Bab 17. Bandung (Najwa's POV)
Besoknya, setelah aku mendapat pencerahan dari postingan instagram Vella dimalam hari sebelumnya. Aku mengirimkan sebuket bunga dan satu kotak kue yang tadi pagi aku buat dengan tanganku sendiri, spesial untuk Mas Fakhri. Aku mengirimkannya menggunakan jasa ojek online setelah membeli buket bunga di toko seberang sekolah saat jam istirahat berlangsung. Tidak lupa aku juga menyelipkan sati lembar surat yang menjelaskan maksud pemberian bunga ini.
'Mas, semalaman aku memikirkan cara apa yang bisa menebus kesalahanku sama kamu. Dan sampai pagi aku tidak menemukan satu carapun. Parah sekali aku ya. Terus tiba-tiba aku ingin membuatkan kamu kue ter spesial yang aku bisa. Habis subuh aku sudah sibuk didapur sampai Ibu heran. Hehe, semoga suka ya mas sama kue nya. Oh iya, ternyata geli sekali ya karna aku juga mengirim bunga untuk kamu. Tapi bagaimanapun, aku benar-benar minta maaf sama kamu Mas, maaf sempat meragukanmu. See u Sabtu ya, luv u Mas Hehehehe'
Pukul 12.00 adalah waktu untuk istirahat kedua sekaligus waktu sholat untuk semua warga sekolah. Dan sesaat sebelum menuju masjid, aku sempat membuka ponsel dan menemukan 3 pesan darinya.
Mas Fakhri--Wah terimakasih bunganya sayang. Pesan yang kamu tulis langsung buat aku pengen peluk kamu. Kapan mau aku lamar?😁-10.13
Mas Fakhri--Sabtu aku jemput ya. Pengen kencan kemana?-10.15
Mas Fakhri--Btw i love u too. Can't wait to see u. Sabtu masih lama ya ternyata😖-10.18
Dan setelah membacanya, aku benar-benar tidak bisa menahan senyumku. Dengan pipi yang sepertinya memerah, akupun mengetikkan balasan untuknya.
Najwa--Bunganya sebagai ucapan maaf karna aku menyebalkan dan sempat meragukan kamu dan Mbak Vella. Aku menyesal Mas, maafin aku ya-12.05
Najwa--Oh iya, tadi pagi Kakakku sudah melahirkan Mas, alhamdulilah semuanya dilancarkan. Ibu dan Bapak juga sudah ke Bandung tadi pagi. Mau tidak kalau besok sabtu kencannya jengukin keponakanku?-12.07
Najwa--Sabtu kan cuma lusa, jangan lebay deh Mas😂-12.08
Setelah mengirimkan balasan untuknya, akupun mematikan sambungan data sebelum bergegas menuju masjid bersama Sinta.
Jam menunjukkan pukul 12.30 saat aku dan Sinta menyelesaikan makan siang di kantin. Masih ada 30 menit sebelum bel masuk berbunyi. Setelah membenarkan riasan di toilet, kamipun kembali ke kantor guru.
"Miss Nana, ada kiriman dari ojol barusan. Saya letakkan di meja Miss Nana". Ucap Bu Rosita saat aku barusaja memasuki kantor. Setelah mengucapkan terimakasih, akupun bergegas menuju mejaku dan memeriksa kiriman tersebut. Tidak biasanya ada kiriman untukku dengan alamat ke sekolah.
Sebuah paper bag berwarna biru muda membuatku semakin menerka-nerka siapa yang mengirimnya. Kemudian aku membuka isinya, dan ternyata sebuah mug berwarna coklat muda dan dua hijab dengan merk ternama yang mengisi paper bag cantik ini.
'Untuk calon istriku Najwa, hari ini aku semakin cinta kamu lho Na, boleh tidak kalau hari ini aku panggil sayang?. Hehe geli ya.
Sayang, dipakai ya mug nya, biar aku bisa menemani kamu tiap istirahat di sekolah. Dipakai juga jilbabnya, aku tadi minta tolong Yuli buat memilihkan karna aku tidak mengerti sama sekali. Semoga suka ya. Can't wait to see you. Love you Sayang'Dan senyumku tidak bisa berhenti bahkan sampai bel masuk berbunyi dan sepanjang aku mengajar dikelas. Ternyata aku lebay juga ya. Wkwk
###
Hari Sabtu, pukul 08.00 Mas Fakhri sudah datang menjemputku. Ia terlihat sangat tampan dengan stelan kemeja biru tua lengan panjang, celana chino coklat muda, serta sneaker yang membuatnya terlihat santai namun tetap menakjubkan. Sedangkan aku hanya mengenakan gamis coklat muda kombinasi motif batik serta jilbab polos senada yang kemarin Mas Fakhri berikan.
"Mampir babyshop depan sebentar ya Mas". Potongku saat Mas Fakhri membukakan pintu mobil setelah memujiku cantik sebanyak tiga kali.
"Oke". Balasnya dengan senyum cerah 500 watt kemudian menutupkan pintu dan memutari mobil untuk menuju kursi kemudi.
Setelah sampai di babyshop, akupun langsung menuju tempat pakaian bayi dan memilih beberapa yang cocok untuk keponakan baruku yang berjenis kelamin perempuan. Selain membeli pakaian, akupun membelikan botol khusus ASI, pumping, dan beberapa bandana lucu. Kemudian aku membawa semuanya ke kasir dan ternyata Mas Fakhri sudah menunggu disana.
"Jadi Pak, kalau stroller yang Bapak pilih ini dapat digunakan sebagai bouncer juga". Ucap Mbak kasir kepada Mas Fakhri yang kemudian mengambil alih belanjaan dari tanganku.
"Jadikan satu ya Mba". Ucap Mas Fakhri dan Mbak kasirpun mengangguk sebelum menghitung semuanya, termasuk stroller coklat muda yang aku lihat harganya tidak murah ini.
"Mas ngga perlu belikan stroller ini deh. Terlalu mahal". Lirihku sambil mengamati stroller yang sekarang sudah sedang di packing oleh seorang karyawan.
"Jangan dilihat harganya ya, lihat niat baik aku aja". Balasnya tersenyum ke arahku setelah mengucapkan kalimat seakan akan ia membelikan sesuatu yang murah. Kemudian setelah Mbak kasir menyebutkan nominal tagihan akupun langsung mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu saat Mas Fakhri memotong gerakanku dengan langsung menyerahkan kartu kearah Mbak kasir.
"Mas, jangan gitu deh". Protesku dan dia pura-pura tidak mendengar dengan langsung mengambil belanjaan kami yang sudah dibungkus paper bag, kemudian langsung mengerling kearahku sebelum mengendikkan dagu ke arah pintu keluar, yang langsung aku ikuti sambil terus memprotes dia yang membayar semua belanjaan ini.
"Terimakasih ya Mas". Ucap Mas Fakhri sambil menyerahkan tip lima puluh ribu kepada karyawan yang membawakan stroller dan membantu memasukkannya ke bagasi mobil.
"Sama-sama, terimakasih juga Pak, Bu". Balas karyawan tersebut tersenyum cerah dan mengangguk kearah kami sebelum berpamitan kembali memasuki toko.
"Mas bagianku...". Ucapku kembali di potong olehnya.
"Cukup bilang terimakasih dan berhenti protes ya. Ini hanya latihan sebelum kamu dipanggil Bu Fakhri". Ucap Mas Fakhri tersenyum lembut kearahku sebelum kembali membukakan pintu mobil untukku.
"Terimakasih Mas, jangan diulangi ya seperti itu. Aku tidak biasa begitu Mas. Tunggu sampai waktunya tiba, tanpa latihanpun aku pasti bakal jadi ahli meminta ke kamu". Ucapku saat Mas Fakhri sudah duduk di kursi kemudi.
"Wah, jadi tidak sabar. Ditunggu ya sayang, aku pasti makin cinta kalau kamu begitu". Balasnya kemudian menepuk-nepuk pelan puncak kepalaku sambil terkekeh geli.
"Jangan gombal begitu deh, bukan kamu banget Mas". Cibirku menatapnya geli. Dan dia hanya membalas dengan tawa renyah sebelum memulai perjalanan panjang ke Bandung.
###
Kurang lebih 3 jam kami menempuh perjalanan. Lalu lintas dapat dikatakan sangat lancar karena kami banyak melewati jalan tol. Setelah memarkirkan mobil di sebuah lahan kosong disamping rumah, akhirnya kamipun keluar mobil dan langsung di sambut oleh Kak Najri yang memang sudah menunggu kedatangan kami.
"Wahh, adiknya Kakak tambah cantik lho ini". Sapa Kak Najri saat aku salim dan memeluknya singkat. Kakakku ini berusia 6 tahun diatasku. Sudah menikah 2 tahun yang lalu, dan ini adalah kelahiran putri pertamanya. Istrinya seusiaku, dulu teman masa kecilku, namanya Layla. Dia cantik, sholeha, dan sekarang menjadi guru PAUD disini. Sedangkan Kak Najri merupakan guru olahraga di salah satu SMA swasta paling favorit di Kota Bandung.
"Hallo, Fakhri ya. Saya Najri, Kakaknya Najwa. Semua teman Nana manggil saya Kak Ajri". Sapa Kak Najri kemudian bersalaman dengan Mas Fakhri, dan mereka terlihat langsung akrab setelah mengobrol beberapa hal seperti perjalanan lancar karena jalan tol yang baru beroperasi, klub sepak bola yang katanya tadi malam menang, petinju hebat yang pensiun dini, dan hal lainnya yang aku tidak mengerti.
Dan ceritaku bersama Mas Fakhri di Bandung masih berlanjut di bab selanjutnya.
TBC
Terimakasih sudah baca ya
Jangan lupa vote nya
Ditunggu bab 18 nyaa
Cinta dari, Deean
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuasa-Mu
General Fiction#1 Dhuha (4 Juni 2020) #3 Fakhri (4 Juni 2020) #6 Sunnah (13 Juni 2020) Klise. Hanya kisah seorang dokter sholeh yang sedang dalam proses mencari pendamping. Lalu Allah mempertemukannya dengan seorang wanita sholeha seperti sosok yang selalu terucap...