11 - Melody Unjuk Skill

63.7K 6.1K 78
                                    

"Baaaaang, bantuin gueee!!!" Itu adalah suara Arden Putra Wijaya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sepupu Gerald. Sebagai perkenalan dia adalah seorang aktor dan model, dia tidak berminat menggeluti dunia bisnis sebagaimana seorang Putra Wijaya yang seharusnya.

Gerald yang sedang sibuk memeriksa laporan keuangan dibuat tersentak oleh suara panik Arden tadi. Namun ia tak mengeluarkan suara hanya memandang bingung sepupunya.

"Papa gue gila Bang, masa dia mau jual resort almarhumah mama!" Adu Arden dengan suara yang masih sama paniknya dengan sebelumnya.

"Lo jangan becanda Den, ga mungkin om mau jual resort tante"

"Gue serius Bang! Kalo gue becanda ngapain coba gue lari-lari, bela-belain nemuin elo kayak gini? Plis Bang bantu gue bujuk bokap"

"Lo ceritain dulu gimana detailnya"Gerald bangkit dari kursinya, dan mengajak Arden duduk di sofa agar mereka berbicara lebih nyaman.

"Papa ke Indo dari lusa lalu, terus tadi dia tiba-tiba nelpon ke gue sambil nangis, katanya dia gagal, dia ga bisa jaga amanat mama. Kata papa resort itu ga punya harapan, makanya bokap mau ngejualnya" Gerald menarik nafas kasar usai mendengar penuturan Arden.

"Gue ga rela Bang, gue ga rela! Meskipun gue sama bokap ga pernah ngurus resort itu dengan serius, tapi itu adalah peninggalan nyokap gue. Tolong Bang bujuk papa, besok dia udah bakal balik ke Singapur" Bisa Gerald lihat mata Arden berkaca-kaca, ya Gerald juga tahu bertapa berartinya tempat itu bagi Arden dan orang tuanya.

"Kita temui bokap lo sekarang Den" Ujar Gerald dan langsung berdiri dari tempatnya.

🍃🍃🍃

Divisi arsitek sedang ribut saat ini, Aline, Lita, dan Bang Adit tengah asyik membuly Ari yang baru usai bercerita tentang kisah cintanya yang pelik. Tadi malam Ari baru saja menembak seorang gadis yang diam-diam telah ia dekati selama 3 bulan terakhir, sayang seribu sayang ternyata gadis tersebut baru saja jadian dengan pria lain, dua hari lalu. Hal tersebut jelas menjadi bahan olok-olokan yang sangat menyenangkan bagi squad kacung pak Gerald (Lita, Aline, Bang Adit, Melody, dan Ari, tapi saat ini Ari adalah korbannya).

Suasana gaduh di divisi arsitek tiba-tiba mendadak sunyi, senyap, sepi, saat suara barinton Gerald menanyakan keberadaan Melody.

Melody yang baru kembali dari pantry untuk mengisi toples permennya sedikit bingung karena suasana ruangnya mendadak hening. Matanya bisa melihat aura tegang dari teman-temannya, dan ia juga melihat Gerald sedang berdiri di depan area divisinya bersama Fauzi, dan satu orang laki-laki yang tidak Melody kenal.

"Melody ambil tas kamu, kamu ikut saya sekarang!" Perintah Gerald yang membuat Melody dan semua orang bertanya-tanya.

"Sekarang pak?"

"Apa saya perlu bawa telinga kamu ke spesialis THT Mel?" Sarkas Gerald, mendengar itu Melody mencebikan bibirnya. Terlebih Aline dkk sedang mati-matian menahan tawanya.

'Gerald sialan!!!!' Dumel Melody dalam hati

"Kita mau kemana ya pak?" Melody membuka suara saat mereka berempat telah ada di dalam mobil. Gerald tidak menjawab, masih asyik dengan tablet yang ada di gengamannya. Diam-diam Arden melirik dari spion depan.

'Mas Gerald budek!!!' Tentu kalimat itu hanya diucapakan dalam hati oleh Melody, karena Melody masih sangat menyayangi Gerald. Eh bukan, maksudnya sangat menyayangi gaji dan bonusnya.

"Haiii, gue Arden" Arden membalikan badan sambil mengulurkan tangannya. Melody menatap, balas menjabat tangan lelaki tersebut sambil menyebutkan namanya, dan tidak lupa tersenyum dengan manis. Sedangkan Gerald masih tidak peduli.

(Un) Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang