Py reading.
****
"Kan ... kalah mulu gue!" Agil berteriak kesal sembari melempar stick play station milik Diaz hingga mengenai kaki Candy.
"Monyet! Rusak stick gue!" Diaz menggeplak kepala Agil yang langsung merengut. Candy dan Vatra mengabaikan adu bacot dua remaja itu. Mereka berdua masih asik menekan-nekan tombol stick untuk mengarahkan pemain bola mencetak skor.
Agil mendesah bosan. Dia bersenderan di ranjang, tangannya mulai sibuk bekerja mengambil satu per satu butiran kacang polong dari toples untuk dia makan.
"Oi, seminggu lagi kan ada acara festival kepenulisan ya?" tanya Diaz disela permainannya.
Vatra mengangguk. "Iya. Gue hampir lupa masa."
"Candy kan pinter buat cerpen, kagak ikutan lo?" Kali ini Agil ambil suara.
Candy mengangkat bahunya pelan, matanya masih fokus pada layar LED tersebut. "Lagi males."
"Padahal ada hadiahnya loh."
"Gimana ya? Mood gue lagi ambyar ini. Kalian kan tau kalau gue susah dapet ide pas mood ilang."
Vatra mem-pause permainannya. Dia mengambil satu kaleng sprite dingin yang disediakan oleh Diaz sebagai tuan rumah.
"Aseklah, nggak belajar!" celetuk Vatra girang.
"Itu sih maunya lo aja!" sahut Diaz.
Agil menaruh toples kacang itu di meja. Mendadak wajahnya berubah agak serius. "Gue punya hot news," ucapnya.
"Apaan?" Candy ikutan penasaran.
Agil berdehem, memasang posisi terbaik untuk mulai bercerita.
"Dua hari lalu gue liat kak Meilda di Mall."
"Terus?"
"Dia sama cowok."
Vatra menyemburkan minuman yang sudah di dalam mulut hingga mengenai wajah Candy di sampingnya. Sontak saja Candy berteriak.
"ANJIR, LO! YANG BENER AJA DONG!!"
"Gue nggak sengaja, kampret!" balas Vatra. Diaz dan Agil tertawa melihat kebodohan dua anak kampret itu.
"Setan emang lo!"
Vatra mengabaikan makian Candy yang masih siap terlontar manis dan biadab sekaligus.
"Serius lo, Gil?"
"Iya, Tra. Cowoknya cakep. Tapi yang jelas masih cakepan gue sampe pluto lah."
Diaz meraup wajah Agil yang mulai narsis lagi. "Sarap."
"Asin banget tangan lo, Yaz!"
"Udah gue kasih ketek tadi," jawab Diaz santai.
"Sialan kau!" umpat Agil mengelap wajahnya dengan tisu basah yang wangi bayi. Agil tidak sudi wajahnya ternodai oleh bau-bauan tidak jelas, apalagi bau ketek Diaz.
Raut wajah Vatra berubah murung. Dia jadi tidak bersemangat setelah mendengar cerita Agil barusan. Ketiga temannya itu saling pandang tidak mengerti.
"Kenapa lo, Tra?" tanya Candy yang sudah melupakan kekesalan akibat semburan Vatra.
"Nggak ada."
Agil memicingkan matanya curiga. Dia mencium bau-bau tidak jujur di sini. "Jangan-jangan lo lagi gebetin kak Meilda, ya?"
" ... "
"Bener, Tra?" timpal Diaz.
Vatra mendengus. Dia meraih guling lalu menidurkan dirinya di karpet bulu kamar tersebut.
"Gue ngantuk. Jangan ganggu atau lo akan gue makan!" Ancaman Vatra membuat tiga remaja itu mencibir. Selalu begitu ketika ditanya pasti tidak mau menjawab.
"Galau dia," gumam Diaz.
***
At Vatra's room
Tatapan Vatra tampak kosong, tidak bersemangat, bahkan bernafas saja kelihatan ogah-ogahan. Sejak pulang dari rumah Diaz sejam yang lalu, Vatra memilih mendekam di kamar sembari memeluk Mong yang sedang bersandar manja dan cantik di perut Vatra.
Mong kelihatan santai. Matanya terpejam tapi sedikit berkedut-kedut seakan merasai usapan di kepala terasa nyaman dan nikmat.
Tangan Vatra belum berhenti mengusap helaian bulu-bulu lebat yang lembut dari Mong itu. Vatra menikmati kegiatannya, meski otaknya sedang vacation tanpa panduan. Vatra kepikiran dengan ucapan Agil tadi siang. Apa benar selama ini Meilda sudah punya pacar? Tapi ... Vatra kecewa. Maksudnya, kenapa Meilda tidak mau jujur saja. Terus kenapa juga Meilda bersikap seolah-olah tidak punya pacar dan sedang menyandang status jomblo. Tiba-tiba Vatra merasa kalau Meilda seperti mempermainkan dirinya.
Memang, Vatra belum lihat secara pasti dengan matanya. Apakah kabar berita itu hanyalah gosip semata atau fakta. Tapi, berdasarkan ucapan dari Agil, tampaknya cowok itu tidak sedang mengada-ada. Lagi pula, muka Agil gampang ditebak. Mana lagi serius dan bercanda. Kali ini Agil serius, suaranya juga begitu.
Vatra menghela nafasnya yang terasa berat. Masa patah hati sebelum jadian, sih?
Tapi beneran, Vatra rasanya galau sekarang. Dia harus apa supaya pikirannya tetap positif tentang Meilda? Vatra tidak fokus.
"Mong, kamu tidur?" tanya Vatra yang disahut meongan oleh Mong.
"Meong." Kucing gembul itu semakin melesak mencari kehangatan di antara tubuh Vatra. Bagi Mong, tubuh Vatra adalah tempat ternyaman, terhangat yang kedua setelah ranjang anyaman berkasur milik Mong yang berada di ujung kamar Vatra.
"Aku harus apa, Mong? Kalau kak Meilda beneran punya pacar, masa aku harus mundur?"
"Meong."
"Jadi kamu enak ya, Mong. Nggak perlu ngerasain jatuh cinta terus patah hati. Beda kayak manusia. Belum juga jadian, udah patah hati aja." Vatra menarik nafas sejenak, lalu menunduk menatap Mong yang sudah membuka matanya. "Kita tukeran yuk? Aku jadi kamu, dan kamu jadi aku. Gimana?"
Mong yang baru mengumpulkan nyawa terlihat berkedip-kedip bingung. Mong tidak mengerti ada apa dengan tuannya itu. Kelihatan sekali jika wajah Vatra frustrasi dan putus asa. Sebagai kucing yang baik hati dan cinta majikan, Mong naik ke bahu Vatra. Mong memberikan pelukan di sekitar leher Vatra.
"Meong ...."
Vatra membalas pelukan Mong dengan gemas. Dia mengelus punggung Mong yang berbulu, sesekali memberikan kecupan di kepala Mong. Bagi Vatra, Mong adalah kucing terpintar yang dia punya. Bersama Mong, Vatra bisa mencurahkan segala beban yang dia miliki. Meski Vatra tau, Mong hanyalah seekor kucing gemas gembul yang tidak bisa bicara dan tentunya tidak bisa memberikan Vatra solusi. Tapi tidak masalah. Ada Mong yang setia di sampingnya saja, sudah membuat Vatra senang.
"Makasih, Mong. Kamu sayang banget ya sama aku?" Vatra tergelak. "Nanti jatah makanmu aku tambahin biar kamu tambah gemuk."
"Meong ...."
.
.
.
.Tbc.
Adek Vatra galau. Kucingnya adek warna putih yaw. Punya kerincingan di leher. Cakep!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak, Jadian Yuk! (Selesai)
Ficção AdolescenteKatanya orang kalau udah cinta nggak mikirin gimana fisik, bahkan usia. Karena bagi mereka, cinta itu nggak perlu perbandingan dalam beberapa hal. Orang nggak akan pernah tau ke siapa mereka jatuh cinta. (Kata banyak orang) Kalau cinta ya dikejar. T...