Joshua Tristan
SUASANA panti asuhan diliputi duka hingga beberapa hari setelah itu.
Aku telah mendengar semuanya dari Bryan.
Si topeng putih-bukan, orang yang berhasil kami tangkap-adalah William Lee dari kelas XI-A. Ia mengaku dengan mulutnya sendiri bahwa ia adalah pelaku percobaan pembunuhan yang menghantui panti asuhan kami-semua karena keinginannya untuk menghancurkan kami dan Pak Stenley. Bukan hanya itu, ia juga memiliki seorang partner misterius yang belum diketahui identitasnya. Sebelum sempat siapa pun mendengar nama orang itu, Willy sudah dipanah dari bawah dan kehilangan nyawa.
Kematian Willy tentu menjadi pukulan bagi semua orang-yah, kami tahu, percobaan pembunuhan bukan sesuatu yang baru di sini, tetapi pembunuhan sungguhan? Itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan. Saat menghadiri pemakaman teman kami itu, semua orang entah meneteskan air mata atau meringkuk ketakutan. Teror memenuhi seisi panti sampai-sampai bernapas pun rasanya susah.
Satu-satunya orang yang diketahui memiliki senjata pembunuh langka itu adalah Benny, yang-tentu saja-punya segala macam senjata berbahaya di kamarnya. Tetapi, kami memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun dan menyelidiki semua ini sendiri.
Hanya saja, sepertinya penyelidikan itu harus menunggu sebab kami semua masih dalam kondisi tekanan batin.
Andrew tidak mau bicara sejak hari itu. Ia hanya membuka mulut saat menjelaskan kepada kami mengenai motif almarhum sohibnya.
Katanya, Willy dan dia dulunya bertetangga saat mereka masih memiliki keluarga. Orang tua mereka meninggal bersamaan-saat terjadi kebakaran dahsyat di kantor tempat kedua orang tua mereka sama-sama bekerja. Setelah kebakaran itu, bibi Willy menawarinya tinggal di rumahnya, tetapi anak itu menolak karena ia tidak mau meninggalkan Andrew sendirian. Mereka berdua pun akhirnya masuk ke panti asuhan bersama-sama.
Kehidupan di panti asuhan sama sekali tidak seperti bayangan Willy kecil-mungkin berhubung dia sudah nakal dari dulu atau apa (soalnya aku enak-enak saja, tuh). Ia sering dimarahi dan dihukum, sampai-sampai setiap hari ia mengeluh pada Andrew. Saat akhirnya tidak betah dan mencoba datang kepada bibinya, wanita itu tidak lagi mau menerimanya, sebab ia juga baru saja memiliki anak sendiri. Sejak saat itu, Willy tidak pernah mengeluh lagi dan hanya menjalani hari-harinya senormal mungkin-membentuk geng pembelot, menyeret Andrew ke jalan sesat (maaf kalau kedengarannya aku melucu), dan hal-hal normal lain yang bisa seorang berandalan abnormal pikirkan.
Tidak ada yang tahu cowok itu sudah menyimpan dendam selama ini.
Siapa pun partner yang memengaruhinya untuk membunuh, orang itu telah menjadikan William Lee sesosok monster.
Ngomong-ngomong soal orang itu, kami sudah meminta bantuan Iris untuk memeriksa CCTV asrama-dan dia pun berjanji tidak melaporkannya ke Pak Stenley karena Rosaline meminjamkan sedikit uang untuk menyogoknya kali ini. Rupanya, sosok berjubah hitam itu tidak pernah keluar dari asrama. Ia hanya tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa-panah raksasa di tangannya. Lalu, sosoknya menghilang ke tempat yang tidak terjangkau kamera-dan tak pernah terlihat lagi.
"Sebenernya, kayaknya dia juga pembunuh orang tua Alice," kata Bryan, "Maaf udah ngerahasiain semua ini, tapi keluarga Alice memang ada hubungannya dengan topeng putih itu-walaupun gue dan dia juga belum tahu apa."
Aku hanya bisa memejamkan mata dan mendesah berat saat itu.
Semua ini begitu membingungkan-seperti misteri yang tidak dirancang untuk dipecahkan.
Aku memang tidak mendapatkan kesempatan untuk beraksi lagi pada D-day itu, tetapi aku tahu satu hal : aku akan menangkap orang itu dan menyelamatkan teman-temanku lain kali, dan aku pasti akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Terror of the White Mask
Mystery / ThrillerCompleted. #13 in pembunuhan (10 Mar 2022) [WARNING: Mengandung kata-kata umpatan dan adegan kekerasan yang kurang sesuai untuk anak-anak] Sebuah panti asuhan elit di kota Jakarta. Di situlah kasus-kasus mengerikan terjadi. Di sekolah yang dibangun...