16. epilogue

117 19 0
                                    

6 bulan berlalu. Semua terlewati begitu saja.

Minho sudah menjadi sarjana, dan sebentar lagi akan meneruskan perusahaan sang Ayah.

Felix, Jisu, Yeji dan Jeongin melanjutkan kuliah di universitas yang sama.

Felix sendiri sangat merasa bahagia dengan hidupnya sekarang, meskipun telah kehilangan sang Ayah, tapi dirinya masih tetap bersyukur.

Dan selama 6 bulan itu pula di kediaman keluarga Lee terasa lebih ribut dari pada biasanya, Felix dan Jisu yang kerap kali bertengkar sangat menghidupkan suasana.

Seperti saat ini, mereka berdua sedang asyik berebut remote Tv di ruang tengah.

"Kakak ngapain sih!?" cibir Jisu ketika Felix merebut remote Tv secara paksa, dan merubah chanelnya seenak jidat.

"Kikik ngipiin sih!?" Felix meledek Jisu dengan isengnya, tanpa menolehkan kepalanya dari Tv.

Menyenangkan sekali membuat Jisu kesal seperti itu, Felix gemas setengah mati melihat Jisu yang merenggut tidak suka kearahnya.

"Kakak gila ya?!" sentak Jisu lagi.

"Kikik gili yi?" Felix memasang ekspresi menjengkelkan. Membuat Jisu semakin gondok.

Sementara disana, Minho asyik mengawasi kedua adiknya dari counter dapur, sambil sesekali terkekeh geli melihat pertengkaran kecil itu.

"JANGAN IKUTIN AKU!"

"Jingin ikitin iki!" Kali ini Felix berucap sambil menatap Jisu menantang, ia juga mempergakan apa yang Jisu lakukan.

"KAK MINHOOOOO!!"

"Hih.. cepu lo, dek." ejek Felix ketika Jisu mengeluarkan jurus andalannya. Mengadu.

"Stt..! Jangan teriak-teriak ah," sahut Minho dapur.

"Kak Felix nya nyebelin!" Jisu mengeluh.

"Kik Filix nya nyibilin!"

"MAWARR!!!!!!"

Felix terkejut, tak disangka kalau Jisu akan berteriak nama itu.

"H-hei! Kok bawa-bawa Mawar sih? Gak asik!" Felix menendang betis Jisu.

Wajah Felix mulai memucat ketika televisi yang tadinya menyala mati dengan sendirinya.

Sedih sekali jadi Felix, enam bulan bersama kedua saudaranya yang Indigo tentu saja memberikan efek bagi Felix.

Dan, tentu saja membuat Felix jadi lebih peka terhadap 'mereka'. Terutama Mawar dan Jaemin.

Felix sudah mulai sering berinteraksi dengan mereka berdua.

Tapi, tetap saja ia tidak mau berurusan dengan hal-hal seperti itu.

"Hahahaha Kak Yongbok lucu banget." Jisu tergelak renyah, ia merasa puas telah berhasil menjahili sang kakak.

"Ck, udah-udah! Kalian ini, kayak kucing sama tikus aja sih." Minho mendudukan dirinya di tengah-tengah mereka berdua.

Kemudian Jisu beringsut memeluk Minho, tapi dirinya sama sekali tidak berhenti mentertawakan Felix.

"Ish! Heran aku sama kalian, bisa-bisa betah liat begituan," ungkap Felix.

"Ya, awalnya juga takut. Tapi jadi terbiasa. Gak mau dibuka lagi aja kemampuan kamu, Lix?" Minho menatap Felix.

"Iya, kita 'kan keturunan indigo dari ayah." Jisu menimpali.

Felix menggeleng, "Gak mau, gak kuat aku."

Ya, sebenarnya jika dibiarkan terbuka, Felix bisa memiliki kemampuan seperti Jisu dan Minho.

Tapi tubuhnya tidak kuat, dan akhirnya sang Ayah memutuskan untuk menutup kemampuan Felix.

"Lix, sini deh.." Minho menatap Felix serius, membuat Felix menautkan kedua alisnya.

"Apa?"

Sret! Minho mengusap wajah Felix dengan tangannya, membuat Felix terkejut bukan main.

Masalahnya, tepat setelah kakaknya mengusap wajah Felix, ia jadi bisa melihat sosok Mawar yang sedang terkikik.

"BANG MINHOOO!!! AAA!! JAIL BANGET HERAN!"

"AHAHAHA!"

Minho tertawa terbahak-bahak sampai matanya berair, dalam hati ia bersyukur, kini dirinya telah berkumpul dengan lengkap bersama orang-orang tersayangnya.

Dalam hati, ia berjanji sambil mengingat ayahnya. Ia janji akan menjaga dan melindungi keluarganya.

Karena sekarang ... Minho lah yang akan menjadi pengganti sang Ayah.

END.

:"( TAMAT JUGA. Makasih banyak buat kalian yang udah ngikutin cerita gaje ini yeoreobun. Hiks, nggak nyangka bisa menyelesaikan fic ini wkwk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak Nyasar || StrayKids [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang