Kini Malam telah menjelang lagi, Minho yang sedang duduk memeluk lutut termenung dengan kepala yang menunduk dalam.
Di depan tungku api, pemuda itu terpejam sesaat ketika matanya memberat.
Mencoba tertidur sesaat, dan membiarkan tubuhnya mengigil di tengah-tengah hawa yang begitu menusuk. Kegelapan telah mengambil alih kesadarannya, namun bukannya benar-benar terlelap ia malah melihat sesuatu kala matanya terpejam.
Ia bermimpi, alam bawah sadar membawanya kesuatu tempat yang latarnya tak berbeda jauh dengan tempatnya berdiam sekarang. Hutan.
Kemudian matanya mampu menangkap dua tenda yang berdiri kokoh, mata Minho membulat. Itu tenda teman-temannyaㅡia mampu mengetahuinya ketika sesosok yang ia kenal keluar dari tenda itu.
Minho meyunggingkan senyumnya, namun itu tak bertahan lama ketika latar tempatnya tiba-tiba berubah.
Gelap. Minho tak mampu melihat apapun, tapi ia mendengar sebuah suara.
Sebuah isak tangis, dan erangan kesakitan.
"S-sakit..."
Ia coba mengitari sekitar, tapi hanya gelap yang ia jumpai. Ia berusaha mencari titik terang kala mendengar rintihan yang semakin menjadi.
'Ini kayak suara Woojin! Sial. Dimana Woojin?' Minho membatin.
'A..akh.. t-tolong.'
Minho merasakan syaraf-syarafnya kaku, ketika perlahan ia mulai melihat seonggok tubuh yang terbaring lemah. Dan, itu adalah Woojin.
Ia panik, apa yang terjadi dengan Woojin?!
Ia berlari, mencoba menggapai tubuh ringkih itu. Namun, tidak bisa, semakin ia berlari semakin jaraknya dengan Woojin membentang.
Minho ingin menjerit sejadinya, kala ia mendapati tubuh Woojin yang tiba-tiba terseret oleh sebuah tangan kurus.
Seolah-olah tidak memberikan Minho kesempatan, kini suasana berubah-ubah secara acak, menampilkan latar yang berbeda secara cepat. Kemudian, ia mendengar suara jeritan yang sangat memekakan telinga.
'KAKAK!!! KAK MINHO!'
DEG.
"HAH!?!"
Minho menegakan tubuhnya, nafasnya terengah. Kemudian ia mencoba menatap sekitar, ia mencoba mengatur nafasnya.
Perlahan-lahan nafasnya mulai teratur. "Mimpi apa itu tadi?"gumamnya.
Ia mengusap wajahnya kasar, alih-alih menganggapnya mimpi biasa, Minho berpikir itu adalah sebuah petunjuk.
"J-jisu? Woojin?"
Firasat Minho sangat buruk, ia tidak bisa tenang setelah mendapat mimpi itu.
'Hei! Jelek..'
Minho terlonjak, ia tak siap mendapati kehadiran makhluk itu tiba-tiba di sampingnya.
"Apaan sih lo?!" Minho menggeram marah.
'Dih, so so an ngambek lu ye, lo kalo ngambek makin jelek bangsat!'
Minho mencibir kesal. "Ya abis lo ngagetin aja!" ucap Minho penuh kekesalan.
Tapi ia menjaga suaranya tetap rendah agar Felix tidak mendengarnya.
Mawar terkikik geli. 'Ah elah, gak usah sewot gitu. Lo harusnya berterima kasih sama gua.'
"Berterima kasih karena udah nakut-nakutin Felix?" bisik Minho sewot.
'Ck! Gue udah ngasih tau temen lo tentang keberadaan lo. Mereka bakal kesini sama Jaemin'
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Nyasar || StrayKids [End]
TerrorMereka mencari hanya untuk ujung yang tidak pasti