Bab 14. Tentang Mas Fakhri Part 2
"Mas Fakhri keren begitu, pasti cewek nya banyak ya Mbak". Ucapku berusaha tersenyum padahal kok ada yang sakit ya? Duh..
"Cie mulai cemburu ya?". Goda Mbak Yuli tertawa geli melihatku yang menggeleng cepat.
"Dulu sih hampir semua siswi suka ya sama Fakhri, tapi kalau yang jadi pacar paling si Vella. Dia tadinya kakak kelas tapi jadi sekelas sama Fakhri pas kelas 12. Anggota cheers, queen nya Gemintang waktu itu lah. Pinter juga dia, aktif anaknya, cantiknya kebangetan". Jelas Mbak Yuli sambil membenarkan posisi duduknya. Vella? Haduh, kok aku tidak suka dengar namanya. Cemburu Na? Ya Allah..
"Pasti mereka pasangan serasi ya Mbak". Ucapku berusaha tersenyum tulus, tapi kok sulit ya? Rasanya mau nangis aja ish.
"Emm..biasa aja sih menurutku, tapi mereka jadi best couple waktu promnight. Gila, si fakhri pas prom, pake jas, pake dasi kupu, keren bgt. Terus dia nembak vella waktu itu. Aku juga kaget, nggak tau tiba-tiba fakhri begitu tanpa cerita sama aku ataupun Damar. Dan sampai sekarang pun kami nggak pernah tau alasannya". Jelas Mbak Yuli tampak menghela nafas saat mengingat moment itu.
"Nggak pernah nanya mungkin?". Tanyaku lirih, dan Mbak Yuli menggeleng putus asa.
"Udah tanya berkali-kali, dan Fakhri selalu jawab dengan kalimat yang sama. Dia bilang, apapun alasannya, aku ngelakuin itu semua demi kebaikan aku dan vella, aku harap kalian ngerti karena aku benar-benar nggak bisa kasih tau alasannya. Kalian keluargaku, tapi untuk cerita tentang ini, aku nggak berhak sama sekali. Kalau Fakhri udah begitu yaudah, aku sama Damar cuma pasrah walaupun kepo parah". Jawab Mbak Yuli cemberut kesal dan aku hanya tersenyum getir mendengar ceritanya. Apa aku bisa tanya langsung sama mas Fakhri? Ah Nana, jangan mudah cemburu deh ya..nggak baik.
"Terus hubungan Mas Fakhri sama Mbak Vella bertahan lama Mbak?". Tanyaku berusaha menetralkan ekspresiku agar tetap terlihat biasa saja.
"Nah itu dia, kan Fakhri nembak Vella waktu promnight, tapi setelah itu kan dia lanjut kuliah di USA,berangkat 1 bulan kemudian. Terus ngga tau juga si lanjutan kisah mereka gimana. Fakhri juga ngga pernah cerita". Jawab Mbak Yuli sambil menatapku serius. Dan demiapa, level kepo ku mendadak naik 360°. Duh Nana.
"Tapi tenang aja Na, sekarang kan Fakhri deketin kamu, jadi ngga mungkin mereka masih ada hubungan. Percaya aja sama Fakhri". Ucap Mbak Yuli menggenggam tanganku lembut, seperti memahami kegelisahanku dan aku hanya tersenyum mendengarnya.
"Atau kalau kamu ragu, tanyain aja sih ke Fakhri. Aku yakin dia ngga akan marah kalau kamu yang nanya. Bilang aja aku yang nyuruh". Lanjutnya menatapku dengan ekspresi bersalah seperti telah membicarakan hal yang tidak seharusnya.
"Ngga apa apa Mbak, santai aja". Ucapku tulus dan berusaha menguatkan diriku agar tidak menanyakan hal itu kepada Mas Fakhri. Sepertinya itu topik yang sensitif, sampai-sampai Mba Yuli dan Mas Damar saja tidak mengetahui secara pasti. Dan aku harus sadar, posisiku tidak lebih dari mereka dimata Mas Fakhri, setidaknya untuk saat ini.
Sekembalinya dari menunaikan sholat ashar di masjid RS, pintu ruang kerja Mas Fakhri di ketuk oleh Mas Damar yang akan menjemput isterinya. Dengan wajah yang di tekuk sempurna, Mbak Yuli menghampiri suaminya dengan gerutuan kesal karena suaminya terlalu sering mendapat tugas dadakan.
"Ngapain jemput, kan aku udah bilang mau minta antar Fakhri". Gerutu Mbak Yuli setelah mencium tangan suaminya yang dibalas dengan kecupan singkat di kening. Duh..meleleh aku. Wkwk
"Justru Fakhri yang kirim pesan ke aku, katanya dia ngga bisa antar kamu makanya aku harus jemput". Balas Mas Damar yang langsung membuat Mbak Yuli menatap aneh suaminya. Tidak biasanya Fakhri menolak mengantarnya pulang.
"Dia bilang, harus segera antar calon bidadarinya supaya tidak sampai kayangan terlalu malam". Lanjut Mas Damar menjawab kebingungan istrinya lalu melirikku yang sejak tadi memperhatikan interaksi manis sepasang suami istri ini. Dengan ekspresi menahan tawanya, dia melambaikan tangan ke arahku sebelum aku berdiri untuk menghampiri mereka.
"Ooh..jadi ini bidadarinya Fakhri, cantik sekali Mbak". Ucap Mas Damar yang langsung mendapat injakan kaki dari sang istri.
"Santai aja sayang, kan udah kamu yang jadi calon ibu dari anak-anakku. Perkenalkan saya Damar, suaminya Yuli". Ucap Mas Damar mengulurkan tangannya yang langsung ku terima. Mungkin prinsipku memang berbeda dari wanita berjilbab lainnya yang memilih untuk tidak menjabat tangan lelaki yang bukan muhrim, tapi kalau aku pribadi tidak masalah jika hanya berjabat tangan dari pada membuat pihak lawan merasa malu. Aku yakin, Allah mengetahui setiap niat dari hamba-Nya.
"Najwa, temannya Mas Fakhri". Ucapku dan dibalas dengan tawa dari Mas Damar. Apa yang lucu?
"Teman hidup maksud nya kan ya". Goda Mas Damar yang membuatku tertawa pelan. Kalau sudah begini mau jawab apa coba? Untungnya setelah itu Mas Fakhri datang dengan senyum lebar di wajah lelahnya.
"Wah rame nih, sudah sholat ashar Na?". Tanya Mas Fakhri menghampiriku setelah menyapa singkat Mas Damar.
"Sudah tadi sama Mba Yuli. Mas sudah selesai ?". Jawab dan tanyaku tersenyum ke arahnya. Entah apa yang terlintas di pikiranku, tapi aku ingin sekali mengusap wajah lelahnya dan mengatakan terimakasih sudah bekerja keras hari ini. Syukurlah akal sehatku masih berfungsi dengan baik sehingga aku tidak melakukan hal itu. Haha
"Sudah, maaf membuat kamu menunggu lama ya. Setelah ini kita pulang". Ucap Mas Fakhri sambil melepas jas dokternya.
"Hilihh, halalin dulu lah baru diajak pulang". Celetuk Mas Damar yang sudah siap keluar ruangan bersama istrinya.
"Balik sana lah ganggu aja lo". Balas Mas Fakhri sengit. Ternyata Mas Fakhri bisa juga bicara lo-gue. Wkwk
"Hahah..dasar, pamit yee...pulang duluan Na, Assalamualaikum". Ucap Mas Damar lalu menggandeng istrinya setelah Mba Yuli cipika cipiki denganku.
"Waalaikumsalam, tiati Mas..jagain ponakan gue". Balas Mas Fakhri.
"Nyuruh aja bisanya, kapan dong gue bisa nyuruh lo jagain ponakan gue". Celetuk Mas Damar dengan tawa mengejeknya.
"Secepatnya ya, do'ain". Balas Mas Fakhri terkekeh pelan sambil melirikku yang tiba-tiba salah tingkah. Sedangkan Mas Damar mengucap 'siiip' dengan nada yang begitu panjang sebelum berbelok menuju pintu keluar RS.
Setelah selesai merapikan meja kerja dan mencabut ponselnya yang sejak tadi di charger, Mas Fakhri pun menghampirku yang sejak tadi hanya duduk dan memainkan ponsel, padahal sebenarnya aku juga bingung harus bersikap bagaimana saat ada sesuatu yang mengganjal seperti ini. Ya Allah, aku baru tau kalau perasaan cemburu ternyata se tidak nyaman ini.
"Kenapa jadi pendiam gitu?". Tanya Mas Fakhri sembari mengambil air minum di dispenser samping meja kerjanya.
"Ha? Engga kok". Jawabku berusaha menormalkan semuanya. Tapi tidak bisa,
"Mau makan baso? Kedai depan baso nya enak. Ayo". Ajak Mas Fakhri setelah mengambil tas dan kunci mobilnya di meja, dan akupun mengikutinya dalam diam. Ya Allah aku kenapa si ini.
TBC
Hayoloh Mbak Nana nya kenapa wkwk
Thanks sudah mampir ya
Ditunggu bab selanjutnya
Jangan lupa vote hehe
Cintaaa dari, deean
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuasa-Mu
General Fiction#1 Dhuha (4 Juni 2020) #3 Fakhri (4 Juni 2020) #6 Sunnah (13 Juni 2020) Klise. Hanya kisah seorang dokter sholeh yang sedang dalam proses mencari pendamping. Lalu Allah mempertemukannya dengan seorang wanita sholeha seperti sosok yang selalu terucap...