Gue yang terlalu naif atau dia yang terlalu pintar mempermainkan perasaan orang lain?
~~VatraBeneranPatahHati~~
.
.
.Hari ini rencananya Vatra akan berkunjung ke rumah Meilda. Sebelum dia ke sana, Vatra lebih dulu mampir ke Nadit's florist untuk meminta satu buket white rose. Semoga saja bundanya yang cantik itu mau sukarela memberinya bunga. Bilang saja kalau bunga itu untuk calon mantu.
Vatra memarkirkan motor di depan toko bundanya. Setiap pintu terbuka, pasti suara lonceng otomatis berdenting. Sambutan dari pegawai toko jadi terhenti karena yang datang ternyata adik imut.
"Adek ... tumben ke sini?" Ayu langsung menyapa Vatra yang tersenyum manis padanya.
"Aku mau cari bunda, Kak."
"Oh, ada di dalam. Masuk aja, Dek. Oh iya, kamu makin ganteng aja sih."
Ayu mendapat cubitan dari Cici karena berani genit-genit.
Vatra tertawa. "Bentar ya, kakak-kakak cantik. Aku ke bunda dulu." Vatra segera kabur karena tidak mau jadi bahan kejahilan gadis-gadis kurang belaian itu. Dia mengetuk pintu lebih dulu sebelum akhirnya masuk ke ruangan Nasha yang dijadikan sebagai ruang kerja.
Dilihatnya sang bunda sedang serius menatap laptop dan belum menyadari jika putranya datang. Vatra sampai harus berdehem dulu supaya Nasha sadar.
"Loh! Kapan datang, Sayang?" Nasha tampak terkejut mendapat tamu dadakan.
Vatra berlutut di samping Nasha. Memberikan pelukan sayang untuk wanita itu.
"Jangan terlalu capek kerja, Bun."
Nasha tersenyum. Tangannya membelai rambut Vatra yang lebat dan agak panjang.
"Iya. Lagian Bunda kerjanya santai kok."
"Bunda sama ayah harus quality time berdua. Pacaran mending. Belakangan ini keliatan sibuk banget sama kerjaan," ucap Vatra.
Nasha menangkup wajah Vatra dan memberikan ciuman gemas pada wajah imut itu. Vatra tertawa. Dia tidak marah diperlakukan seperti anak kecil oleh bundanya. Yang ada, Vatra merasa disayang kalau seperti ini.
"Iya anaknya Bunda. Nanti Bunda ngadu sama ayah. Kamu mau ke mana?"
"Mau ke rumah calon mantu Bunda dong."
"Eh? Terus kenapa ke sini?"
"Itu Bun...," Vatra menggaruk tengkuknya kikuk. "Aku mau ngutang satu buket bunga."
Nasha tertawa geli. Kok ngutang? Bahasa ngutang itu kan bisa dibahasakan ke bahasa lain. Aduh, kok kesannya Vatra kere, ya?
"Jangan ngutang dong, Sayang. Kalau butuh, ambil aja. Minta sama kakak-kakak itu yang rangkai," suruh Nasha.
"Serius nih, Bunda bolehin?"
"Iya."
"Yes!" Vatra mencium pipi Nasha sebagai tanda terima kasih. "Kalau gitu, sekarang aku pergi dulu ya, Bun? Nanti aku bawain kabar baik buat Bunda."
"Duh, semangat banget anaknya Bunda. Gih cepetan. Salam sama calon menantu."
"Siap, Bunda. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
***
Lain halnya dengan Meilda. Saat ini dia sedang bersantai di ruang tv sembari menonton serial animasi Dragon Nest. Meilda memeluk boneka Elmo sambil fokus pada layar tv itu. Tidak ada kegiatan yang berarti hari ini. Dua hari lalu, sepupunya sempat mengajak dirinya ke Mall. Itu pun Meilda ogah-ogahan mengiyakan ajakan tersebut. Tapi setelah diiming-imingi boneka, barulah dia mau. Dan tentu saja, Elmo salah satunya.Meilda mendadak teringat seseorang. Sudah lama mereka tidak lagi ketemu. Hampir dua tahun, mungkin. Meilda meraih ponsel, lalu membuka galeri. Senyumnya muncul ketika melihat masih ada dua foto mereka di sana. Foto yang sejak lama dia simpan sebagai kenangan yang bertumpuk rindu.
Meilda menghela nafas. Dia rindu dengan lelaki yang bersanding di foto itu. Meilda kehilangan jejak, bahkan secuil kabar pun tidak pernah bisa dia dapatkan. Semua akun sosial media milik lelaki itu sengaja dimatikan. Meilda rindu orang itu. Lelaki yang mengisi hatinya sejak dia harus rela kehilangan keluarga.
Meilda meneteskan air mata. Dia sedih kalau mengingat semua kenangan buruk di masa lalu. Apalagi kalau melihat rumah ini. Banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Kenangan lama yang indah maupun buruk tidak akan bisa terulang lagi.
Ketukan pintu dari luar rumah terdengar. Meilda menyusutkan air matanya dan segera membukakan pintu. Tumben sekali ada orang yang bertamu ke rumah besar tapi sepi itu.
Meilda membuka pintu, di saat yang sama dia mematung. Jantungnya berdetak kencang diiringi tangan yang mengepal menahan gejolak dalam dadanya. Orang itu....
Rey.
"Sunshine." Suaranya bahkan masih sama meski sudah dua tahun tidak saling bertemu. Wajahnya juga masih seperti dulu. Tampan.
"Rey?" gumam Meilda yang susah payah tersadar dari keterpakuannya.
"I miss you, Sunshine."
Runtuh sudah semuanya. Meilda berlari untuk memeluk Rey yang membuka kedua tangannya lebar-lebar. Meilda menangis dalam pelukan Rey. Aroma Rey sejak dua tahun lalu tetap sama. Meilda tidak akan pernah lupa.
"I miss you so much, Rey. I miss you."
"Maafin aku, Sunshine. Maaf buat kamu menunggu. Maaf."
Selang beberapa menit sejak kedatangan Rey, Vatra pun datang. Belum sempat masuk, Vatra terpaku melihat Meilda sedang berpelukan dengan lelaki lain. Senyuman yang sedari tadi mengembang di bibirnya, kini hilang perlahan. Tangannya meremas buket bunga itu hingga rusak.
Vatra tersenyum miris. Ternyata selama ini dia menyukai pacar orang. Oh, menyedihkan sekali dirinya. Di saat merasakan jatuh cinta, tapi kenapa harus Meilda yang jelas-jelas milik lelaki lain. Atau Vatra saja yang terlalu percaya diri mendekati Meilda yang sejak awal terusik dengan kehadirannya?
Kecewa.
Vatra kecewa.
"Bodoh banget lo, Tra!"
.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Jadian Yuk! (Selesai)
Teen FictionKatanya orang kalau udah cinta nggak mikirin gimana fisik, bahkan usia. Karena bagi mereka, cinta itu nggak perlu perbandingan dalam beberapa hal. Orang nggak akan pernah tau ke siapa mereka jatuh cinta. (Kata banyak orang) Kalau cinta ya dikejar. T...