Bab 15. Vellania Aurellie Mozard (Najwa POV)
Jam dinding didalam kedai baso yang sore ini lumayan ramai, menunjukkan pukul 16.15 saat aku dan Mas Fakhri masih menunggu pesanan datang. Aku masih tetap diam, kesulitan bersikap seperti biasa, sedangkan Mas Fakhri tetap terlihat tenang sambil sesekali tersenyum menatapku.
"Makan dulu, baru kita bicara ya". Ucap Mas Fakhri mengangsurkan mangkuk kearahku setelah pelayan meletakkan nampan di meja kami. Dan saat aku menunjukkan ekspresi terkejut, ia hanya mengulurkan tangan untuk mengelus puncak kepalaku pelan, dengan senyum hangat yang malah membuatku merasa bersalah."Maaf ya mas, aku juga...". Ucapanku dipotong pelan olehnya.
"Makan dulu". Titahnya menunjuk mangkukku dengan sendok ditangannya, dan akupun mengangguk menyutujui.
Hening tidak bisa kami hindari selama menghabiskan baso di mangkuk masing-masing. Mas Fakhri benar-benar tidak memaksakan situasi dengan berpura-pura tidak terjadi apa-apa diantara kami. Padahal sebenarnya masalahnya hanya ada pada diriku. Mas Fakhri pasti kebingungan dengan keanehanku sejak tadi, karena aku sendiri juga tidak mengerti dengan sikap berlebihanku sejak mendengar nama Vella dari cerita Mbak Yuli."Yuli tadi kirim pesan, katanya dia kelepasan cerita tentang Vella ke kamu. Jadi, apa diamnya kamu ada kaitannya dengan hal itu?". Tanya Mas Fakhri setelah kami sama-sama menghabiskan setengah gelas jus jeruk di gelas masing-masing.
"Maaf Mas, aku juga ngga nyangka kenapa aku bisa separah ini. Maaf ya Mas, kamu pasti dari tadi ngga nyaman kan". Ucapku menatapnya penuh penyesalan. Dan dia hanya mengangguk dengan senyum hangatnya yang selalu ia sunggingkan sejak tadi.
"Kamu tau kan kalau kamu bisa tanya apapun langsung ke aku ? Tanyakan apapun yang mau kamu tau Na, jangan terlalu dipikirkan sendiri dan menciptakan kesimpulan yang belum tentu kebenarannya". Ucap Mas Fakhri mantap, yang justru membuatku merasa semakin buruk karena tadi sempat meragukannya.
"Aku bahkan merasa belum se berhak itu untuk tanya ke kamu Mas. Karena aku tau, Mbak Yuli dan Mas Damar yang notabene nya sahabat kamu aja ngga pernah kamu kasih tau kan". Ucapku menatapnya lembut, dan ia mengangguk.
"Posisi kamu berbeda Na, kalau Damar dan Yuli, ngga ada kewajiban untuk aku menceritakan hal ini sama mereka. Tapi kalau kamu, mungkin Vella membuatmu ragu sama aku kan? Jadi aku wajib buat menceritakan semuanya sama kamu". Ucap Mas Fakhri membalas tatapanku sama lembutnya, dan tanpa bisa ku tahan, aku tersenyum ke arahnya. Lega sekali rasanya setelah mendengar dia berkata seperti itu.
"Aku ngga mau tanya apapun ke kamu Mas, aku hanya akan mendengarkan apa yang mau kamu ceritakan ke aku. Dan aku menghargai kalaupun ada sesuatu yang ngga ingin kamu bagi ke aku". Ucapku masih dengan senyum lembut yang sama, dan Mas Fakhri malah mengernyit ke arahku.
"Jadi Mas, ceritakan apa yang mau kamu ceritakan aja ya. Jangan dipaksa hanya karena tadi aku diam menyebalkan ke kamu, jangan merasa terbebani sama aku". Lanjutku yang membuat Mas Fakhri langsung terkekeh sambil mengelus puncak kepalaku gemas. Kenapa sih Mas.
"Jadi pengen cepet halal biar bisa cium kalau bicaranya lagi manis gini deh bener". Ucapnya yang membuatku langsung mendelik tajam dan menjauhkan kepalaku dari jangkauan tangannya, dan dia hanya tertawa dengan responku barusan.
"Jadi Na, seperti yang sudah Yuli ceritakan, Vella adalah kakak kelasku yang menjadi teman sekelasku di kelas 12". Ucapnya yang malah aku potong dengan sangat antusias.
"Karena kamu pintarnya kebangetan, sampai harus akselerasi, padahal sering ngga masuk pelajaran karena lomba ke luar negeri. Kamu hebat banget dulu Mas". Ucapku dengan mata berbinar yang langsung membuat Mas Fakhri tertawa agak keras. Lho, kan aku betulan kagum sama dia, bukan bullshit ini tuh wkkw
"Terimakasih pujiannya ya. Tapi aku akan tetap mengakui kalau Vella adalah teman perempuan paling cantik yang pernah aku kenal". Ucapnya melanjutkan cerita tentang Vella. Dan mendengar Mas Fakhri mengakui hal tersebut secara langsung, tetap saja aku merasa agak kecewa, padahal tadi Mbak Yuli juga sudah bilang kalau Vella cantik.
"Kami berteman, dia orang yang selalu siap bantu aku ngejar materi pelajaran yang tertinggal. Dia teman yang sangat bisa diandalkan, entah di bidang akademik atupun non akademik". Jelasnya kemudian terkekeh pelan seperti ber nostalgia dengan masa lalunya. Dan aku sangat berusaha menjaga agar ekspresiku tidak terlihat menyebalkan. Walaupun sepertinya gagal.
"Dibalik semua kelebihan yang dia miliki, dia juga banyak dibenci siswi di sekolah. Karena tidak ada satupun yang bisa mengalahkan Vella, entah kecantikannya, kepopulerannya, dan juga kepintarannya". Lanjut Mas Fakhri dengan ekspresi yang tiba-tiba sendu. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
"Tiga hari sebelum promnight, dia datang kerumahku. Saat itu aku pulang dari les bahasa inggris pukul 8 malam, dan dia sedang menangis di pelukan Ibu. Aku kebingungan, Ibu dan Ayah juga, karena Vella tidak berbicara apapun sebelum aku datang, kata Ibu ia hanya terus menangis selama menungguku". Ucap Mas Fakhri melemparkan senyum ke arahku, tapi aku justru sangat tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya. Mbak Vella kenapa begitu?
"Sesampainya aku dirumah, Vella langsung memelukku. Dia bilang 'Ri aku butuh bantuan kamu' ". Lanjut Mas Fakhri yang membuatku tanpa sadar menahan nafas membayangkan Mbak Vella tiba-tiba memeluk begitu.
"Dia diancam salah satu musuhnya, satu angkatan dengan kami tapi berbeda kelas. Ancamannya, kalau aku tidak menjadikan Vella pacar di hari promnight, maka rahasia terbesar Vella akan di sebarkan saat promnight berlangsung". Jelasnya yang membuatku mengernyit dalam. Se urgent apa rahasianya sampai Mba Vella sebegitu takutnya?
"Dan kamu memutuskan untuk melindungi Mbak Vella dengan menjadikannya pacar di malam promnight". Potongku yang membuat Mas Fakhri mengangguk dan tersenyum menatapku.
"Vella hamil saat itu Na. Dan kalau aku tidak menolongnya, maka aku pasti akan menyesal seumur hidupku karena membiarkan seorang teman malu seumur hidupnya". Ucap Mas Fakhri dengan suara rendah. Dan aku benar-benar terkejut bukan main, tapi bukan Mas Fakhri kan yang...
"Bukan aku Najwa". Ucap Mas Fakhri terkekeh geli saat aku menunjukkan ekspresi yang mungkin agak menuduhnya.
"Sebentar Mas, ini plot twist nya terlalu luar biasa. Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya". Balasku kemudian menyedot jus jeruk milikku hingga tersisa seperempat gelas. Sambil terus memikirkan semuanya, aku benar-benar menjadi sangat penasaran dengan kisah Mbak Vella.
"Terus sekarang Mbak Vella gimana Mas?". Tanyaku setelah menunggu Mas Fakhri menghabiskan minumannya.
"Dia pindah ke USA sejak kelulusan, sama seperti aku yang melanjutkan kuliah disana, tapi sampai sekarang dia masih stay, belum ada keinginan pulang ke sini". Jawab Mas Fakhri yang sukses membuatku hanya mengangguk dan tidak bisa berkata apa-apa. Jadi Mbak Vella sangat mencintai Mas Fakhri ya? Sampai harus pindah ke luar negeri pun nyusulin Mas Fakhri ? Ya Allah, kenapa aku seperti ini lagi....
TBC
Mbak Nana cemburuan yaa wkwk
Thanks ya sudah mampir
Ditunggu bab selanjutnya, masih tentang Vella sepertinya hehe
Jangan lupa votenyaaa
Cintaa dari emaknya Najwa, deean
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuasa-Mu
General Fiction#1 Dhuha (4 Juni 2020) #3 Fakhri (4 Juni 2020) #6 Sunnah (13 Juni 2020) Klise. Hanya kisah seorang dokter sholeh yang sedang dalam proses mencari pendamping. Lalu Allah mempertemukannya dengan seorang wanita sholeha seperti sosok yang selalu terucap...