Aku ingat hari itu adalah hari Jumat. Hari dimana aku ngerasa kalau aku gila. Tapi kalau kata Kana dan Gina, aku itu udah gila dari sananya. Apa-apaan?!
Jadi hari itu aku dan Gina jalan bersama-sama menuju ruang tata usaha. Mau ngasih dokumen anak-anak kelas. Arin yang merupakan sekretaris kelas enggak masuk waktu itu, jadi Gina menunjuk dirinya buat jadi volunteer ngasihin ke TU walaupun ujung-ujungnya minta antar aku. Ya udah sekalian jalan-jalan juga di jam pelajaran ekonomi. Kapan lagi?
"Eh kelas mana tuh yang lagi jam olahraga?" tanyaku sambil lihatin ke arah lapangan. Kita jalan di koridor, tapi emang koridornya ini langsung menghadap ke lapangan, dibatasi dengan jaring-jaring besi saja.
"Itu yang lagi bawa bola 'kan si Mark. Berarti anak IPA 1," sahut Gina.
Aku diam setelah Gina jawab pertanyaanku. Kelas Mark, berarti kelas Arjuna juga, kan? Setelah ngasih dokumen ke TU, aku dan Gina jalan balik ke kelas, jadi lewat lapangan lagi. Pas banget aku lihat Arjuna yang lagi menggiring bola.
Kalau makin dilihat, Arjuna itu ganteng banget, tahu!
"Eh, Juna tuh!" Gina nyenggol aku sambil senyum-senyum ngeledek. Aku tahu apa maksudnya. Kemudian begitu saja, aku gila.
Aku narik tangan Gina sampai kira-kira kita enggak bakal kelihatan dari lapangan karena udah belok ke arah tangga. Tapi aku masih bisa lihat ke lapangan, sedangkan yang di lapangan enggak bakal bisa lihat.
"ASA SEMANGAT!!!"
***
"Sinting si Jane mah."
"Emang."
"Heh!"
Aku negur udah pakai gaya paling sok galak, tapi Kana sama Gina malah ketawa. Emang enggak ada akhlaknya.
"Lo harus tahu, Na. Waktu kita di tangga gue bisa dengar satu kelas cie-ciein si Juna. Stress!"
"Gue 'kan iseng doang!"
"Alah, naksir beneran mah ngaku aja!"
Aku langsung mendelik waktu Kana bilang begitu. Ya kali! Maksudku, enggak mungkin juga. Aku emang suka jahil, jadi ya udah. Aku juga bukan tipe cewek yang kalau naksir cowok sampai ngejar, sumpah! Nyaliku itu mendadak hilang kalau udah punya rasa suka.
"Ngomong jangan sembarangan!"
"Naksir beneran juga enggak apa-apa kali, Jane," ledek Gina sambil nahan tawa. Ah, tahu ah!
"Kumaha maneh weh. Mau balik gue, bye!"
"Ih, pundung!"
Aku enggak menggubris perkataan Kana waktu itu, jadi aku langsung jalan ke luar kelas. Aru ngabarin katanya dia udah di daerah dekat sekolahku, jadi aku harus buru-buru ke depan. Kalau enggak nanti si Aru bisa ngoceh panjang lebar. Riweuh!
Aku ngerasa ada yang getar-getar di saku.
"Halo, Ru?"
"Aku di Warung Es Doger. Teteh kesini aja."
"Oke."
Warung Es Doger ada di dekat sekolahku. Tinggal nyebrang dan jalan ke kiri dikit. Sekalian ah, mau minta jajanin.
EH SIAPA TUH?!
Waktu aku mau ke luar gerbang, ada orang yang jalan ke arahku. Eh, enggak tahu deh ke arahku apa bukan, tapi matanya ngeliatin aku. Aduh!
Oke, udah aku lewatin—
"E-eh!"
Tasku ditarik orang itu pas kita udah pas-pasan saling lewat. Aku jadi tertarik ke belakang gitu. Enak aja main tarik tarik tas! Kalau aku jatuh ngejengkang gimana coba?
"Yang tadi itu apa?"
Iya, orang itu Arjuna. Ah, mungkin lebih baik aku sekarang manggilnya Asa saja. Arjuna kepanjangan dan Juna itu pasaran.
"Maksudnya?" tanyaku pura-pura enggak ngerti aja. Padahal jantungku udah mau copot rasanya.
"Tadi waktu jam pelajaran olahraga. Itu kamu yang teriak."
ADUH GIMANA MASA KETAHUAN????!!!
"D-dih, jangan asal nuduh, dong! Tahu darimana kalau gue yang teriak semangat ke lo?"
"Saya enggak bilang kalau kamu teriak semangat."
H-hah?
BODOH BODOH BODOH BANGET ANINDHITA JANE HANDI SIA-SIA AJA SEKOLAH BELASAN TAHUN!
"Saya udah yakin itu kamu," katanya sambil senyum kecil.
BUSET CAKEP BANGET!
"Tahu nama saya darimana?" tanyanya. Aku berdeham pelan, berusaha mengikuti gayanya waktu itu di ruang musik.
"Nametag yang ada fungsinya untuk apa?"
Dia diam.
Aku ketawa jadinya, "Sampai jumpa, Asa!"
*********************************
📝 :
STREAMING TURN BACK TIME AYO SI ASA GANTENG BANGET!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai [✓]
Teen FictionTentang segala yang gagu Kamu yang kaku dan rasa yang semu Karena kamu Aku tetap bersorai, walau segalanya berakhir pilu. Ditulis untuk laki-laki yang bernama Arjuna Asa Baskara. Sebab aku merasa senang, walau ia hanya bertandang.