22

4 2 0
                                    

Dalam perjalanan, Attaya seolah tau arah tujuan. Padahal Sadha belum memberi tahu dan berkata apapun sedari tadi, pikirannya masih kalut.

Sedikit ada yang aneh dari biasanya, bukan tentang Attaya yang mengetahui segala sesuatu tanpa di beritahu. Itu memang aneh, tapi kali ini lebih aneh.

Attaya tiba-tiba bisa berada di depan cafe, dan seolah tau mereka akan kemana. Sadha ingin bertanya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang pas.

Tapi tunggu, Attaya tahu dari mana kalau Mamanya kecelakaan? Bukannya Attaya belum mengenal keluarga Sadha biarpun mereka sudah bersahabat saat SMP. Dan tadi yang memberi tahu bahwa Mamanya kecelakaan adalah Shalsa dan Attaya juga tidak mengenal Shalsa. Bagaimana Attaya bisa tahu alamat rumah sakitnya, sedangkan Sadha tidak mengetahui. Saat semua pikiran itu meraja lela, Attaya membuka suara.

"Itu tadi Sakha? Ganteng ya." ucap Attaya seperti tidak melihat kekhawatiran di mata Sadha.

"Tay, kamu tahu kan kita akan kemana?" tanya Sadha mengeluarkan kebingungannya.

Yang di tanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Lalu, kamu tahu dari mana tay? Sedangkan aku aja belum ngasih tau." kebingungan hanya semakin bertambah saat Attaya hanya tersenyum mendengar itu.

"Bahkan isi hatimu pun aku tau Dha" entah kenapa saat ini Shada saat tidak senang mendengar kalimat itu keluar dari mulut Attaya.

Wajah yang sangat menenangkan itu berubah mengjengkelkan.

"Tay, aku serius" nada tinggi terdengar keluar dari mulut gadis di sampingnya.

"Sejak kapan aku gak serius sama kamu Dha" suara itu terdengar datar. Kenapa saat ini semua membingungkan.

Perjalanan sudah memakan waktu sedikit lama, tetapi mereka juga belum sampai ke rumah sakit. Sudah ada beberapa rumah sakit yang mereka lewati tetapi tak satupun menjadi tujuan mereka.

Sadha mulai gelisah, iapun menelfon Shalsa untuk mengetahui kebenarannya sekali lagi.

"Halo ada apa Dha?" Ini beneran Shalsa yang berbicara, kok dia bertanya ada apa. Pastinya Sadha ingin bertanya tentang ucapannya tadi.

"Rumah sakitnya dimana?"

"Hah? Apa Dha.. Hallo? Putus-putus Dha, Tut.. tut..."  panggilan itu benar-benar terputus, Sadha mengerutkan keningnya. Iapun segera memberikan pesan kepada sepupunya itu. Tetapi tetap saja nihil. Tidak ada balasan.

"Ini kita bener kerumah sakit kan?" tanya Sadha memastikan ke Attaya. Sekarang ketakutannya sudah tak karuan. Laki-laki yang di tanya hanya diam membisu.

"Turunin aku disini!" Ia mulai memberontak, Attaya meliriknya sekilas lalu mengusap lembut pucuk kepalanya.

"Gausa takut Dha." kata laki-laki itu berusaha menenangkan.

Tak lama, mereka sampai di sebuah taman yang sangat asing bagi Sadha. Langit sudah gelap, tapi Sadha tahu kalau ini masih Yogyakarta. Mobil Attaya benar-benar berhenti.

"Kita ngapai disini? Kita kerumah sakit"

"Turun aja" tak lama ada Shalsa yang membuka pintu mobil.

Kebingan semakin menjadi, Shalsa kenapa ada disini. Dan dia begitu terlihat baik-baik aja.

"Mama Rara mana?" tanya gadis itu setelah berada di samping sepupunya.

"Pakai ini dulu ya" bukannya menjawab Shalsa malah menutup matanya menggunakan sapu tangan dan menuntunnya jalan.

"Shal, ini kenapasih? Sebenarnya ada apa?" bersamaan dengan akhir pertanyaan itu, tuntunan jalan itu terhenti dan terbuka penutup mata Sadha.

SADHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang