(11) -T.A.K.U.T-

67 3 0
                                    

MANTAN FAVORIT|C.D.S

My Dear Readers💕

AUTHOR NOTE :

WARNING ⚠⚠⚠

>>>Membacalah dengan bijak<<<

Dalam chapter ini terdapat unsur pelecehan seksual.
Bagi pembaca yang belum cukup umur, harap bisa menyikapi bacaan dengan baik.

Sekian, Terima kasih...

Sekian, Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya untuk terakhir kali, aku ingin kamu sedikit peduli. Untuk saat-saat bahagia, untuk waktu sedih yang kualami. Jangan meninggalkanku sendiri.

(l.u.n.a)

-C.D.S-

Sialan Yoga! Luna menggeram dalam hatinya.

Tangannya membentang di dua sisi meja bangkunya. Gadis itu mencengkram sudut meja dengan kuat. Menatap buas pada Yoga yang duduk di pojokan kelas.

Luna makin kesal. Kemurkaannya meningkat pesat. Tatapan bengis gadis itu diabaikan oleh Yoga. Cowok itu terlihat santai tengah bercanda ria dengan teman-teman cowok sekelas Luna yang lainnya.

Berani-beraninya cowok itu mempermainkan seorang Luna.

Rasanya ingin melempar lepas meja yang dikungkungnya kini pada Yoga

Sementara Velen dan Mesha menemani gadis itu. Mereka duduk disamping kanan-kiri Luna.

Velen mengelus puncak kepala Luna dengan lembut berusaha memadamkan api amarahnya. Sementara Mesha menggigiti bibir merasa takut memikirkan nasib Yoga ketika berhadapan lagi dengan Luna.

Luna menjadi seperti ini karena ulah Yoga. Ia kesal sudah dibohongi oleh Yoga.

"Sabar, Lun. Sabar." Velen tidak lupa mengipasi wajah gadis itu dengan kipas mini Hello Kitty nya.

Ia khawatir melihat Luna yang terus-menerus menarik dan menghembuskan nafasnya dengan kasar seperti banteng yang siap terjang.

"Sabar, sabar, kalian tau sendiri kan gimana gue kemarin!" tangan kecilnya terkepal erat menahan marah. "Kelewatan banget Si Yoga!" Luna kembali menghujamkan pandangannya pada cowok itu. "Bentar lagi gue bikin perhitungan sama itu cowok!"

"Jangan gitu." Luna mendelik garang ketika Mesha kembali membela cowok tercintanya.

"Ngga harus pakai cara pukul, kan Lun." Velen menambahkan. "Lo harus berubah, Lun. Itu janjinya lo sama Matteo dulu. Jangan lakuin itu buat orang lain, tapi buat diri sendiri. Jangan suka mukul orang lain lagi. Bukan karena posisi lo sebagai cewek. Tapi semua orang ngga boleh gitu aja ringan tangan." Velen menghela nafasnya memberi pengertian pada Luna.

MANTAN FAVORITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang