Hal pertama yang Minho dapati ketika ia mulai tersadar adalah rasa kaget yang dibarengi rasa nyeri di sekujur tubuhnya.
Ia merasa semua anggota tubuhnya remuk mulai dari kepala yang terasa berat, tulang punggung yang terasa retak, dan bagian kaki kirinya teramat nyeri.
Sesaat ia tak mengerti apa yang terjadi.
Dan naasnya dapat ia lihat bercak darah yang merembes dari celananya. Perlahan ia mulai mencoba bangkit meskipun kepalanya berdenyut bukan main.
Sesaat pria tampan itu meringis "Akh!"
Matanya berpendar ke sekitar, hari sudah mulai gelap, dengan nafas terengah-engah seraya satu tangan memegangi kepala, ia berusaha mengingat-ngingat apa yang terjadi padanya.
Dan sial baginya menghadapi kenyataan bahwa kini dia sedang terdampar di hutan belantara seorang diri dengan keadaan yang jauh dari kata baik.
"Ahh~~ sialan!" Minho mendesis pelan.
Ia merutuki nasibnya, harusnya sekarang ia sudah melanjutkan pendakian bersama teman-temannya sebelum akhirnya sebuah insiden yang membuatnya seperti ini terjadi.
Ia terjatuh ke jurang yang cukup dalam ketika berada di area yang cukup curam.
Entahlah, tapi seingatnya ia merasa ada seseorang yang mendorongnya hingga tejerembab ke jurang.
Sebenarnya suasana disana sangatlah mencekam, dan tidak bisa dipungkiri juga bahwa Minho memang ketakutan. Tapi, tidak ada waktu untuk merasa takut.
Bagi Minho yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya ia menyelamatkan diri, tolonglah! Dia masih ingin hidup.
Ia tak mau mati sia-sia di hutan ini.
"Gak! Gue gak boleh mati disini, kalo gue mati siapa yang jagain Jisu?" Monolog Minho sambil berupaya mengangkat batang pohon itu menjauh dari kakinya.
Dengan kekuatan yang tersisa akhirnya dia berakhir menjauhkan pohon itu, entah bagaimana ceritanya pohon itu bisa tumbang dan menimpa kaki si tampan ini.
Setelah berhasil, hal yang harus ia lakukan adalah mencari ranselnya dan mengobati luka di kakinya.
Matanya menerawang ke sekeliling, secerca harapan muncul ketika ia mendapati ranselnya yang tak jauh dari posisi ia berada.
Dengan langkah tertatih ia berjalan menuju ranselnya.
"Hah!" Minho ambruk tepat di samping ranselnya, tangannya tergerak untuk merogoh isi benda tersebut, untunglah ranselnya aman.
Setelah mengobrak-abrik tas nya, didapatinya sebuah kotak P3K. Tapi ... ia mengernyit bingung kala mendapati kotak P3K nya nyaris tidak ada apa-apanya.
Hanya ada perban, tidak ada antiseptik atau semacamnya.
Minho mengutuk dirinya sendiri dalam hati, ia lupa menukar kotak P3K nya dengan kotak baru yang telah disiapkan sang adik.
Salahkan dirinya yang diburu waktu.
"Ya ampun, kenapa hidup gue gini amat?" keluhnya sambil menggulung celananya ke atas.
Dilihatnya beberapa luka goresan dan satu luka yang cukup parah, terpaksa ia membersihkan luka dengan air seadanya.
Ia membersihkan lukanya perlahan, rasa perih menguasi area kakinya.
Di sela kegiatannya, netranya tak sengaja menangkap sebuah tanaman yang ia hafal betul, tanaman itu dapat membantu penyembuhan lukanya, ia pun segera meraup daun itu banyak-banyak.
Itu adalah tanaman kirinyuh, tanaman yang bernama latin Chromolaena odorata tersebut sering menjadi obat alternatif yang digunakan orang-orang jaman dulu, nenek Minho contohnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Nyasar || StrayKids [End]
TerrorMereka mencari hanya untuk ujung yang tidak pasti