(1) -P.U.L.A.N.G-

113 9 19
                                    

MANTAN FAVORIT | C.D.S

My Dear Readers💕

My Dear Readers💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin yang aku rindukan dari masa lalu adalah acara berboncengan denganmu yang tidak pernah terwujud saat itu.

(l.u.n.a)

-C.D.S-

Seorang gadis tengah berdiri didepan bangunan sekolah yang sudah sepi. Kepala gadis itu menunduk memandangi jalanan dibawahnya. Jemari mungil dari kedua tangannya bertautan. Sesekali berpindah meremas pergelangan tangannya dengan gusar.

Kini ia mendepak kecil kerikil-kerikil yang berserakan didepannya. Bibirnya terus berkomat-kamit tanpa henti. Merapalkan segala sumpah serapah yang terpendam dihatinya. Sejauh ini yang ia lakukan hanya sebatas berusaha mengusir rasa bosannya.

Ia melirik jam bewarna kuning cerah yang melingkar manis dipergelangan tangannya. Sudah lewat 2 menit dari perjanjian waktu yang disetujui olehnya. Gadis itu mendesah lelah. Tidak mengerti lagi mengapa ia dengan bodohnya melakukan permainan gila itu.

Permainan yang menuntunnya untuk melakukan hal lebih gila lagi.

Deru motor bising berhenti tepat didepannya. Suara itu mengalihkan kesibukan Luna dengan pikirannya. Gadis itu terkejut melihat roda motor tersebut. Ia mendongakkan kepala dan mendapati wajah seorang cowok yang dikenalinya telah datang.

"Gab." sapa gadis itu singkat. Ia berjalan mendekati cowok itu. Ikatan rambut ekor kudanya yang menjuntai ikut berayun seirama.

Luna tersenyum manis pada cowok itu. Dibalas dengan senyuman lebar yang terukir dibibir Si Cowok.

"Lo ngajak ketemuan, mau ngomong apa?" tanya Si Cowok.

"Nggak bisa basa-basi dikit ya, lo." Luna mencebikkan bibirnya kesal.

Cowok itu tertegun melihat ekspresi Luna.

Rasanya ia seperti dilempar kembali ke masa lalu. Deja Vu.

"Yaudah sorry. Gue kan, emang gini orangnya." ujar cowok itu melembut menghadapi sikap kekanakan Luna.

"Anterin pulang dulu." ucap Luna. Tanpa babibu lagi, ia bergerak naik diatas motor itu. Duduk tepat dibelakang Si Cowok. Tangan mungilnya berpegang menumpu pada kedua pundak cowok itu.

Sedikit tersadar.

Luna menurunkan tangannya lantas dengan perlahan ia mengulurkan tangannya kedepan memeluk cowok itu dari belakang.

"Gabriel lama." ucap Gadis itu kembali kesal. Mendapati Gabriel yang diam saja.

Luna mulai menyandarkan kepalanya dipunggung cowok itu. Kedua matanya memejam.

"Kalo kelamaan aku ngantuk, nih." kata Gadis itu seraya menguap kecil.

Sementara Si cowok tertegun melihat perilaku gadis itu. Buru-buru ia tersadar dari lamunannya. Cowok itu mulai melajukan motornya meninggalkan bangunan sekolah yang sepi itu.

Setelah melewati 30 menit perjalanan.

Motor itu berhenti dengan sukses, sampai didepan gerbang rumah Luna.

Gadis itu turun dari motor besar milik Si Cowok dengan agak kesulitan. Ia melompat kecil dan berhasil mendarat mulus.

"Untung lo masih inget rumah gue." Luna membetulkan tas ranselnya. "Lain kali pake motor yang pendekan dikit dong. Gue susah mau naik sama pas turunnya." telunjuk Luna mengarah pada jok motor yang tinggi itu. Cowok itu melirik sekilas kebelakang motornya.

Cowok itu hanya terdiam.

"Gabriellll." rengek gadis itu karena cowok didepannya kini terlihat mengacuhkan perkataannya. Gabriel kembali menatap Luna.

"Iya-iya. Lagian gue mana tau lo mau nebeng."

"Mulai besok gue boncengan sama lo!" seru Luna. Gadis itu langsung saja meninggalkan Gabriel yang terkejut dan memasuki teras rumahnya.

Cowok itu tersentak.

"Eh, lo jadi mau ngomong apa?!" seru Gabriel sebelum langkah gadis itu semakin menjauh. Seruan itu membuat Luna berhenti dan berbalik menatap cowok itu.

Ia menatap cowok itu sejenak.

"Makasih tumpangannya. Besok aja gue mau ngomong." ucap Luna tersenyum miring. Luna pun melanjutkan berjalan menghilang masuk kedalam rumahnya.

Gabriel menghela nafas melihat tingkah absurd Luna hari ini.

Pikirannya berkecamuk memikirkan sikap aneh gadis itu.

Berapa lama ia terdiam didepan rumah gadis itu, dering ponselnya berbunyi mengejutkannya.

Cowok itu merogoh saku celananya. Mendapati layar ponselnya menyala dan bergetar. Dengan layar persegi panjang itu menampilkan satu pesan masuk dari nomor asing yang sama sekali tidak dikenalinya. Gabriel memutuskan untuk membuka pesan tersebut.

Hati-hati pulangnya.

Gabriel membacanya lantas tersenyum tanpa sadar. Cowok itu memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana.

Ia menghidupkan motornya cepat dan melajukan kendaraan roda dua tersebut. Dengan tidak rela dan masih merasa penasaran, Gabriel pun memutuskan mengendarai motor kesayangannya meninggalkan kediaman gadis itu.

See you di chapter berikutnya 👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


See you di chapter berikutnya 👋

~Terima kasih sudah membaca~
❤❤❤

Vote untuk mendukung cerita ini, ya! ⭐⭐⭐

MANTAN FAVORITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang