Padahal gue yang cowok, kenapa malah gue yang baper coba?
~~curhatanVatra~~
..
..
Meilda tersedak hingga batuk-batuk. Vatra terkejut dan langsung menyodorkan segelas minuman dingin pada cewek itu. Dengan susah payah Meilda meraih gelas tersebut dan meminum isinya hingga tandas.
Meilda mengatur nafasnya, menatap horor pada Vatra yang memasang raut khawatir.
"Kan jadi kesedak," omel Vatra yang gemas.
Plak!
"Aw! Kok ditampar, sih?!" sungut Vatra yang tiba-tiba mendapat satu tamparan di pipinya.
"Gue kayak gini juga karena lo, bocah! Anter gue pulang!" Meilda bangkit lebih dulu sambil mengomel menuju mobil Vatra terparkir.
"Loh, Kak! Ini belum habis!" teriak cowok itu heran. Sudah ditampar dan sekarang malah ditinggal duluan. Salah gue di mana coba?
"Kang, ini duitnya. Ambil aja kalau ada lebihnya," ucapnya pada kang toprak itu.
"Wah, makasih atuh kasep. Mudahan ceweknya teh nggak ngambek lagi," balas kang toprak mendoakan.
Vatra meringis. "Haduh, makasih Kang. Mari, Kang!"
"Iya, kasep."
Meilda masih menggerutu sebal. Acara makannya sampai terhenti gara-gara tersedak oleh ucapan bocah menyebalkan itu. Padahal kan ketopraknya enak. Ih, pokoknya Meilda kesal!
"Lama banget sih, lo!" sembur Meilda saat melihat Vatra yang berlari menghampirinya di parkiran. Vatra menghela nafas lelah. Ya capek aja gitu, habis makan langsung lari. Kasian kan perutnya belum sempat nafas.
"Kakak tuh yang kecepetan. Sayang tau makanannya belum habis. Kalau aja itu lontong dkk. bisa ngomong, mungkin dia bakal nangis gara-gara Kakak sisain."
"Udah deh, banyak omong lo! Anter gue pulang!"
"Ya udah iya. Ayo," ajak Vatra.
"Ih! Lo tuh bener-bener deh!"
Vatra melongo, salah apalah dirinya itu? Dari tadi disembur kata-kata pedas terus dari Meilda. Untung cewek, Vatra masih maklum. Untung juga Meilda cewek yang dia suka. Aman kamu, Meilda.
"Kakak maunya apa? Ngomong ayo." Vatra membujuk begitu lembut meski dalam hati dia rada emosi sih.
"Bego! Ini mobil masih dikunci. Gimana gue masuk?!" tunjuk Meilda pada pintu mobil.
Vatra menyengir kuda. Ya Allah, cuma pasal pintu belum dibuka ngomelnya udah kayak apa aja. Cewek itu rumit!
"Oke." Vatra menekan tombol pada kunci mobil yang otomatis pintu mobil bebas dari kuncian. Cowok itu meraih gagang pintu mobil untuk dia buka dan mempersilakan Meilda masuk. Vatra memutar ke pintu kemudi, membukanya lalu masuk. Tak lupa memasang safety belt agar aman. Mobil itu pun meninggalkan taman kota yang mulai ramai dan semakin dingin untuk menuju ke rumah Meilda.
Selama di perjalanan, dua remaja itu diam. Meilda yang masih memasang wajah cemberut tampak enggan bicara, begitu pun Vatra yang rada takut buka suara. Nggak bicara saja salah, apalagi bicara? Tambah salah. Sepertinya Meilda sedang PMS, makanya galak mulu. Vatra cukup paham hal seperti itu. Dia selalu mengamati sang bunda kalau lagi datang tamu bulanan. Bawaanya sensi mulu, ngomel-ngomel tanpa tahu apa penyebabnya. Lelah Vatra tuh!
Mobil itu sudah tiba di depan rumah milik Meilda yang sepi. Cewek itu melepas sabuk pengaman lalu turun diikuti Vatra.
"Lo pulang aja, nanti kemalaman," suruh Meilda.
Vatra tersenyum manis. "Duluan masuk Kak. Aku liatin dari sini."
Kan, kan! Siapa yang tidak baper coba dikatain begitu? Meilda itu cewek kuat, tapi dari luar doang. Siapa yang tahu dalamnya mah rapuh! Apalagi Meilda itu sosok cewek yang hobi baca novel remaja romantis, jadi paham banget cara bicara cowok yang model Vatra ini.
Tapi ingat, Meilda itu cewek pintar yang menyembunyikan ekspresi.
"Terserah!"
Vatra tersenyum lagi. Meilda mendengus.
"Hati-hati!"
"Langsung tidur ya, Kak!"
"Kenapa?"
"Takutnya Kakak insom kalau mikirin aku mulu," balasnya dengan wajah polos. Meilda melongo heran. Pd amat nih cowok! batinnya.
"Ogah!"
"Good night, pretty!"
Meilda menutup gerbang buru-buru. Bersandar di balik gerbang dan menyentuh dadanya.
Bocah!
****
"Wih ... napa nih, kok senyum-senyum aja?" seru Agil mulai rusuh saat melihat Vatra yang baru masuk kelas dengan wajah super ceria. Bahkan senyum di bibirnya belum luput sejak tadi. Malahan tambah lebar serta rona merah di pipi makin terlihat.
Ini gila!
Bukan gila, Vatra lagi kasmaran.
"Lah, diem bae! Napa sih dia?" sambung Candy pada Diaz yang dijawab kedikan bahu.
"Bego! Mana gue tau. Dari tadi kita samaan sampe dia masuk kelas!" sembur Diaz sebal.
Agil tertawa, sedangkan Candy manyun. Memang ya, Candy di mata Diaz itu salah mulu. Nanya baik-baik eh dijawab galak. Kenapa, sih? Salah apa dia? Dosa apa? Coba kasih tahu Candy biar bisa berubah!
"Ah, gila sih! Kencan gue mulus!" seru Vatra tertawa puas.
"He? Kencan apa? Sama siapa? Kok bisa?" todong Agil tak sabaran.
"Satu-satu napa! Lo kayak wartawan deh, Gil!" tegur Diaz.
"Ih, sirik amat sih, lo?! Diem aja deh kalau mau tau faktanya!" balas Agil sewot.
Diaz berdecak sebal. Candy diam saja, takut disembur juga. Udah cukup dia digalaki Diaz.
"Coba tebak, siapa hayo?" Vatra berseru. Menatap satu per satu dari tiga temannya itu dengan wajah jahil.
"Wina?"
"No!"
"Brenda?"
"No!"
"Paula."
"Liza!"
"Ani."
Vatra tetap menggeleng.
Ketiga temannya sudah jengah. Suka banget buat orang penasaran.
"Siapa dong? Sebut ajalah!" tandas Diaz.
Vatra menyeringai. "Rahasia."
"Shit!" umpat ketiganya kompak.
Vatra tampak puas mengerjai ketiga temannya itu. Untuk sekarang dia tidak mau membocorkan identitas Meilda. Karena mereka belum resmi.
*****
Tbc.
Emanglah Vatra demen banget ngerjain orang.***
Sehat Selalu.
Tertanda,
Kavatra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Jadian Yuk! (Selesai)
Ficção AdolescenteKatanya orang kalau udah cinta nggak mikirin gimana fisik, bahkan usia. Karena bagi mereka, cinta itu nggak perlu perbandingan dalam beberapa hal. Orang nggak akan pernah tau ke siapa mereka jatuh cinta. (Kata banyak orang) Kalau cinta ya dikejar. T...