11. Twilight

2.7K 457 292
                                    

Yuhuuu.
Apa kabarnya?
Semoga sehat terus.
Jangan lupa kritik dan sarannya.
Serta mohon ditegur apabila memiliki kesamaan dengan cerita orang.
Semoga suka.
Selamat membaca^^

Selamat membaca^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bahagia itu pasti datang, tapi bukan manusia yang berhak menentukan kapan ia akan bahagia. Manusia hanya bisa menunggu dan terus menunggu sampai Tuhan mengizinkan bahagia itu datang."

***

Senja.

Adalah salah satu keindahan dunia yang hanya bisa dinikmati sebentar saja. Tidak selama siang dan malam. Tidak juga selama matahari dan bulan.

Senja sangat singkat. Layaknya pelangi yang muncul setelah hujan turun. Senja adalah sesuatu yang indah namun hanya sesaat.

Bersama dengan semilir angin, sosok perempuan berambut panjang itu duduk di pinggir Sungai Han seorang diri. Tidak ada kehadiran sosok manusia lain yang ada di sana menemani dirinya.

Ia benar-benar sendiri.

"Aku punya sosok yang mirip sepertimu," bisik perempuan tersebut sembari menatap mentari yang sebentar lagi tenggelam.

"Dulu ibuku adalah keindahan bagiku. Tapi, karena terlalu sibuk, ia hanya sebentar di jangkauanku. Ia indah namun sesaat. Sejak saat itu, aku pikir selain senja dan pelangi, keindahan sesaat itu adalah ibuku. Tapi, ternyata salah."

Kedua matanya yang berwarna hazel itu terlihat berkaca-kaca. Rasa sakit kian menjalar sampai di dadanya.

"Ternyata masih ada satu lagi. Dia adalah Sehun Ivarel Nathaniel. Satu-satunya lelaki yang selalu aku minta di dalam doaku," sambungnya parau.

Perempuan itu menghembuskan nafasnya panjang, ia menunduk meremas jari-jemarinya. "Mengapa sesuatu yang indah itu hanya sebentar? Ia layaknya senja bagiku. Sangat aku sukai, tapi tak bisa aku gapai. Sangat aku nikmati, tapi tak bisa aku miliki. Sangat indah, tapi hanya sebentar."

Air matanya jatuh membasahi wajahnya, ia tidak berani mendongak, ia tidak ingin sang senja melihat air matanya yang lahir akibat rasa sakit oleh dunia tempatnya bernaung.

Hingga sebuah sapu tangan ada di hadapannya. Lebih tepatnya disodorkan untuknya. Kepalanya perlahan mendongak, rasa sakit yang ia rasakan semakin menjalar hingga membuatnya tercekat. Pun air matanya semakin terjatuh hingga kedua matanya tidak bisa melihat dengan baik.

"Pakai ini," sahut seorang lelaki yang langsung meletakkan sapu tangan tersebut pada tangan Rachel.

Rachel menatap sapu tangan tersebut dengan pelupuknya yang berisi banyak cairan bening. Seperdetik kemudian, perempuan itu menyeka air matanya dengan sapu tangan itu.

"Ibumu pergi lagi?" tanya sosok lelaki tersebut sembari duduk di samping Rachel.

Dengan sisa-sisa air matanya, perempuan itu menoleh menatap sosok tampan yang duduk di sampingnya. "Hm," balasnya singkat.

OBSESSION (RSB 14)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang