14

11 2 0
                                    

"Dha.. hampir semua mimpimu tercapai ya, salah satunya  hidup sendiri,"  Attaya memandang ke arah langit yang di penuhi bintang dan bulan.

Senyum kecut Sadha mulai terukir. Samar-samar ia melihat wajah Attaya yang duduk di sampingnya.

"Ya begitulah," jawab Sadha singkat

"Ternyata kamu bebal ya. Kan aku uda pernah bilang kalau jangan pergi disaat belum siap." Kini hamburan bintang di langit entah kenapa begitu berkelap-kelip, "apa ada alasan lain?" Attaya menambah tanya.

"Gak ada, mungkin semua uda jalannya. Uda takdirnya" Sadha berbohong, tetapi percuma Attaya tetap mengetahuinya.

"Hahaha. Aku uda mancing untuk kamu cerita semua yang terjadi setelah aku pergi. Tapi kamu masih bisa menyembunyikan semuanya." Attaya menebak, dan tebakannya benar.

Attaya adalah sahabatnya, sahabat yang mengetahui segala permasalahan keluarganya. Saat itu, saat dirinya rapuh. Attaya lah yang selalu ada disampingnya. Tetapi sayang, Tuhan hanya memberi waktu Attaya menemani masih perihnya tiga tahun saja. Saat SMP.

"Sadha, kamu kenapa nangis?"  Attaya sangat khawatir melihat sahabatnya itu terisak begitu pilu.

Tadi rencananya Attaya akan mengajak Sadha mengerjakan tugas di rumah Attaya. Tetapi saat di tengah perjalanan, ia melihat gadis itu menangis sendiri di bangku taman komplek mereka.

Rumah mereka memang satu komplek, tetapi beda blok. Dan sebenarnya mereka juga tetangga.

"Sadhaa, tenang yaa. Ada Attaya disini," lelaki itu masih berusaha menenangkan.

"A--ku te-rny-ata... hiks hiks"  tangis Sadha semakin pecah, Attaya yang melihat itu sedikit panik. Apa yang harus ia lakukan. Sebelumnya ia tak pernah melihat perempuan menanggis sehebat ini.

Attaya langsung membawa Sadha dalam pelukannya. Hanya itu yang bisa Attaya lakukan. Semoga saja berhasil.

15 menit berlalu, akhirnya Sadha berhenti menangis. Baju Attaya sudah di basahi oleh air mata.

"Kamu kenapa? kamu gak sendiri. Kamu punya aku. Aku sahabatmu." Entah apa yang dibicarakan laki-laki itu, tapi niatnya hanya ingin membuat sang gadis merasa tak sendiri.

Matanya memerah dan sembab karna habis menangis hebat. Di teguknya sebotol minuman dingin yang di bawa Attaya.

"Tay, kamu janji ya kalau aku kasi tau ini. Kamu gak akan jauhin aku." Sadha berbicara ragu.

"Mau keadaan apapun dan gimanapun, seorang sahabat gak bakal ninggalin sahabatnya Dha." Hati Sadha berdesir mendengarnya, ia sedikit lebih tenang.

"Ternyata, aku bukan keluarga kandung Malendra. Aku hanya anak angkat."  Sadha terisak kembali,
Attaya tercengang. Dengan cepat ia mengelus pundak gadis itu.

"Pantas saja selama ini mereka pilih kasih ke aku, mereka sering mengungkit apa yang uda di beri. Ternyata aku memang bukan keluarga kandung mereka. Hiks.. hiks.." gadis itu mengeluarkan segala unek-uneknya, "rasanya aku ingin pergi dari rumah itu Tay, aku pengen hidup sendiri saja. Kerja, biar aku gak berhutang budi lagi."

"Sstt.. gak boleh ngomong gitu Dha." Attaya berusaha menenangkan, wajahnya menatap lekat-lekat gadis itu.

"Aku yakin kamu mampu untuk itu. Tapi, tidak sekarang Dha. Bagaimanapun kamu terlalu dini untuk melakukan itu. Kalau kamu memang gak ingin merepotkan, belajarlah dengan keras supaya kamu mendapatkan beasiswa dan tidak perlu meminta uang untuk sekolah. kamu rajinlah mengikuti olimpade, jika menang uangmu bisa digunakan untuk keperluan. Aku yakin, kamu mampu untuk itu. Dha.. kamu wanita kuat yang aku kenal."  Bagaimana bisa Attaya sedewasa ini.

Attaya adalah penguat Sadha. Bagaimana pemikirannya yang dewasa mampu membuka pemikiran gadis itu tentang dunia dan permasalahan. Dan Attaya lah yang mampu membuatnya bertahan menjadi ceria, dan saat Attaya tidak ada di sampingnya disitulah dirinya berubah menjadi sekarang.

"Dha.. tetaplah menjadi Sadha yang ceria. Jangan tunjukin masalah pada dunia. Mereka semua tidak perlu tau apa yang sedang terjadi. Tetap jadi Sadha yang ramah dan penuh semangat. Sampai kapanpun aku akan selalu disampingmu menguatkanmu," kalimat Attaya inilah yang selalu di pegangnya. Tapi ia tidak bisa melakukannya lagi, setelah kejadian antara dirinya dan dua orang yang mengkhianatinya.

Pada saat mereka lulus SMP. Attaya pindah ke Inggris. Ia melanjutkan studynya disana. Pada saat itu Sadha sangat sedih. Tetapi Attaya meyakini bahwa tanpanya pun Sadha akan mampu menjalani semua.

"Walaupun kita jauh, tapi hati kita akan selalu dekat. Kamu dan aku akan menjadi sahabat. Ingat pesan aku ya dha.. tetap jadi diri sendiri. Tetap ceria. Tetap jadi Sadha master matematika  hehe. Tenang aja, aku akan selalu mengabarimu. Aku akan kembali setelah aku lulus sarjana. Cukup lama, tapi itu gak akan memutus persahabatan kita" tanggan Attaya mengacak rambut Sadha. Entah kenapa Sadha sedikit tenang hanya dengan melihat wajah Attaya. Semua kekhawatiran hilang. Ia semakin yakin,kalau dirinya bisa.

Padahal persahabatan mereka hanya berjalan 3 tahun, tetapi entah kenapa ikatannya sangat kuat.

"Ohiya, kata kamu dulu kamu akan kembali ke indonesia saat kamu udah sarjana kan. Tapi ini aja belum cukup tahun untuk kamu sarjana. Aku aja belum." Sadha mengingatkan kalimat yang beberapa tahun lalu lelaki itu ucapkan.

"Aku udah wisuda dari  satu tahun lalu, dan aku juga uda bekerja di sana selama satu tahun." Mata Sadha mengerjap, bagaimana bisa ia lupa kalau laki-laki di depannya ini adalah orang yang jenius.

"Kata kebanyakan orang kamu menjadi dingin dan jutek. Semenjak masuk ke kampus. Dan puncaknya satu tahun lalu. Tapi aku rasa kamu tetap menjadi Sadha yang ceria dan apa adanya. Kecuali kemarin yang aku lihat kamu menangis. Aku harus percaya omongan mereka atau tidak ya?" Attaya bertanya menggoda.

Sadha hanya menggeleng kepalanya kecil. Attaya ternyata memang masih memperhatikannya dari jauh sana. Dan dengan Attaya, Sadha tidak bisa berubah menjadi siapapun. Sadha tidak bisa menjadi dirinya dengan versi baru. Tetapi dirinya versi lama.

Ternyata jarak tidak membuat mereka menjauh. Tetapi masih tetap sama. Hariini, dihabiskan dengan mereka bercerita tentang diri mereka tanpa satu sama lain. Sadha juga menceritakan semua yang terjadi selama ini.

------------------------------------------------------

Part ini khusus Attaya dan Sadha🙆

SADHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang