13. Tentang Mas Fakhri-A

17 2 0
                                    

Bab 13. Tentang Mas Fakhri Part 1 (Najwa POV)

Hari Rabu, pukul 12. 30, aku mengirimkan balasan pesan untuk Mas Fakhri, mengabarinya kalau aku bisa mengunjungi RS hari ini.

Mas Fakhri--Nanti jadi ke sini?-10.34

Najwa--Jadi Mas, otw ya-12.28

Mas Fakhri--Aku jemput aja deh ya, biar kamu ngga usah nyetir motor-12.29

Najwa--Jangan mulai deh Mas, ngga boleh gitu, masih jam kerja-12.30

Mas Fakhri--Yasudah, hati-hati, jangan ngebut apalagi sampai ugal-ugalan-12.31

Najwa--Siap, see u Mas☻-12.31

Mas Fakhri--Ok. Love u❤-12.31

Najwa--Ngga nyambung ya🙄-12.32

Najwa--But luv u too😝-12.33

Mas Fakhri--Duh jadi deg degan, aku tunggu disini-12.33

Najwa--okayy👍👍-12.34

Setelah memarkirkan motor, aku tidak langsung menghubungi Mas Fakhri. Tapi sebelumnya aku menuju ke toilet dulu untuk membenahi penampilan. Bukan apa-apa sih, kan barusaja pakai helm, jadi agak berantakan. Tapi padahal di toilet juga pakai bedak dan lipstik juga sih. Hehehe
Saat aku sedang mengetikkan pesan untuk Mas Fakhri, tiba-tiba ada satu pesan muncul darinya.

Mas Fakhri--Na, sudah sampai? Aku ada rapat dadakan, satu jam ke depan mungkin. Kamu langsung ke ruanganku aja ya. Nanti Yuli yang menemani kamu-13.01

Dan akupun langsung menuju ruangan Mas Fakhri yang dulu sempat aku kunjungi saat peristiwa Raina dan Kakeknya.

“Hai mbak Nana, kenalin aku Yuli. Temannya Fakhri". Sapa Mbak Yuli yang berada di dalam ruangan Mas Fakhri. Ia menghampiriku dengan perut buncitnya dan mengulurkan tangan ke arahku, kemudian aku menyambutnya dengan cepat.

"Mbak sudah mau pulang? Suami jemput kah?”. Tanyaku setelah kami duduk di sofa, lengkap dengan tas punggung Mbak Yuli yang ada di meja, dan Ia sudah tidak memakai seragam RS, yang artinya shift Mbak Yuli sudah selesai tapi Ia malah membalas dengan gelengan dan dengusan kesal.

“Biasa, suamiku tiba-tiba ada panggilan, jadi nggak bisa jemput. Ya terpaksa bertahan disini sampai Fakhri selesai rapat”. Jelasnya dengan nada jengkel.

“Oh..suami Mbak kerja apa? Mau minum jus mangga mbak?”. Tanyaku sambil mengeluarkan dua cup jus mangga yang tadi aku beli di kedai sebelah RS.

“Boleh, padahal buat Fakhri ya niatnya". Ucapnya saat menerima jus mangga dariku.

"Suamiku reporter berita, pulangnya nggak tentu tergantung liputannya se ribet apa. Jadi nanti aku pulang minta di antar sama Fakhri”. Lanjutnya membuatku mengangguk.

“Oh iya, kamu jangan sungkan apalagi nggak nyaman sama aku gara-gara aku dekat  sama Fakhri ya”. Ucap Mbak Yuli setelah menghabiskan setengah cup jusnya dalam waktu beberapa detik, sampai aku tersenyum melihatnya. Namun setelah mendengar ucapan Mbak Yuli, aku malah menatapnya terkejut sekaligus bingung, membuat Mbak Yuli tersenyum lalu menjelaskan maksudnya.

“Oh..jadi kamu nggak cemburu sama aku ya? Kamu nggak suka sama si kampret Fakhri Na? Parah si..dari dulu dia kategori cowok yang di kejar-kejar loh..”. Jelas Mbak Yuli meletakkan cup ke meja dan menatap takjub aku yang hanya tersenyum canggung.

“Aku percaya sama Mbak dan Mas Fakhri. Mbak Yuli nggak mungkin tertarik sama lelaki lain, Mas Fakhri juga nggak mungkin main api sama istri orang. Sesimpel itu Mbak, aku nggak se over protektif gitu kok”. Balasku santai dan tersenyum geli ke arah Mbak Yuli yang mengangguk paham.

“Jadi intinya kamu nggak cemburu? Nggak suka sama Fakhri? Atau belum?”. Cecar Mbak Yuli dengan level penasaran tingkat akut, akupun tertawa pelan.

“Mbak maunya aku jawab cemburu ya? Yaudah gih, jelasin apa yang mau Mbak jelasin”. Balasku menatap Mbak Yuli, dengan ekspresi menahan tawa.

“Tinggal jawab suka nggak suka juga, ngeles aja kamu Na”. Cibir Mbak Yuli kembali mengambil cup dan menghabiskan jus nya sebelum memulai cerita panjang tentang Mas Fakhri.

“Jadi Na, dulu itu aku, Fakhri, sama Damar kenal di kelas 10 SMA Gemintang. Kami sama-sama dari kelas IPA yang pas awal masuk itu nggak punya temen, terus kategori yang agak-agak kenal gitu sama kakak kelas. Istilahnya apa ya? Hits gitu lah kalau jaman sekarang. Tapi jangan anggap hits yang cabe gitu ya”. Ucap Mbak Yuli bercerita dengan begitu antusias, dan aku menyimak dengan seksama, sesekali merespon ceritanya dengan tawa, senyuman, bahkan decak kagum yang tulus muncul dari hatiku.

“Aku itu dulu terkenal karena pas MOS di kecengin terus sama kakak kelas ganjen yang nggak banget itu. Terus kalau Damar terkenal karena dia ganteng+jago basket. Nah kalau calon suamimu..”. Ucap Mbak Yuli membuat aku tersedak saat mendengar kalimat terakhirnya, membuat Mbak Yuli tersenyum puas melihatnya.

“Santai aja sih Na, lanjut ya..Kalau Fakhri itu terkenal karena dia dianggap bener-bener sempurna sama Kakel maupun guru di sana. Nggak tau aja mereka, kalau dia sebenarnya makhluk ter kampret yang pernah ada”. Lanjut Mbak Yuli bercerita dengan nada kesal saat membahas Mas Fakriku. Eh..hehe

“Hahaha, memang Mas Fakhri dulu gimana orangnya?”. Responku antusias, dan Mbak Yuli tersenyum karenanya.

“Kampretnya dulu aja ya Na biar happy ending”. Balas Mbak Yuli terkekeh menatapku, aku hanya tersenyum ke arahnya.

“Jadi, pokoknya dulu itu kami bertiga otomatis jadi sahabat gitu gara-gara kami sering di undang di acara kakel. Entah pesta ultah, anniv, dll dan cuma kami bertiga yang merupakan adik kelas. Kan kadang kami cuma diem aja ya soalnya nggak tau apa yang mereka bahas. Terus ya gitu, kami jadi suka ngobrol bertiga. Eh pas semester 2 kami jadi satu kelas. Sampai sekarang mainnya sama Fakhri sama Damar terus”. Jelas Yuli antusias dan aku mengangguk paham. Jadi mereka adalah sahabat sejak SMA, seperti yang pernah di ceritakan Mas Fakhri.

“Nah, gara-gara kami udah kaya keluarga banget, terus si Fakhri sukanya ngecengin aku. Ngejodohin aku sama Damar, padahal ya Na, dulu aku lebih suka Fakhri daripada Damar”. Ucap Yuli seperti agak kelepasan dan aku menoleh terkejut ke arahnya.

“Eh jangan marah Na, tenang..sekarang udah nggak suka Fakhri kok. Kan udah mau punya baby sama Damar. Hehe”. Lanjut Yuli yang langsung membuatku tersenyum.

“Wah...jadi dulu cinlok kan ya”. Responku antusias dan Mbak Yuli hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

“Ya itu, gara-gara kami sering di jodohin sama Fakhri. Jadilah cinlok beneran. Apalagi pas Fakhri udah berangkat ke amerika, cuma Damar temenku”. Jelasnya dan aku justru lebih fokus ingin tahu tentang sekolah Mas Fakhri di Amerika.

“Dulu Mas Fakhri pinter banget ya Mbak?”. Tanyaku dan Mbak Yuli langsung mengangguk cepat.

“Pinter banget nget nget. Dia juga kan SMA nya akselerasi. Pas aku sama Damar kelas 11 dia udah di kelas 12. Tapi kalau istirahat tetep main sama kami. Nah itu yang buat dia jadi idola di sekolah. Pinternya kebangetan, tapi dia nggak nerd sama sekali. Jago futsal dia tapi dulu nggak mau jadi kapten”.

“Loh kenapa?”. Tanyaku heran.

“Soalnya dia sering ikut-ikut lomba akademik gitu. Kaya olimpiade tapi yang semua mapel. Namanya lomba siswa berprestasi kalau disini. Tapi dia lombanya sampai ke luar negeri gitu beberapa hari. Jadi katanya kalau jadi kapten futsal, takut nggak bisa jaga amanah buat tanggung jawab”. Jawab Mbak Yuli dan aku mengangguk setuju dengan jalan pikiran Mas Fakhri.

“Mas Fakhri keren begitu, pasti cewek nya banyak ya Mbak”. Ucapku berusaha tersenyum padahal kok ada yang sakit ya? Duh..

“Cie mulai cemburu ya?”. Goda Mbak Yuli tertawa geli melihatku yang menggeleng cepat.

“Dulu sih hampir semua siswi suka ya sama Fakhri, tapi kalau yang jadi pacar paling si Vella. Dia tadinya kakak kelas tapi jadi sekelas sama Fakhri pas kelas 12. Anggota cheers, queen nya Gemintang waktu itu lah. Pinter juga dia, aktif anaknya, cantiknya kebangetan”. Jelas Mbak Yuli sambil membenarkan posisi duduknya. Vella? Haduh, kok aku tidak suka dengar namanya. Cemburu Na? Ya Allah..

TBC
Jadi kerikilnya bernama Vella teman-teman
Ditunggu kelanjutannya ya
Ini cerita tentang Mas Fakhri nya panjang, jadi ku bagi dua
Thanks sudah mampir
Jangan lupa vote nya
Cinta dari Ibunya Nana, deean

Kuasa-MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang