Jangan jadi silent readers please ㅠㅠ
Ketika malam semakin larut, dan udara terasa begitu dingin, Woojin terusik dalam tidurnya ketika ia merasakan panggilan alam.
Ia melirik ke samping di mana Hyunjin tertidur, ia menggoncang sedikit tubuh pria jangkung itu.
"Jin! Bangun, Jin!" ucap Woojin.
"Eunggh~" Hyunjin melenguh merasakan tidurnya terganggu.
"Anterin gue pipis, dong. Kebelet nih!"
Woojin menghela nafas ketika Hyunjin sama sekali tak mengindahkannya.
Niat hati ingin minta ditemani tapi ia jadi tidak tega karena Hyunjin terlelap begitu pulas.
Kemudian, ia lebih memutuskan untuk keluar sendirian dengan membawa senter.
Ia pergi menuju semak-semak untuk menuntaskan hajatnya, ia mengela nafas lega setelahnya.
Kemudian berbalik hendak kembali lagi ke tenda.
Srek!
Kretek!Langkah Woojin mengkaku ketika indra pendengarannya tiba-tiba menangkap sebuah suara.
Woojin meremat senter yang ia pegang, jantungnya berpacu lebih cepat, ia menelan ludahnya gugup, nafasnya tercekat di kerongkongan, mendadak suasana terasa begitu mencekam.
Ia menyorotkan senternya ke sekeliling berharap bisa menemukan dari mana suara itu ditimbulkan.
Dan tidak memerlukan waktu lama, ia mampu menangkap siluet seorang pria.
Woojin memincingkan matanya, ia mencoba menajamkan penglihatannya, ia mengamati pergerakan pria itu yang agak mencurigakan.
Pria itu berjalan lebih jauh ke dalam hutan, ia kemudian bersembunyi di balik sebuah pohon besar.
Dengan dibekali rasa penasaran Woojin berjalan mengikuti pria itu, dengan sangat hati-hati Woojin menggerakan kakinya langkah demi langkah berusaha tidak menciptakan suara.
Dan begitu jarak mendekat diantara mereka, mata Woojin membola ketika ia mendapati sosok yang dikenalinya.
'Ngapain dia kesini?' Woojin membatin.
Ia berusaha berpikiran positif, mungkin saja sosok itu juga hendak menuntaskan panggilan alamnya, itu kiranya pikir Woojin.
Namun, itu terbantahkan ketika sosok itu mengeluarkan ponselnya, dan berusaha menghubungi seseorang.
Dan ajaibnya, sambungan telepon dari ponsel itu tampak berhasil.
Woojin mengamatinya, dan dari jarak sedekat ini Woojin mampu mendengar percakapan itu.
"Gue gak mau tau, rencana ini harus berhasil."
"......."
"Ya itu urusan lo! Terserah, pokoknya Minho gak boleh selamat, lu apain kek! Bikin dia menderita dulu sebelum gue kesana."
"..........."
"Anak-anak ini gue yang urus, kalo anak-anak ini berani macem-macem tinggal gue bunuh mereka. Mereka juga cukup bodoh buat gue akalin. Buktinya mereka gak sadar kalo menghilangnya dua orang itu udah direncanain."
"....."
"Oke, lu cuma harus laksanin tugas lo segimana mestinya. Kalo enggak! Nyawa lu dan orang kesayangan lu taruhannya."
Woojin mengeraskan rahangnya buku jarinya yang terkepal memutih saking kuatnya.
Apa yang didengarnya barusan membuatnya sangat emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Nyasar || StrayKids [End]
HorrorMereka mencari hanya untuk ujung yang tidak pasti