Sementara di sisi lain, segerombolan pemuda lain yang tengah berupaya mencari jalan keluar pun kini sedang merasa kepayahan.
"Loh?! Kok kita ada disini lagi, sih?" Jisung berseru.
Matanya membola mendapati mereka malah kembali ke tempat sama, berulang-ulang.
Ini sudah terhitung yang ketiga kalinya.
Tak menyerah, mereka mencoba peruntungan sekali lagi.
Mereka benar-benar lelah saat itu, terutama Seungmin. Ia tampak kehilangan hampir seluruh tenaganya, makanya kini Seungmin berada di barisan paling belakang.
Kakinya tak sanggup untuk menyamai langkah teman-temannya. Ia benci ketika dirinya lemah.
Jujur saja, untuk kali ini Seungmin benar-benar ingin minta istirahat barang sejenak, namun yang terjadi adalah hanya Seungmin yang berhenti dalam pergerakannya seorang ini.
Ia tak mengijinkan suaranya keluar begitu saja, karena ia tahu jika mereka berhenti itu pasti akan memakan waktu lagi.
Seungmin tak mau merepotkan.
Namun ... membiarkan dirinya tertinggal di belakang nampaknya juga bukan suatu putusan yang baik.
Karena kini, Seungmin sedang celingukan sendiri menyadari dirinya sudah tak bisa lagi melihat punggung-punggung dari temannya.
Shit! Seungmin merutuk dalam hati. Ia panik, ia tertinggal seorang diri.
"HYUNJIN!" ia berteriak.
Kemudian, Seungmin memukuli mulutnya, ia menyesal.
"Bego! Kenapa gue malah teriak sih?!" Seungmin sibuk merutuki dirinya sendiri.
Ia begitu panik, karena ... ada mitos yang pernah ia dengar dari orang-orang jaman dulu, yaitu jika kita sedang berada di posisi seperti Seungmin, tertinggal oleh teman-temannya di kawasan hutan seperti ini maka, seharusnya Seungmin tidak meneriaki nama orang yang berada di depan kita.
Karena ...
"Ya! Disini, kesebelah sini!"
Deg. Seungmin tertegun ketika mendapati balasan.
Tapi, itu balasan yang tidak wajar, suara itu terdengar berkali-kali dan begitu menggema.
Seungmin segera memejamkan kedua matanya, dan merapalkan doa dalam hati. Mata terpejam erta, makin lama mulutnya ikut bergumam, dan badannya mulai bergetar. Seungmin begitu ketakutan.
Hingga akhirnya ... "Seungmin!"
Sebuah tepukan di bahunya menyadarkan Seungmin. Itu Hyunjin.
Serta teman-teman lainnya yang kini menatapnya khawatir.
"Hah! Kita kira lo ilang, kenapa lo gak bersuara sih, Min?" ujar Hyunjin.
Bangchan mendekati Seungmin dan berkata "Udah, lo jalan di depan. Nanti, kita istirahat sebentar, kayaknya lo kecapean banget."
Seungmin mengangguk, ia masih terlalu kaget untuk berkata-kata.
Kemudian, Bangchan membiarkan Seungmin dan Hyunjin berjalan di barisan paling depan.
Hyunjin menatap kasihan pada Seungmin, ketara sekali bahwa Seungmin kelelahan.
Bagi Hyunjin, mendaki gunung bukanlah suatu perkara yang mudah, banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum keberangkatan.
Selain perlengkapan yang harus memadai, kondisi fisik dan mental sang pendaki harus stabil.
Pendaki setidaknya memiliki fisik yang cukup kuat untuk menghadapi panjangnya perjalanan dan berbagai kemungkinan buruk yang ada di alam bebas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Nyasar || StrayKids [End]
HorrorMereka mencari hanya untuk ujung yang tidak pasti