Vatra lagi nggak punya quotes nih.
Happy reading!
****
Vatra tidak puas sekedar menatap kakak cantik itu dari jarak jauh. Setelah kelas pagi tadi selesai, Vatra mendadak menjadi penguntit si gadis Bendahara. Vatra ingin berkenalan, karena sejak dia menginjakkan kaki di sekolah besar ini, Vatra selalu lupa mencari tahu nama kakak itu. Dan kali ini Vatra tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Meski hanya sebentar, Vatra harap dia bisa berbicara dengan gadis itu.
Vatra mengembangkan senyum lebar ketika melihat gadis itu sedang duduk sendirian di gazebo dekat pohon rindang samping sekolah.
Vatra mendekat, lalu mengintip dari balik bahu gadis itu. Dia penasaran apa yang dilakukan kakak cantiknya itu sendirian di sini.
"Wah, keren!" Vatra memuji dengan bisikan halus ketika melihat sesuatu yang dibuat gadis tersebut.
Mendengar bisikan halus itu, si gadis menoleh. Kebetulan wajah Vatra tepat berada di samping, sehingga mata mereka sempat bertemu. Vatra tersenyum, sedangkan gadis itu melotot kaget lalu berteriak tanpa sengaja memukul wajah Vatra menggunakan buku yang dia pegang.
"Anjir! Muka gue," keluh Vatra sembari mengusap wajahnya yang ditampar buku. Sakitlah pasti!
"Lo ngapain, sih?! Kayak setan aja muncul tiba-tiba!" gerutu cewek itu kesal. Vatra mendengus, menyipitkan matanya dengan sebal. Niat hati ingin membuat kakak cantik tersipu malu karena pujian malah dapat tamparan buku.
"Kasar banget, sih, Kak? Sakit nih mukaku," adunya sembari mendudukkan diri di samping bangku yang kosong.
"Mampus! Lagian kurang kerjaan banget nongol di sini. Balik sana, belajar! Ganggu aja!"
Vatra melongo mencerna omelan kakak cantiknya itu. Galak ternyata, Tra.
"Kakak ih, gitu banget, sih! Harusnya kakak itu bersyukur karena bisa liat cogan kayak aku ini. Bukannya malah diomeli atau diusir. Kakak nggak tau apa cewek-cewek seisi sekolah ini aja berlomba-lomba nyari perhatian aku. Mereka juga-"
"Stop! Terserah! Gue nggak peduli. Lagian gue nggak kenal sama lo kecuali lo ada dalam blacklist cowok males di otak gue!" potong kakak cantik yang sudah jengah mendengar ocehan Vatra.
"Kak ...."
"Pergi sana!"
"Ya Allah, Kak, udah ditimpuk bukannya tanggung jawab malah digalakin. Kakak lagi PMS, ya?"
"Lo ngomong sekali lagi gue tendang lo!"
Astagfirullah ... sabar Vatra. Inget, cogan nggak boleh emosi, reputasinya nanti jelek. Malu!
Vatra terdiam. Kakak cantik itu juga kembali sibuk dengan gambaran yang dia kerjakan sejak tadi. Mengabaikan keberadaan Vatra yang masih setia memperhatikannya.
"Kakak kenapa nggak belajar di kelas?"
" ... "
"Kakak nyuruh aku balik ke kelas terus belajar, tapi Kakak sendiri malah bolos."
" ... "
"Kakak dengerin aja aku ngomong nggak papa." Vatra menarik nafas kemudian kembali berbicara.
"Sebenernya aku pengen masuk Osis tapi aku dilarang."
Gerakan tangan yang memegang pensil itu terhenti, lalu menoleh pada cowok itu.
"Kenapa?"
Vatra tersenyum karena omongannya disambut.
"Sesuatu yang nggak bisa aku jelasin. Itu semacam rahasia, antara hati dan ego."
" ... "
"Kakak nggak mau nanya lagi?"
"Nggak!"
"Kalau boleh jujur sih, Kakak itu sebenernya hangat, kan? Tapi kalau sama orang kakak jadi galak, dingin, dan ketus."
"Sok tau!"
"Emang tau Kak. Meski aku cogan yang bad tapi nggak bad banget, aku bisa loh memahami karakter orang. Kan aku cita-cita pengen jadi Psikolog."
" ... "
"Kira-kira cocok nggak sama aku?"
" ... "
"Kak!"
"Hm."
"Ya Allah, salah apa hamba ini? Punya temen ngobrol tapi berasa ngobrol sama batu."
Tanpa sadar senyum gadis itu terbit, tipis dan itu tidak terlihat dari pandangan Vatra. Karena menunduk sambil fokus pada kerjaanya.
"Kakak namanya siapa?"
"Lo nggak tau nama gue?"
Vatra menggeleng polos. Gadis itu mendengus. Dia kira cowok tengil ini tau namanya makanya jadi Sok kenal.
"Rahasia."
"Oooh ... nama kakak Rahasia."
Gadis itu ingin tertawa tapi dia tahan, diganti dengan tawa di dalam hati.
"Hm."
"Kok unik, ya? Kalau gitu aku panggil kak Rasi aja. Simple."
"Rasi?"
"Iya. Ra dari huruf depan dan Si dari belakang. Cantik, kan? Anggap aja itu panggilan sayangku buat Kakak."
Gadis itu terkejut mendengar penuturan Vatra yang polos dan menyebalkan.
"Sayang pala lo!"
"Ih, Kakak nggak boleh gitu. Bagus tau panggilannya."
Gadis yang dipanggil Rasi itu berdecak.
"Terserahlah!"
"Eh, mau ke mana Kak?" Vatra menahan ujung baju kak Rasi tiba-tiba.
"Lepas! Gue mau pergi karena lo nggak mau pergi."
"Masa aku ditinggal sendiri? Nanti kalau cogan kayak aku diculik mbak Kun gimana?"
Rasi memutar bola matanya dengan jengah.
Manja, batinnya mendumal.
"Bodo amat! Bebas gue lo nggak ada."
"Yakin? Ntar nyesel, loh! Kali aja Kakak tersepona sama kegantengan aku ini," goda Vatra dengan menggerakkan kedua alisnya naik turun bersamaan.
"Ogah!" Rasi menepis tangan Vatra di ujung bajunya. Meninggalkan Vatra yang cemberut lucu.
"Hi, Kak! Gue Vatra. Salam kenal dan jangan lupain namaku, loh! Kalau bisa simpen di hati Kakak juga, ya!" teriak Vatra agak keras. Melambaikan tangannya pada Rasi yang sudah menjauh tanpa menoleh.
"Cantik," gumam Vatra diiringi senyum jenaka.
~~~~~¤¤¤¤~~~~~
Si Vatra ada-ada aja deh. Bucin!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Jadian Yuk! (Selesai)
Novela JuvenilKatanya orang kalau udah cinta nggak mikirin gimana fisik, bahkan usia. Karena bagi mereka, cinta itu nggak perlu perbandingan dalam beberapa hal. Orang nggak akan pernah tau ke siapa mereka jatuh cinta. (Kata banyak orang) Kalau cinta ya dikejar. T...