In the morning when I wake
And the sun is coming through
Oh, you fill my lungs with sweetness
And you fill my head with you***
Thank God It's Friday! Akhirnya datang juga hari yang paling dinanti-nanti para pekerja di Jakarta. Setelah hari gajian, tentunya.
Untuk kaum urban yang lebih dari setengah harinya dihabiskan di tengah padatnya jalan raya dan meeting di dalam ruangan berdinding kaca, jam istirahat di akhir minggu yang melelahkan ini sudah biasa jadi ajang makan siang berlama-lama.
Termasuk Ceye dan teman-temannya yang memutuskan untuk mengisi perut di Pacific Place, SCBD, yang berjarak tak sampai 500 meter dari gedung kantornya.
"Ye, gue mampir Kemchik bentar ya, beli titipan bini gue," cetus Leo, teman satu divisinya di kantor.
"Oke, gue tunggu di depan kasir aja, ya," sahut Ceye yang hari itu terlihat cukup resmi dengan balutan kemeja batik lengan panjang berwarna dasar hitam dengan corak-corak coklat berbagai gradasi dan celana hitam semata kaki. Kata ibunya tadi pagi, itu namanya batik Pekalongan.
Lantai lower ground siang itu cukup ramai. Ceye sampai harus berkali-kali mengangkat pandangannya dari ponsel untuk memastikan perawakannya yang tinggi besar tidak menghalangi jalan orang lain yang lalu lalang. Lanyard yang digantungkan di lehernya menjuntai sedada, bertuliskan nama dan identitas perusahaan tempatnya bekerja. Jarum di jam tangan Ceye sudah menunjukkan pukul 13.15.
Hafiz dan Gilang, dua orang temannya yang juga ikut makan siang bersama, sudah lebih dulu kembali ke kantor. Ceye memutuskan untuk ikut Leo karena ia masih enggan untuk cepat-cepat berhadapan dengan laptop. Sembari menunggu, ia menyebar pandangannya ke gerai-gerai di sekitar, berpikir ingin membeli cemilan untuk dimakan di mejanya nanti.
Lalu, matanya terhenti di sosok yang terlihat familiar. Di depan sebuah gerai cold press juice yang antriannya cukup mengular akibat diskon buy 1 get 1, terlihat sosok perempuan mungil yang kala tersenyum menampakkan lesung pipinya yang dalam.
Ceye masih suka heran kalau melihat ada orang yang doyan minum sayur dan buah yang dijus jadi satu. Minuman itu sama sekali bukan favorit Ceye, tapi Mbak Rara, kakaknya, gemar sekali menyimpan stok di rumah. "Apaan nih rasanya kaya lalap," kata Ceye waktu itu kala dipaksa kakaknya untuk mencoba.
Berbekal rasa tidak tahu malunya, Ceye tanpa ragu berjalan ke arah gerai tersebut. Ia yakin kalau sosok itu adalah teman SMA-nya.
"Hai, Wendy bukan?" tanya Ceye sok akrab.
Menyapa teman yang sudah lebih dari 7 tahun tidak pernah bertemu memang biasanya dianggap bukan ide yang bagus, tapi tidak untuk Ceye. Dia adalah tipe orang yang akan menyapa satpam hingga tukang ketoprak dengan panggilan "bos" dan tertawa lepas ketika Bang Udin, tukang bubur langganannya, bilang bahwa total belanjaannya adalah dua belas juta.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALFPACE ✔️ | SUDAH TERBIT
Romanzi rosa / ChickLitWendy sudah merencanakan pernikahannya dengan Chatura secara matang, tapi persiapan pernikahan yang menguras emosi ditambah kehadiran Yoga, mantan kekasihnya yang terang-terangan menginginkannya untuk kembali, membuat keyakinan Wendy goyah.