enggak bisa jemput."

Itu kata Aru, orang yang nganter aku sampai ke depan pagar rumah Acha. Aku mendelik mendengar ucapannya. Bukan karena kesal dia enggak bisa jemput, tapi aku jadi curiga. 

"Mau kemana emang? Malam mingguan sama gebetan?" tanyaku menyindir sengaja. Aru malah ketawaan weh!

"Tuh, tahu."

"Halah gaya," ledekku sambil cubit pinggangnya. Aru ngerintih tapi dia masih ketawaan aja. 

"Enggak bakalan malam sih, tapi kalo enggak bisa jemput juga gapapa. Banyak temen," kataku. Aru mengangguk. 

"Ya udah, cabut duls."

      Setelah itu Haru pergi bersama motor matic berwarna hitam yang sebenarnya punya Ayah, tapi karena Ayah sekarang seringnya pakai mobil, jadi dipakai Aru terus. Aku lihatin Aru sampai ia menghilang dari pandangan, tapi aku ngerasa ada yang aneh.

      Aku mengalihkan pandangan kearah rumah tingkat bercat putih gading yang letakknya tepat di sebelah kanan rumah Acha. Aku memandang ke arah balkon karena aku rasa, daritadi ada yang perhatiin aku dari sana. Pas aku lihat, enggak ada siapa-siapa, tapi aku berani sumpah kalau aku lihat pintu balkonnya bergerak menutup. Seperti ada yang habis masuk. 

***

"Yah, udah enggak dingin," keluh San sambil menuangkan air dari teko ke gelasnya.

"Eh, enggak ada es batu lagi. Aku beli dulu ya?"

"Cha, gue aja."

      Acha lagi kerja, malah harus beli es batu. Lagian juga aku lagi enggak ngapa-ngapain, kerjaan bagianku sudah selesai. Ini tinggal kerjaannya Acha sama San. Jadi aku nawarin diri aja sekalian mau beli jajan. 

"Sama gue dah, mau beli rokok. Ada, kan Cha?" tanya Wira.

"Ada kok di depan sana Toserba. Enggak jauh, ada tulisannya besar kelihatan kalau jalan ke arah kanan. Lurus aja," jelas Acha. Aku mengangguk mengerti. 

"Nih, nih, uangnya ini, Jane," kata Acha sambil memberikan gue selebar uang sepuluh ribuan. 

"Simpen aja, Cha, dibayarin Wira euy. Sans," sahutku sambil menepuk pundak Wira dua kali. Laki-laki itu mengangguk sambil tersenyum jumawa.

"Weits mau dong bos. Jajanin," celetuk Yohan ke Wira. 

"Ogah, bos!" 

"Pelit bos!" sorak San. 

"Iri bilang, bos!"

"LAMA!" omelku. Wira langsung merapatkan bibirnya terus jalan ngikutin aku.

      Akhirnya aku sama Wira sampai di Toserba daerah rumahnya Acha. Wira beli rokok sedangkan aku masuk ke dalam, nyari kulkasnya. Setelah ambil es krim dan es batu, aku ke tempat Wira berdiri. Kayak kasirnya gitu. 

"Beli cemilannya juga atuh, Jane," kata Wira ke aku.

"Sok tenang, Aa yang bayar," lanjutnya. Aku hampir kesal, tapi ini mau dijajanin jadi enggak jadi kesalnya. 

Sorai [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang