T X D
"ToD?"
Berawal dari permainan Truth or Dare.
Kisah Luna yang mengulang kembali masa percintaannya
"Diajeng Aluna Kasmirah, I dare you to break up with your Ex."
Luna tersedak cola minumannya.
Tatapan gadis itu kosong dan ia terdiam membeku.
T...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝
Kita yang memilih berpura-pura. Agar tidak kembali jatuh dalam perasaan yang salah. Menyelamatkan masing-masing hati dari sakit bernama luka.
(l.u.n.a)
❞
-C.D.S-
Luna membanting ponselnya keras. Gadis itu menggeram tertahan.
Beruntung ponselnya tidak sampai rusak atau terpantul jatuh ke lantai. Luna menutup wajahnya frustasi dengan telapak tangan. Pengalihannya terhadap ponsel pun, gagal.
Pikirannya tetap merujuk pada cowok itu. Tadinya Luna sudah asyik bermain ponsel. Namun jemari gadis itu selalu berujung membuka galeri. Ia malah tidak sadar menatap satu foto yang tersimpan digaleri ponselnya.
Foto hasil jepretan kamera ponselnya kemarin.
Ia sendiri juga tidak mengerti, mengapa dirinya mengambil gambar itu. Hati gadis itu selalu merasa tidak enak menatap dua orang yang menjadi objek utama dalam gambar tersebut.
Apalagi dengan posisi mereka yang berdekatan. Ralat, sudah menempel maksudnya.
Luna memukul keras meja didepannya melampiaskan perasaan.
Rafa terkejut. Ia melemparkan pandangan tidak enak kearah Luna.
"Kesel gue!" nafas gadis itu memburu. Luna kemudian tersentak."Eh, sorry Fa."
Cewek itu tidak sengaja mendapati Rafa di kafeteria. Rafa adalah salah satu teman sekelasnya, selain 'Si Menyebalkan' Yoga. Ia melihat cowok itu sedang makan siang disana. Luna pun memutuskan untuk bergabung dengan cowok itu.
Rafa ini tipikal cowok anti sekali berdekatan dengan perempuan yang sedang marah.
Luna tidak paham mengapa namun ia beberapa kali pernah kedapatan cowok itu menjauhinya.
"Gapapa." Rafa tidak ingin membahas lebih panjang hal tersebut.
"Tumben lo makan disini?" Luna memangku wajah menatap Rafa.
"Emang nggak boleh?" Rafa mencoba terfokus menikmati makanannya.
Semua murid yang berkunjung di Kafeteria itu memandang Rafa.
Mereka berdecak penuh kagum. Cowok itu memiliki wajah tampan yang sering membuat ia jadi pusat perhatian. Rafa sebenarnya risih untuk terlalu mencolok.
"Boleh. Tapi jarang banget lo kesini. Sekali kesini makannya dessert terus. Lo suka?"
"Lumayan." cowok itu terdiam sesaat. "Lo balikan sama Gabriel?"
