(3) -P.E.R.M.A.I.N.A.N-

105 9 40
                                    

MANTAN FAVORIT|C.D.S

My Dear Readers💕

My Dear Readers💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu selalu berhasil menjadi penyusup kecil dalam pikiranku.

(l.u.n.a)

-C.D.S-


Flashback On

"Lun." Velen berbaring diatas kasur dan menatap Luna yang serius menulis dibuku catatannya.

"Lun, Lun." Ia kesal karena diabaikan gadis itu.

"Luna!" ucapnya lagi agak lantang. Jengkal ujung kaki cewek itu berusaha keras meraih lengan Luna. Ia menyenggol sedikit bagian tubuh sahabatnya.

"Apa sih?! Berisik tau nggak!" sewot Luna. Ia memukul keras kaki itu hingga jatuh. Membuat sedikit suara berdebum akibat benturan kaki Velen.

Cewek itu mendecakkan lidahnya. "Galak amat. Pacarnya siapa, sih?!" Luna melototkan matanya mendengar cibiran cewek itu.

Velen tertawa singkat.

"Ups! Lupa. Udah putus ya." Velen menutup bibirnya dengan ujung tangan. Menunjukkan ekspresi wajah manis yang dibuat-buat. Luna menghela nafas mencoba bersabar.

"Kenapa sih, lo ngga bisa diem? Disini kita mau belajar, tapi lo malah malas-malasan!" Velen berbaring menyamping dengan sebelah kakinya menggelantung. Cewek itu menemukan spot ternyamannya.

Velen dengan sengaja mengabaikan Luna.

Kedua perempuan itu kini mendiamkan diri dirumah Mesha. Tepatnya dalam kamar cewek itu.

"Sorry, gue ngga ambis." Velen mengibaskan tangannya malas.

"Bukan ambis, tapi rajin." Luna kembali menulis dibuku catatannya.

"Rajin sama ambis beda tipis."

"Kalo semua-semua lo bilang ambis. Yang ada malah lo ngga belajar sama sekali."

"Well yeah, that's the whole point." mimik muka Velen berubah remeh.

Ia beranjak duduk. Kemudian mengedikkan bahu dan mengangkat kedua tangannya tidak peduli.

"Untung bentar lagi Mesha dateng." Velen terdiam mendengarnya dengan kebingungan.

"Gue sumpel mulut lo pake cabe ijo kalo ngoceh lagi!" ancaman Luna sama sekali tidak membuat Velen merasa tegang sedikitpun.

"Sekalian tahu gorengnya. Laper nih." Velen mengelus perut ratanya. Luna mendengus kasar melihat cewek itu.

Pintu kamar itu terbuka, memunculkan sosok yang mereka bicarakan.

MANTAN FAVORITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang