Chapter 21

3.1K 198 61
                                    

Perhatian: siapkan mata dan pikiran. (Oii mata saat membaca)

Darah...

Satu kata yang tak pernah hilang dari kehidupannya. Satu kata yang selalu mengikutinya dengan membawa sejuta kenangan pahit. Tanganya selalu berlumuran Darah. Tubuhnya selalu memandikan Darah. Entah itu dari masa lalunya atau masa yang akan datang, Darah selalu mengikutinya sampai dia hidupkan kembali untuk mengejar cintanya.

Namun begitu, dia tak pernah menyesal akan hal itu. Jika tangan dan tubuhnya memandikan darah untuk melindungi di cintainya. Dia tidak akan pernah peduli walau dirinya harus jatuh dalam genangan dosa  yang berisi kutukan. Bahkan jika perlu untuk membunuh dewa atau menghancurkan semesta pun dia akan melakukannya hanya untuk melindungi yang di cintainya.

Dan kali ini, tangannya harus lagi berlumuran darah dari musuhnya yang berani menculik adiknya. Menculik orang yang di sayanginya. Walau ia tampak dingin pada saudara2nya. Ia tetap menyayangi mereka.

" Mati adalah pilihan kalian. "

Dingin dan mencekam. Itulah yang di rasakan oleh salah satu pelaku penculikan pangeran Menma saat mendengar nada bicara anak yang bahkan belum berumur tujuh tahun. kini dia menjadi satu-satunya yang hidup setelah pembantaian mengerikan di depan matanya dan itu di lakukan oleh anak yang di anggapnya adalah Pangeran Ke-2 Kerajaan Api yaitu Namikaze Naruto.

Pelaku D itu memandang kaku dan syok pada keempat rekannya sekarang yang kini menjadi sangat mengenaskan. Benar2 mengenaskan. Beberapa anggota tubuh terpisah, organ2 kerluar bahkan ada yang berserakan.

" Ini sangat mengerikan dan sadis. " Batinya bergetar ketakutan.

Pelaku D masih terdiam kaku. Pikirnya kembali pada kejadian beberapa saat lalu. Di mana saat rekan2nya menyerang dengan serangan Rank A mereka, kepada anak dari musuh rajanya. Ledakan besar pun tak bisa dihindari saat serangan itu datang hampiri anak yang berdiri terdiam menatap datar serangan bertubi-tubi dari rekannya. Dia awalnya berfikir jika anak yang merupakan pangeran kedua itu telah mati. Tapi pada akhirnya itu hanyalah sebuah pikiran bodoh dari orang bodoh seperti dirinya. Dia mendapati anak yang yang menjadi target dari serangan rekan2nya masih terdiam mendatar kedepan di tempat yang sama saat pertama kali datang. Bahkan anak itu tak bergerak sedikitpun. Hanya pakaian dan dan beberapa luka yang mengeluarkan darah. Tapi itu tidak sesuai dengan rona wajah yang masih sehat bugar seakan tidak ada  luka yang menempel padanya. Melihat itu rekan2nya terkejut dan mereka semakin berambisi menghabisi pangeran dari kerajaan Api itu. Serangan demi serangan di arah pada pangeran muda dari kerajaan api tersebut namun pada akhirnya tidak ada dampak apapun yang terjadi padanya, kecuali luka yang bertambah. Setelah serangan itu dalam hitungan detik terjadi pembantaian yang sadis kecepatan itu di luar logika untuk seorang anak yang belum beranjak umur tujuh tahun. Rasa takut menggrogoti pikiran dan tubuh Pelaku D.

" Mati itulah pilihanmu, sama dengan rekan2mu yang bodoh. " Nada datar dan berat dari Naruto mengembalikan Sosok Hitam yang merupakan salah satu pelaku penculikan pangeran menma dari lamunannya tentang kematian sadis rekan2nya. Takut dan gemetar kembali datang saat tatapan datar dari  mata biru yang kosong itu menatapnya. Tanpa pikir panjang lagi Sosok hitam itu melarikan diri dengan perasaan takut. Berlari dengan cepat tanpa memperdulikan rasa sakit dari tubuhnya akibat dari duri semak2 tinggi.

Naruto menatap diam kepergian sosok hitam itu. Kini dia beralih menatap adiknya yang juga sama menatapnya. Naruto berjalan mendekati pangeran menma yang masih terduduk kaku akibat pangaruh sihir. Duduk berjongkok memegang bahu adiknya sembari mengalirkan mananya.

Greb!

"Onii-sama! Hik hiks " pelukan disertai rasa basah pada bagian tubuhnya. Setelah menghilangkan sihir pembeku tubuh. Pangeran Memna langsung memeluk kakaknya dan menangis tersedu-sedu.

Kehidupan SebenarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang