Sebelumnya saya mau bilang makasih yang mau mampir kemari ataupun yang nyimpen cerita ini ke reading list kalian.
Ramein ya.
Selamat membaca dan sehat selalu.
****
Kodratnya cowok itu mengejar, jadi wajar aja. Cogan mah bebas.
~~unfaedahquotes~~
♡
Rasi menghirup udara sebanyak-banyak yang dia bisa. Dibekap dalam waktu sekian detik sungguh membuatnya sesak. Apalagi tangan bocah tengil itu cukup besar, jadi udara pun tidak mungkin bisa tembus melalui sela jemari. Abaikan.
"Lo ngapain sih nguntit gue terus?!" sentak Rasi yang marah sekaligus kesal setengah mati.
Vatra bukannya takut malah terkekeh.
"Aku penasaran sama Kakak. Makanya aku pengen tau Kakak lebih jauh. Btw, beneran Rahasia itu nama Kakak?" selidik Vatra langsung.
Rasi mendengus dengan suara kasar. Menatap malas cowok ganteng di sampingnya itu. Eh tunggu, ganteng? Serius? Ah, sepertinya Rasi butuh air untuk menormalkan penglihatannya sekarang.
"Kepo banget sih lo!"
"Justru aku kepo makanya aku mau bicara sama Kakak. Tau nggak sih, di rumah, aku selalu kepikiran nama Kakak. Bener atau nggak. Jangan-jangan Kakak bohong, ya?" Vatra mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Rasi yang memasang wajah galak.
Rasi berdecak sebal. Moodnya seketika turun. Entah mimpi apa atau punya dosa apa dirinya sampai-sampai setiap hari diteror sama cowok. Cowoknya juniornya pula. Rasi sepertinya butuh mandi kembang deh.
"Jangan gitulah Kak. Kakak itu cantik tau, nggak cocok pasang wajah cemberut."
"Bodo!"
Vatra memperhatikan sekitar yang masih sepi. Bukan masih, tapi memang sepi. Oke, sepertinya Vatra harus melancarkan aksi pertama untuk misi tersembunyinya.
Vatra menarik earphone sebelah kiri milik Rasi, sehingga membuat gadis itu melotot. Saking kesalnya, dia memukul Vatra sebagai pelampiasan.
"Aduh! Kak, sakit! Aw!"
"Rasain. Rasain. Nyebelin banget sih lo, bocah!" desis Rasi dengan semangat mendaratkan kepalan tangannya di bahu Vatra.
Tidak ingin teraniaya lebih jauh, Vatra menangkap tangan cewek itu dan otomatis tubuh Rasi condong ke depan Vatra. Keduanya mendadak kaku, seperti batu. Tatapan mereka bertemu. Vatra berdebar. Rasi? Dia merasakan tubuhnya tegang disertai deguban jantung yang bertalu-talu di dalam sana.
Cewek itu mengerjap lucu. Terpaku. Itulah yang dia rasakan. Rasi terpaku pada mata indah milik Vatra yang disertai bulu mata hitam yang lentik.
Mendadak jiwanya julid karena merasa kalah sebagai cewek saat membandingkan bulu matanya sendiri.
Gue cewek tapi bulu mata nggak selentik dia. Nah, gue jadi iri, batinnya.
Vatra melepas satu tangannya, lalu bergerak meraih earphone di sebelah kanan telinga Rasi dan melepas benda itu.
Vatra semakin mendekatkan dirinya pada Rasi. Rasi pun menahan nafas dengan susah payah ketika wajah cowok itu semakin dekat. Hembusan nafas dengan aroma mint yang hangat bisa Rasi rasakan di kulit wajahnya yang lembut.
Kepala Vatra bergerak ke samping telinga kiri Rasi. Lalu....
"Kakak cantik," bisiknya pelan.
Rasi panas! Coba mari ingatkan dirinya, kapan terakhir kali dia mendengar pujian kata cantik itu? Tidak begitu yakin, tapi sepertinya sudah lama sekali.
Vatra kembali menegakkan tubuhnya di depan Rasi. Memandang cewek itu dengan gayanya yang cool tidak lupa senyum manis dia berikan pada Rasi.
Rasi tidak tau sejak kapan tangan Vatra sudah tidak lagi memegang kedua tangannya. Sepertinya Rasi terlalu fokus pada mata dan pujian dari Vatra barusan.
Vatra meniup mata gadis itu pelan. Sapuan angin lembut dari mulut cowok itu membuat gadis itu tersadar. Lalu menegakkan tubuhnya yang sempat condong ke depan.
"Serius, Kakak cantik banget. Aku nggak bohong tadi."
Rasi menghela nafas, menyunggingkan senyum miring di sudut bibir.
"Basi! Semua cowok sama aja!"
Vatra menggeleng. "Tapi muka Kakak merah. Baper, ya?" sambung Vatra meledek.
Dalam hati Rasi terus menerus menggerutu. Dia sempat merasakan panas di pipinya, tapi Rasi tetaplah Rasi, gadis pintar yang gampang mengontrol diri.
"Merah apa? Orang gue kepanasan. Ck, AC-nya mati apa gimana, sih!" sahut Rasi yang malah menyalahkan pendingin ruangan tersebut.
Tawa Vatra hampir meledak kalau saja dia lupa menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara super. Vatra cekikikan, sungguh tidak bagus alasan Rasi yang terdengar konyol itu.
Rasi tambah sewot. Hatinya kesal tapi juga ... ehm, itu jantungnya masih berdegub.
Sialan! Rasi mengumpat dalam hati. Dia menutup bukunya dengan cepat, lalu mendorong kursi yang dia duduki hingga suara deritan terdengar di ruangan agak sepi itu.
"Eh, kok berdiri?" Vatra terkejut ketika melihat Rasi malah berdiri ditambah lagi wajah galak yang mode on. "Bentar Kak, aku cuma bercanda kok."
Bercanda dia bilang? Keren! Rasi sudah kepalang baper dan kesal, lalu cowok itu ... argh! Ingin sekali rasanya dia menendang cowok tengil ini ke laut biar dimakan penyu sekalian!
"Lepas!"
Vatra menggeleng cepat, tangannya masih menahan tangan Rasi yang sedang menggenggam buku.
"Tunggu bentar Kak. Aku mau minta maaf."
Rasi mengernyit bingung. Dasar bocah, mau minta maaf harus laporan dulu. Rasi kan jadi kesal.
"Maaf lo nggak gue terima ya! Awas, jauh-jauh sana!" usir Rasi kasar.
Vatra yang dasarnya cowok menyebalkan apalagi kalau keinginannya tidak terpenuhi pasti akan melakukan hal di luar pikiran lawan bicaranya. Dengan sekali sentakan, Vatra menarik--lagi--Rasi hingga gadis itu terduduk kaget di pangkuan Vatra.
Rasi melotot, nafasnya memburu menahan semburan kemarahan yang siap dia keluarkan. Ibarat gunung berapi, semburan lava sedang mendidih dan dalam hitungan detik akan meledak. Begitulah.
"Lo-"
"Sstt." Vatra menempelkan telunjuknya di bibir Rasi agar diam. "Kakak jangan berisik, nanti kita ketauan loh. Bentar aja kok Kak. Aku cuma mau minta maaf udah ganggu waktu Kakak sekarang. Dan kedatangan aku ke sini adalah sebagai cowok gentle, aku mau ngajak Kakak kencan." Vatra membeberkan niatnya begitu lancar tanpa hambatan.
Sedangkan Rasi berakhir dengan wajah bego mendengar penuturan Vatra yang mengajaknya Kencan.
Kencan.
Ha?!
What, Kencan?!
KENCAN?!
Rasi boleh pingsan tidak?
~~~~~~¤¤¤¤~~~~~~
Ya Allah, polos atau apa sih adekku itu. Ketawa saya nulis part ini. Hadeh, ajaib dah Vatra ini, to the point banget.
Rasi jangan pingsan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Jadian Yuk! (Selesai)
Novela JuvenilKatanya orang kalau udah cinta nggak mikirin gimana fisik, bahkan usia. Karena bagi mereka, cinta itu nggak perlu perbandingan dalam beberapa hal. Orang nggak akan pernah tau ke siapa mereka jatuh cinta. (Kata banyak orang) Kalau cinta ya dikejar. T...