Lempar Gombal

115 8 3
                                    

Malam tiba. Masih pukul 9 bagi Vatra beranjak tidur. Setelah makan malam dan berbincang ringan bersama ayah dan bunda, Vatra masuk ke kamar sambil membawa setoples keripik singkong manis. Malam ini akan dia habiskan untuk ngemil setoples dan susu sekotak. Baiklah, akhir-akhir ini nafsu makannya agak bertambah. Apa efek kasmaran? Ah, benarkah begitu? Soalnya Vatra belum ahli dalam dunia percintaan begini. Tapi yang jelas, perasaannya nyata.

Vatra bersandar manja pada kepala ranjang. Tangan kanannya sibuk menyuapi keripik ke mulut. Suara kunyahan renyah itu memenuhi pendengaran Vatra. Di samping Vatra, ada Mong yang sedang bergelut dengan boneka bulu-bulu yang Vatra berikan untuk Mong tepat di hari Mong lahir seminggu lalu. Mong tampak senang dimanja oleh majikannya itu. Jika Mong manusia, pasti Mong akan betah luar biasa di sini. Mong juga akan meminta banyak hadiah lucu dari Vatra. Tapi tidak mungkin. Mong hanyalah kucing lucu, dan Mong sangat bersyukur bisa diadopsi oleh Vatra.

"Mong, awas robek bonekanya." Vatra menegur Mong agar tidak terlalu kasar bergelut. Maklum, Vatra sangat suka bicara dengan Mong. Terkadang kucing itu juga paham apa yang Vatra ucapkan. Ikatan mereka terlalu kuat.

"Meong."

"Dengerin apa kata Ayahmu ini," sahut Vatra sambil terkekeh. Matanya masih menatap Mong yang larut dalam dunia hebohnya. Vatra sangat sayang dengan kucing itu. Pernah waktu lalu, Mong jatuh sakit. Tiga hari tidak mau makan, mengeong saja lemah. Vatra yang kelewatan panik sampai menangis histeris. Bunda dan ayahnya sampai rela mengantar Mong ke klinik hewan untuk mendapat penanganan. Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa Mong terkena diare. Vatra berpikir, memangnya kucing bisa diare?

Alhasil, Mong disuntik dan diberi vitamin. Hari selanjutnya, kucing gembil itu sudah sehat. Vatra sampai meloncat senang mendapati Mong sehat tanpa lesu seperti kemarin.

"Sehat terus Mong. Aku nggak suka liat kamu sampai sakit. Jangan khawatir, makanmu di sini terjamin. Enak pula. Kamu bakalan semakin sayang sama aku pokoknya. Kita itu best friend, loh." Vatra mengusak bulu-bulu halus milik Mong. Setelahnya, Vatra mengambil ponsel di atas nakas.

Ada senyum jahil yang terpampang di bibirnya. Belum terlalu malam untuk menjahili Meilda. Vatra mulai membuka room chat di whatsapp.

Malam, Sayang....

Sent.

Vatra cekikikan di tempat. Matanya berbinar riang ketika pesannya terbaca. Meilda sedang mengetik di sana.

Ting!

KaMel: Apa?

Lagi apa? Udah makan? Solat?

KaMel: Udah dua-duanya. Lagi tiduran.

Kamu nggak mau nanyain aku lagi apa?

KaMel: Gue tau kalau lo lagi senyum-senyum di sana.

Ih! Kok tau? Cenayang, ya?

KaMel: Enggak juga. Gue nebak aja tadi. Lo kan cowoknya gampang senyum.

Masa, sih? Perasaan aku tuh pelit senyum. Kayak cowok-cowok ala novel itu, loh.

KaMel: Dih! Nggak cocok. Muka lo tengil soalnya.

Jahat.

KaMel: Dasar bocah. Ngambekan mulu.

Aku bukan bocah. Aku calon kakak tau.

KaMel: Calon pembantu, tukang rumput, atau calon tukang ledeng?

Kak, Jadian Yuk! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang