4. Poor Rachel

3.7K 611 272
                                    

Alohaa.
Apa kabarnya?
Semoga tetap dalam lindungan-Nya.

Semoga suka.
Selamat membaca^^

Selamat membaca^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dia berdiri di sana. Menghampiriku dan membawaku pergi. Namun, dia bukan siapa-siapa. Jadi, hubungan macam apa ini?" - Amanda Rachelia Withlove

***

Rachel menatap langit-langit ruangan tempatnya terjebak dengan kedua matanya yang lambat laun kian meredup.

Ia masih berusaha untuk menjaga kesadarannya agar tidak hilang.

Ia masih ingin hidup. Namun, masa depannya sekarang adalah abu-abu.

Gadis tersebut menggerakkan kakinya sekuat tenaga. Tapi, tenaga yang ia punya tidak bisa menggeser lemari yang menimpanya.

Rachel menghembuskan nafasnya pelan, air matanya kian tumpah. "Jadi, aku akan mati dengan cara seperti ini?" lirihnya hampir tak terdengar.

Ia menatap sekitarnya.

Hanya ada asap dan api yang mengelilinginya. Apa selama ini ia tidak menonjol di kelasnya sehingga tidak ada yang mencarinya di situasi seperti ini?

Ayolah. Dia sendirian di dalam laboratorium sekolahnya yang baru saja tertimpa kejadian miris. Ia tidak pernah menyangka bahwa kejadian seperti ini bisa menimpanya.

Pikirnya, ledakan yang selalu ia saksikan di film atau di dalam drama yang ia saksikan di TV tidak akan pernah terjadi di kehidupan nyata. Bisa terjadi, tetapi ia tidak menyangka hal ini justru malah terjadi di dalam hidupnya.

Ia betulan merasa kasihan pada dirinya sekarang ini. Hal itu membuat air matanya kian terjatuh, sekali lagi matanya mengedar melihat sekitarnya.

"Apa tubuhku akan hancur berkeping-keping jika ruangan ini meledak?" tanyanya pelan.

Bagaimanapun, di sekitarnya dipenuhi cairan kimia yang bisa meledak atau semakin membuat api yang sudah menyebar itu semakin besar nyalanya.

Ia sudah pasrah sekarang. Berteriak minta tolong pun tidak akan ada yang menolongnya. Orang-orang sibuk untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.

"Maaf karena belum bisa jadi anak yang baik untukmu, Bu. Jangan lahirkan anak sepertiku di kehidupan selanjutnya," lirihnya kemudian perlahan menutup matanya.

Toh, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan. Tidak akan ada yang datang untuknya. Jadi, menunggu kematian sembari berdoa adalah hal yang baik untuknya saat ini.

Setidaknya kali ini ia akan mati bukan karena bunuh diri. Dirinya masih punya kesempatan untuk masuk di dalam surga meskipun harus dicuci dulu di neraka atas dosa yang ia lakukan.

"Semoga saja timbangan amal baik yang aku punya cukup untuk masuk surga," bisiknya betulan sudah berpikir sepenuhnya akan akhirat yang sebentar lagi ia kunjungi.

OBSESSION (RSB 14)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang