Peringatan dan Pilihan

102 11 2
                                    

Vatra memaksa Meilda untuk diantar pulang. Meski berusaha menolak, Meilda hanya bisa mengiyakan karena percuma beradu mulut dengan cowok itu tidak akan mengalah. Ketika diparkiran, Meilda menyapa ketiga teman Vatra yang juga akan pulang.

"Kalian bareng?" tunjuk Agil bersuara.

"Napa? Dia bareng gue pulangnya," jawab Vatra sewot.

Agil menoyor lengan Vatra gemas. "Santuy aja dong tuh muka. Serem amat!"

Diaz memperhatikan Vatra dalam diam, meski mulutnya gatal ingin bertanya. Tidak tahan, akhirnya Diaz menarik Vatra menjauh sejenak.

"Apa sih lo narik gue? Gue mau balik!"

"Lo kenapa sih, Tra?"

"Apanya yang kenapa!"

Diaz mengusap wajahnya kesal. "Kalau Rey liat gimana, bego! Anjir banget."

Vatra melirik sekilas pada Meilda yang tengah memperhatikan dirinya bersama Diaz.

"Nggak akan terjadi apa-apa. Gue cuma bersikap baik aja, kok."

"Tapi sikap lo ini bikin masalah, Vatra. Gue perhatiin kalau Rey itu orangnya keras."

Vatra menatap Diaz dan memberi senyuman. Dia menepuk-nepuk bahu Diaz beberapa kali. "Lo tenang aja. Dah ya, gue balik dulu."

Diaz kesal melihat Vatra seolah-olah keadaan begitu santai. Dia kembali ke motor, raut wajah Agil dan Candy sangat penasaran.

"Kalian ngomong apa?" todong Candy langsung. Diaz pun menceritakan segalanya tentang Vatra dan Meilda. Sejak awal hingga saat ini.

***

Di perjalanan, kedua sama-sama diam. Lagi pula mereka berada di motor, sehingga agak sulit berbicara dan pasti suaranya terbawa angin. Vatra mengambil jalur yang tidak banyak dilalui kendaraan. Melalui jalan itu mereka akan segera sampai di rumah Meilda. Namun tanpa disangka, ada tiga motor yang mengikuti mereka dari belakang. Vatra menyadari itu melalui kaca spion.

Meilda bereaksi ketika tiga motor itu mengepung mereka dari depan dan belakang. Vatra menggeram marah.

"Vatra," panggil Meilda terlihat takut. Vatra melepas helm, lalu berdiri membelakangi Meilda sebagai tameng bagi gadis itu.

"Jangan takut. Aku di sini." Vatra menatap awas pada ketiga orang yang berpakaian serba hitam, ditambah lagi penutup wajah sehingga Vatra tidak bisa melihat wajah mereka. "Apa mau lo?"

"Serahin cewek itu sekarang," suruh salah satu dari mereka.

"Apa hak lo nyuruh gue? Dia bukan barang!"

"Kalau lo melawan, lo mati!"

Vatra tertawa sumbang. "Lo yang harus mati." Terdengar pelan dan dingin. Genggaman tangan Vatra pada gadis itu semakin erat. Posisi mereka sangat merugikan karena lokasinya terlihat lebih sepi dari biasanya.

Sial!

"Vatra, kita bisa kabur aja."

"Aku bukan pengecut. Kamu tenang aja."

Satu dari ketiganya menyerang Vatra karena kesal. Vatra menyuruh Meilda menjauh. Dia pun membalas serangan orang itu hingga terjatuh akibat bogeman mentah darinya.

Fokus Vatra pecah ketika dua orang tadi melawan dirinya, sementara satunya menghampiri Meilda.

"Vatra!!!" Teriakan itu membuat Vatra lengah hingga dia dipukul berkali-kali.

"Bangsat! Jauhin tangan lo, sialan!" Vatra memaki dan melawan tidak kalah brutalnya. Dia menarik orang yang mengganggu Meilda tadi.

Bugh!

Kak, Jadian Yuk! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang